COVID-19 = Advanced Trade War?

Cipto Saptadji
Investment Consultancy and Advisory, Trade Finance Specialist Personal blog
Konten dari Pengguna
30 April 2020 17:41 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cipto Saptadji tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Loh, apa lagi ini? Ah kamu kait-kaitin pandemi ini sesukamu aja...
ADVERTISEMENT
Boleh-boleh aja dong, ini kan berandai-andai dengan imajinasi dan nalar saya...
Jadi begini teman...
Kenapa saya berasumsi ini adalah ADVANCED TRADE WAR?
Di era 80 - 90 an, dimana minyak bumi masih menjadi komoditas yang sangat seksi, siapa yang menguasai kilang-kilang minyak adalah penguasa dunia.
Minyak dikuasai oleh negeri-negeri Jazirah Arab, dari mulai Arab Saudi, sampai Irak, bahkan sampai ke Libya.
Booming minyak menjadikan negara-negara ini kaya raya. Lihatlah bagaimana Arab Saudi dan Emirates.
Dari negeri Jazirah Arab ini, ada yang bisa dikontrol dan menjadi teman karib Negeri Paman Sam, seperti Saudi, Emirates dan lainnya. Dan ada juga yang memilih merapat ke Rusia (saat itu Uni Soviet) yang berhaluan sosialis, seperti Irak, Iran, hingga Libya.
ADVERTISEMENT
Tentunya Paman Sam, selalu negara Adidaya tidak ingin mereka dibiarkan menjadi makmur tanpa bekerja sama dengan mereka. Ditambah kedigdayaan Soviet yang semakin pudar, dengan mudah Paman Sam yang didukung sekutu-sekutunya menaklukan negeri-negeri minyak yang berhaluan kiri ini.
Untuk menaklukan negeri-negeri ini, Paman Sam dan sekutunya tidak hanya mengandalkan kekuatan militer saja. Diawali oleh media-media kelompok mereka yang melabeli Saddam Hussein, Khadafi hingga Bin Laden adalah teroris dilakukan agar semua mata dunia dan juga pikiran semua manusia secara serempak mengamini, "Ya, mereka teroris!"
Lantas dimunculkan perang-perang kecil di setiap penjuru dan di blow up di media-media mereka sebagai dasar mereka melakukan invasi besar-besaran.
Inilah strategi Ghazwul Fiqr yang sangat terstruktur dan terukur.
ADVERTISEMENT
Sebut saja Saddam Hussein, Khadafi hingga Bin Laden sukses mereka tumbangkan. Biaya-biaya perang yang sangat tinggi ini apakah sepadan bagi mereka? Jawabannya, YA!
Lihatlah negeri-negeri itu sekarang, dimana pipa-pipa minyak yang mereka bangun memenuhi negeri-negeri tersebut. Negeri yang memiliki pemimpin kharismatik dan dicintai rakyatnya, kini menjadi sapi perah Paman Sam dan sekutu-sekutunya.
Saya masih teringat, ketika awal tinggal di Malaysia, housemate saya adalah student dari Libya bernama Ahmed. Dia menangis, sedih dan bingung. Saat saya berbincang dengannya, dia menceritakan, dia study di Malaysia mendapatkan beasiswa dari Pemerintahnya, dimana dia mendapatkan uang saku USD 5,000 per bulan! Jauh dari gaji saya saat itu yang awal-awal bekerja di Malaysia. Begitulah Khadafi sangat menginginkan generasi muda-nya maju untuk kembali membangun negerinya.
ADVERTISEMENT
Singkat kata, hingga kini Jazirah arab dikuasai Paman Sam dan sekutunya...
Di tahun 90-an, negeri Panda, negeri yang tidak pernah Paman Sam perhitungkan secara perlahan membangun kembali dinasti kejayaannya. Negeri ini bukan negeri yang kaya minyak, negeri ini adalah negeri yang kaya akan populasi penduduknya, hampir 2 miliar penduduknya.
