Filolog Cirebon Bicara Mengenai Penobatan Sultan Sepuh XV

Konten Media Partner
2 September 2020 8:19 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Filolog, Raffan S Hasyim. (Dok.ciremaitoday)
zoom-in-whitePerbesar
Filolog, Raffan S Hasyim. (Dok.ciremaitoday)
ADVERTISEMENT
ciremaitoday.com, Cirebon, - Pangeran Raja Adipati (PRA) Luqman Zulkaedin resmi dinobatkan sebagai Sultan Sepuh XV Keraton Kasepuhan. Luqman menggantikan ayahnya, almarhum Sultan Sepuh XIV PRA Arief Natadiningrat yang wafat pada Juli lalu.
ADVERTISEMENT
Tradisi jumenengan atau penobatan Luqman sebagai Sultan Sepuh XV diwarnai aksi penolakan sejumlah pihak. Barisan santri yang tergabung dalam Forum Silahturahmi Dzuriyah Sunan Gunung Jati menolak Luqman. Kemudian, penolakan juga datang dari kalangan yang mengatasnamakan keluarga Kesultanan Cirebon.
Dua kubu yang datang saat proses jumenangan itu mengganggap Luqman bukanlah turunan Sunan Gunung Jati. Luqman dinilai tak layak untuk menjadi sultan. Selain itu, Luqman juga dianggap tak melibatkan sesepuh dan ulama saat proses jumenangan kemarin.
Salah seorang filolog, Raffan S Hasyim mengatakan tradisi jumenengan sejatinya memiliki pakem. Ulama dan sesepuh dilibatkan saat Sunan Gunung Jati dilantik sebagai Sultan Kasultanan Cirebon.
"Yang mengangkat Sunan Gunung Jati waktu itu adalah Pangeran Cakrabuana (sesepuh). Kemudian, Sunan Ampel yang merupakan ulama," kata filolog yang akrab disapa Opan Rabu, (2/9/2020).
ADVERTISEMENT
Selain melibatkan sesepuh dan ulama, Opan menerangkan jumenengan juga harus memiliki penanda 'kaprabon'.
"Penanda kaprabon ini seperti keris. Kerisnya juga keris yang namanya Ki Jimat Tunggul Manik. Kemudian ada mande, atau di balai, terus lampit dan lainnya," kata Opan.
Lebih lanjut, Opan menceritakan pakem tradisi jumenengan Sunan Gunung Jati itu mulai ditinggalkan. Tepatnya, Sultan Sepuh V Sultan Matangaji dibunuh. Pengganti Sultan Matangaji, yakni Sultan Sepuh VI tak menggunakan pakem jumenengan yang digunakan saat Sunan Gunung Jati diangkat menjadi sultan.
"Setelah Sultan Matangaji, sultan berikutnya dilantik dengan melibatkan Pemerintah Hindia-Belanda, sampai zaman keresidenan. Sultan XI itu masih keresidenan," kata Opan.
Opan mengaku tak bisa berkomentar panjang tentang tradisi jumenengan Luqman sebagai Sultan Sepuh XV.
ADVERTISEMENT
"Yang kemarin, saya sebetulnya tidak bisa komentar. Karena berbeda banget. Ya mungkin pakem mereka begitu. Kalau bicara pakem Gunung Jati yang saya jelaskan tadi," kata dia.
Opan mengatakan sejatinya yang pantas menjadi Sultan Keraton Kasepuhan adalah trah atau keturunan Sunan Gunung Jati, dan Pangeran Cakrabuana. Namun harus melalui persyaratan tertentu.
"Nanti persempit lagi, ada syarat-syaratnya. Bisa dimusyawarahkan dengan alim ulama," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, selain gelombang penolakan dari sejumlah pihak. Di lingkungan keluarga Keraton Kasepuhan sendiri terpecah menjadi dua kubu, yakni dann Sultan Sepuh XII Alexander Radjaningrat dan Sultan Sepuh XI Radja Tadjoel Arifin.
Luqman bagian dari klan Sultan Sepuh XII. Ayahnya, almarhum Arief merupakan cucu dari Sultan Sepuh XII. Sementara itu, klan Sultan Sepuh XI, Radja Tadjoel Arifin diwakili Raden Raharjdo yang berani menggembok ruangan Dalem Arum Keraton Kasepuhan. Rahardjo juga sedang melakukan langkah hukum lanjutan, utamanya terkait penguasaan Keraton Kasepuhan.
ADVERTISEMENT
Kendati diberondong penolakan, sejumlah keluarga Keraton Kasepuhan tetap mengakui Luqman sebagai sultan. Perwakilan dari Keraton Kasepuhan, atau wargi Keraton Kasepuhan Pangeran Chaidir Susilaningrat mengatakan tak mempermasalahkan soal insiden penolakan. "Kami bersyukur acara ini bisa berjalan lancar. Sama sama kita ketahui ada kelompok wargi yang berbeda pendapat mengenai jumenengan ini. Itu hak mereka menyampaikan pendapat," kata Chaidir.
Chaidir mengatakan pihaknya tetap melaksanakan tradisi jumenengan sebagai bentuk implementasi merawat budaya, tradisi yang ada di Keraton Kasepuhan. "Kami semata-mata melaksanakan tradisi sejak sultan sebelumnya. Setelah jumenengan Gusti Sultan Sepuh XV akan melaksanakan tugasnya melanjutkan tanggungjawab dari ayahandanya, yakni pelestarian dan merawat tradisi. Itu tugas utamanya," katanya.