news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kisah Anak Imam Musala asal Indramayu yang Lulus Kuliah Kedokteran

Konten Media Partner
6 November 2019 16:29 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Khisotul Hayati bersama H. Masduqi Djahari usai wisuda di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung pada Rabu (06/11/2019). (Dok.istimewa)
Ciremaitoday, Indramayu - Mungkin tidak pernah terbayangkan oleh H Masduqi Djahari, imam musala di kawasan pusat kota Indramayu, jika suatu saat, anaknya bisa menjadi seorang dokter.
ADVERTISEMENT
Maklum, sebagai seorang imam di Musala Al Arofah di Kelurahan Karangmalang, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, keluarganya tidak secara khusus mengarahkan putrinya untuk menempuh pendidikan di fakultas kedokteran.
Namun, dengan kegigihan dan doa, cita-citanya yang mulia untuk menjadikan putra-putrinya sebagai figur yang sukses akhirnya terwujud.
Khisotul Hayati saat wisuda di Grha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur Bandung pada Rabu (6/11/2019). (Dok.istimewa)
Putri bungsunya yang bernama Khisotul Hayati, lulus Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran Bandung dan diwisuda di Graha Sanusi Hardjadinata Unpad, Jalan Dipati Ukur Bandung pada Rabu (6/11/2019). Khisotul lulus dengan predikat cumlaude.
"Alhamdulillah bisa lulus dan selesai kuliahnya," kata dia.
Menjadi seorang dokter sebenarnya bukan impian putrinya. Maklum, dari silsilah keluarga, tidak ada yang berprofesi sebagai dokter. Sebagian besar keluarganya berprofesi sebagai pedagang. "Putri saya lulus SMAN 1 Sindang dan diterima di fakultas kedokteran Unpad Bandung dari Program Bidik Misi," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Bahkan, selama menempuh pendidikan di FK Unpad Bandung, Khisotul Hayati mendapatkan beasiswa pendidikan.
"Alhamdulillah biaya selama kuliah juga menjadi ringan. Saya hanya membiayai kebutuhan makan dan uang untuk kos saja," kata dia.
Karena sudah sepuh, biaya Khisotul Hayati pun dibantu oleh kakak-kakaknya. Terlebih H.Masduqi Djahari sudah berusia 70 tahun. Sedangkan ibu kandung Khisotul Hayati sudah meninggal dunia.
Masduqi Djahari menambahkan, sejak kecil Khisotul atau yang biasa disebut Oci ini dikenal rajin dan ulet sejak kecil. "Oci selalu belajar sendiri tanpa disuruh oleh orang tua. Mungkin itu yang membuatnya menjadi berprestasi di setiap jenjang pendidikan," kata dia.
Setelah lulus kuliah dan menyandang Sarjana Kedokteran (S.Ked.) dan menyandang titel dokter, ia pun menyerahkan sepenuhnya masa depan serta karier anaknya kepada yang bersangkutan.
ADVERTISEMENT
"Apakah nanti mau menjadi dokter di Indramayu atau luar daerah, saya serahkan ke anak saya. Orang tua hanya mendoakan yang terbaik untuk anak," kata dia.
Setelah lulus kuliah, rencananya Khisotul akan mengikuti pengambilan sumpah dokter pada Sabtu 9 November 2019. Sebelumnya, dalam ujian kompetensi mahasiswa profesi program dokter (UKMPPD), Khisotul meraih nilai terbaik di FK Unpad untuk CBT (tertulis) dan OSCE (praktik).
Sementara itu, Khisotul Hayati (23 tahun) mengaku senang bisa lulus di FK Unpad Bandung. "Alhamdulillah, hari ini selesai diwisuda, mudah-mudahan perjuangan orang tua selama ini tidak sia-sia," kata gadis kelahiran Kabupaten Indramayu ini.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga yang membantu dan memberikan semangat hingga bisa lulus kuliah di FK Unpad Bandung. (*)
ADVERTISEMENT