Negeri ini membangun kejayaan dinastinya dengan cara menjadi negeri manufaktur, sadar akan kelebihan populasinya, maka dimanfaatkanlah.
Jika anda yang hidup di era seperti saya, generasi 90-an, mungkin masih ingat, ketika kita naik bis, banyak asongan yang menjajakan screwdriver 1 set seharga seribu perak, bermula dari produk seperti itulah manufaktur mereka kelak menguasai dunia.
Embel-embel "BARANG CINA" seringkali jadi pelafalan kita yg sebetulnya lebih identik mengecilkan mereka dengan produk tidak bermutu.
ADVERTISEMENT
Strategi mereka dalam ber-evolusi dalam industri tidak ada yang meliriknya.
Mereka membangunnya dengan sangat serius, menata perubahan manufaktur dengan tertata dan terencana matang.
Booming handphone dimanfaatkan mereka dengan amat sangat. Ongkos produksi yang murah menjadi keniscayaan, hingga raksasa seperti Apple, Samsung dan lainnya berpaling untuk memindahkan lini produksi ke negeri ini.
Tanpa sadar, selain raksasa-raksasa ini memberikan pekerjaan, diproses ini sebetulnya sedang terjadi transfer knowledge dan teknologi. Everybody happy...
Banyak pengusaha China yang mendadak kaya dari industri manufaktur, tentunya membuat ledakan populasi middle up to high economy di negeri panda ini.
Di sektor industri perfilman, seperti halnya Ip Man dan film heroik Kungfu lainnya, jika kita jeli seringkali terselip pesan moril bahwa China adalah Macan Dunia, mengalahkan jagoan barat. Ini adalah untuk menginspirasi masyarakatnya.
ADVERTISEMENT
Lihatlah negeri yang dulu produknya seringkali kita anggap sebelah mata karena terkenal dengan barang tiruan KW SUPERNYA, kini menjadi negeri yang memiliki segalanya.
Facebook, Google, Youtube dan lainnya tidak boleh masuk ke negeri ini. Mereka buatlah cloningan yang sukses melalui Weibo, Baidu, Youku Tudou. Apa yang Paman Sam punya mereka punya dengan versi mereka. Di sektor ecommerce, mereka punya Alibaba, yang pada single day october tahun 2019, mampu meraiih revenue $38 BIllion!!! Bahkan raksasa ecommerce dunia, Amazon, tidak pernah mampu meraih pencapaian ini.
Negeri ini adalah negeri yang dulunya tertutup akan informasi dari luar yang penuh sensor ketat dari Pemerintahnya dibawah tangan besi Xi Jinping. Tangan besinya mampu melahirkan konglo-konglo baru di berbagai sektor, saham mereka melantai di Wall Street untuk meraih dana dengan memanfaatkan jumlah subscriber lokal yang jika digabungkan beberapa negara besar pun belum tentu menandingi mereka.
ADVERTISEMENT
Di sektor lainnya mereka mulai berekspansi...
Geely, perusahaan otomotif yang membeli saham Volvo. Lenovo yang dulunya distributor IBM, membeli divisi consumer IBM dan menjelma menjadi perusahaan elektronik raksasa yang diperhitungkan dunia.
Atau lihatlah bagaimana sambutan Wuling di Indonesia yang bikin brand-brand otomotif mapan di Indonesia sempat goyah...
Di sektor infrastruktur komunikasi, Huawei menjadi rajanya hingga membuat dominasi raksasa Eropa seperti Nokia Siemens Network, Alcatel dan lainnya tumbang. Huawei menguasai lebih dari 70% infrastruktur komunikasi. Hal inilah yang membuat Paman Sam berang tahun 2019 lalu. Digulirkan issue bahwa dalam perangkat Huawei tersemat perangkat spy atau mata-mata hingga membuat CFO Huawei Meng Wangzhou ditangkap di Canada. Dan berujung kepada seruan Trump kepada perusahaan teknologi asal negerinya untuk menghentikan kerja sama dengan China. Google mencabut lisensi Google Mobile Service dari setiap perangkat baru Huawei. Apple diminta pindahkan produksi ke Paman Sam kembali, walaupun hal ini ditentang Apple karena mereka sudah dimanjakan oleh murahnya ongkos produksi di China hingga mendapatkan keuntungan yang berlipat-lipat.
