Remaja di Majalengka, Jabar, Olah Limbah Kain Menjadi Barang Bernilai Ekonomis

Konten Media Partner
27 September 2020 13:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah remaja di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat mengolah limbah kain menjadi keset dengan teknik sederhana tanpa bantuan mesin. (Ciremaitoday)
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah remaja di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat mengolah limbah kain menjadi keset dengan teknik sederhana tanpa bantuan mesin. (Ciremaitoday)
ADVERTISEMENT
Ciremaitoday.com, Kuningan - Sejumlah remaja di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, berhasil mengolah limbah kain menjadi barang bernilai ekonomis. Hal ini digagas para pemuda yang tergabung dalam Karang Taruna Desa Bantarwaru Kecamatan Ligung Majalengka.
ADVERTISEMENT
Ide kreatif ini muncul, ketika melihat limbah kain dari industri garmen yang cukup banyak. Limbah kain ini dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan kerajinan tangan jenis keset.
Ketua Karang Taruna Tunas Bangsa Desa BantarWaru, Saefullah mengatakan, sengaja memanfaatkan limbah kain untuk membuat keset, guna memberi kesempatan kepada remaja maupun warga setempat dalam mengasah keterampilan.
"Itung-itung kursus, tapi nggak berbayar. Karena kebetulan ada orang yang sudah bisa bikin keset. Saat ini fokusnya masih bikin keset dulu, kedepan tidak menutup kemungkinan produk lain," kata Saefullah, Minggu (27/9/2020).
Tidak hanya sebagai sarana mengasah keterampilan saja, Ia memastikan ketika ada yang sungguh-sugguh maka akan ada imbalan materi. Namun sayang, sampai saat ini belum ada warga yang terlihat menaruh perhatian untuk menjadikan aktivitas itu sebagai jalan mendapat keuntungan materi.
ADVERTISEMENT
"Mungkin karena masih baru ya. Barangkali kedepannya akan ada yang minat, kami siap. Untuk saat ini yang produksi ya baru keluarga aja dulu," ucapnya.
Apa yang dilakukan Saefullah dengan keputusannya mengolah limbah kain jadi keset, memang diharapkan bisa mendatangkan keuntungan materi. Namun, bukan berarti materi menjadi tujuan utamanya.
"Pekan pertama kami bikin untuk dibagi ke musala-musala. Alhamdulillah sekarang ada salah satu Kepala Dinas yang memesan, jumlahnya lumayan lah, katanya untuk di kantornya," ungkap dia.
Sebagai home industri, pengerjaan yang dilakukan sepenuhnya masih mengandalkan tenaga manusia atau hand made. Namun dari sisi kualitas, keset berbahan baku limbah itu bisa digunakan cukup tahan lama. Dari fisik pun cenderung lebih tebal dibanding keset berbahan kain yang dijual di pasaran.
ADVERTISEMENT
"Nggak mudah ambrol, begitu juga saat dicuci di mesin. Lebih tebel dari yang ada di pasaran sih. Malah kalau buat sajadah juga enak. Apalagi untuk orang tua yang sudah ngeluh sakit kaki, karena ini kan tebal," ujarnya.
Melihat peluang yang ada, Saefullah menyilakan jika ada warga yang minat untuk ikut bersama-sama dalam industri rumahan tersebut. Apalagi saat ini, sudah mulai muncul pesanan dari sejumlah kalangan. "Sok mangga (silakan), kita bareng-bareng. Nggak harus dari desa sini aja," jelas dia.
Sementara untuk menghasilkan satu keset, jika dilakukan dengan ulet, bisa diselesaikan dengan durasi sekitar dua jam. Waktu yang terbilang cukup singkat tanpa bantuan mesin apapun.(*)