Harga Telur Ayam Anjlok, Peternak di Majalengka Khawatir Bangkrut

Konten Media Partner
20 September 2021 18:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Peternakan ayam petelur di Desa Kulur, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. FOTO:Erick Disy/CIREMAITODAY
zoom-in-whitePerbesar
Peternakan ayam petelur di Desa Kulur, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. FOTO:Erick Disy/CIREMAITODAY
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Majalengka - Peternak ayam petelur mulai gelisah akibat anjloknya harga telur di pasaran. Kondisi ini membuat para peternak merugi hingga jutaan rupiah per bulan.
ADVERTISEMENT
Seperti dialami Asep Hamdan (22), seorang peternak ayam petelur di Desa Kulur, Kecamatan/Kabupaten Majalengka, Jawa Barat. Asep mengatakan, jika harga telur ayam terus menurun dia khawatir usahanya bangkrut. Asep mengaku saat ini, mengalami kerugian hingga jutaan rupiah per bulan.
"Penjualan sekarang lagi anjlok, tapi harga pakan malah sedang naik. Ya, kalau dihitung-hitung mah kerugiannya nyampe kisaran Rp 50 ribu per hari, kalau sebulan Rp 1,5 juta kerugiannya," keluh Asep kepada Ciremaitoday, Senin (20/9/2021).
"Kalau begini terus mah, saya khawatir bisa gulung tikar juga. Apalagi saya baru 5 bulan buka usaha kayak gini," sambungnya.
Asep menerangkan, biasanya untuk harga normal penjualan telurnya di angka Rp 23 ribu/kg. Namun, saat ini penjualannya terus merosot hingga Rp 16.500/kg.
ADVERTISEMENT
"Penurunan harganya itu kira-kira dari bulan kemarin ada lah. Dan, itu hampir setiap hari ada penurunan harga, dari Rp 23 ribu per kilogram sampai hari ini menjadi Rp 16.500 per kilogram," jelasnya.
Asep memprediksi menurunnya harga telur ayam di pasaran dikarenakan banyaknya bantuan sosial kepada masyarakat dan menjamurnya para peternak ayam petelur. Sehingga, supply and demand telur ayam tidak seimbang.
"Perkiraan saya bisa jadi karena banyaknya perternak baru, jadi distribusi telur terlalu banyak sedangkan kebutuhan di pasaran tetap enggak naik. Terus lagi bantuan dari pemerintah lagi, bansos-bansos kayak gitu kan suka ada telurnya tuh, jadi masyarakat sudah punya stok telur sehingga telur di pasaran pembelinya sedikit," tuturnya.
Selain itu, Asep juga berharap pemerintah biasa memberikan solusi terhadap harga pakan yang kian meningkat. Karena menurut Asep hal itu akan memberatkan pengeluaran dibandingkan keuntungan dari penjualan telur.
ADVERTISEMENT
Bagaimana tidak, setiap harinya Asep harus mengeluarkan uang sekitar Rp 325 ribu hanya untuk membeli pakan untuk 500 ekor ayam miliknya. Sedangkan pendapatan dari telur yang dijual saat ini hanya mencapai Rp 247.500/hari.
"Untuk pakan bisa mencapai 50 kilogram sehari, harganya saat ini itu kisaran Rp 325 ribu, kalau sebelumnya mah ada di kisaran Rp 280 ribu. Saya harap pemerintah juga bisa menemukan solusi untuk kami para peternak ayam petelur," tandasnya.