ADVERTISEMENT
Tapi Huawei sudah terlalu kuat, mereka tak bergeming dengan hal ini. Siapa yang sangka, perusahaan yang 10 tahun lalu lebih dipandang sebagai penghasil produk abal-abal kini menjelma menjadi sebuh perusahaan teknologi besar dengan produk consumer premium, seperti Huawei P40 Pro. Memiliki lini produksi komunikasi hulu ke hilir. Tidak ada satu pun perusahaan sejenis yang mampu seperti Huawei!
Begitupun di sektor lainnya, seperti infrastruktur dan teknologi konstruksi, China menjadi raja dunia.
Singkat kata, mereka menguasai semua produksi saat ini dari hulu ke hilir.
Sebagaimana dibahas tadi, tentang tuduhan Trump kepada Huawei, inilah awal perang dagang dengan China. Paman Sam sadar, China tidak bisa dibiarkan. Tapi Paman Sam juga sadar, China sudah terlalu kuat, maka tuduhan terhadap Huawei adalah hanya sebuah awal untuk propaganda boikot China dan mengawali era perang babak baru, TRADE WAR.
ADVERTISEMENT
Paman Sam dan sekutunya tidak bisa lagi menggunakan strategi seperti menaklukan Jazirah Arab, dimana propaganda media yang dilanjutkan oleh militer dilakukan disana.
China bukanlah bangsa arab, yang mana kelompok tertentu diimingi-imingi bagi hasil minyak akan mau membelot ke Paman Sam dan sekutunya. China adalah China yang memiliki nasionalis tinggi sebagaimana Wong Fei Hung dan Ip Man.
Lihatlah ketika Huawei tidak mendapatkan lisensi Google Mobile Service dari Google, perusahaan-perusahaan sejenis yang sejatinya kompetitor, seperti Xiaomi dkk turut dibelakang Huawei membantu percepatan pengembangan OS Harmoni.
Prinsip mereka adalah, jualan boleh berkompetisi tapi soal harga diri bangsa, mereka bahu membahu.
Selain itu pun, perang terbuka dengan China akan memberikan dampak yang buruk bagi dunia.
ADVERTISEMENT
Paman Sam dan sekutunya gamang… Melakukan perang terbuka dengan China sebagaimana halnya dengan Irak, Afganistan atau Libya jelas tidak mungkin. China bukan Irak, Afganistan atau bahkan Libya. Suka atau tidak suka Paman Sam dan sekutunya bergantung dengan supply China. Menghancurkan China dengan perang terbuka, jelas dapat membuat keseimbangan dunia berantakan, dan juga membuat mereka mereka goyah tentunya. Menekan China = menghancurkan banyak bisnis korporasi mereka yang mayoritas bergantung dengan manufaktur China, dimana biaya produksi dapat ditekan serendah mungkin. Masih ingat tahun lalu ketika Trump menyerukan Make America Great Again dengan meminta perusahaan-perusahaan sekelas Apple kembali memproduksi di negaranya sendiri? Dan bagaimana tentangan dari mereka semua?
Semua industri sudah China kuasai, teknologi China mulai mendekati kemampuan teknologi USA dan sekutunya.
ADVERTISEMENT
Hanya 1 yang masih USA dan sekutunya kuasai dan China masih jauh tertinggal. Sektor Farmasi, khususnya obat-obatan. Lantas apa kaitannya dengan COVID-19 ini? Mari kita lihat, bagaimana ending dari pandemi global ini…
Cipto Saptadji
Investment Consultancy & Advisory | Trade Finance Specialist
Bekerja di Euro Exim Bank Ltd dan juga sebagai Konsultan dan Advisor Investasi untuk Korporasi.