Konten dari Pengguna
"Dobrak Patriarki: Fenomena Bapak Rumah Tangga Bentuk Resistensi Gender"
11 Juni 2025 19:36 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Callista Sa'adatudzairanie tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Perbedaan gender kok jadi masalah??
Dinamika persoalan tentang gender memang bukan sesuatu hal yang mudah untuk dibahas, diperlukan banyak pembahasan yang mampu menjadi pengantar pemahaman tentang gender. Fenomena perbedaan gender tidak dapat dipungkiri sangat melekat dan sering juga terjadi di dalam lingkup masyarakat hingga lingkup yang lebih kecil contohnya keluarga. Permasalahan yang timbul dari fenomena pergeseran peran gender mencerminkan kompleksitas hubungan sosial dan budaya yang terus berkembang, menghadirkan tantangan sekaligus peluang bagi transformasi pemahaman masyarakat tentang peran dan identitas individu.
ADVERTISEMENT
Dari konsep gender, terdapat perbedaan antara perempuan dan laki-laki yang memang sudah dikonstruksikan dalam lingkup sosial dan kultural, dikenali bahwa perbedaan perempuan dan laki–laki melalui ciri-ciri sifatnya. Sebagai perempuan dikenal memiliki ciri sifat yang lemah lembut, emosional, dan memiliki jiwa keibuan, sedangkan laki-laki dikenal dengan sifat yang perkasa, kuat, jantan, dan rasional. Namun ciri sifat yang dimaksudkan ini dapat dipertukarkan, berarti sebagai perempuan tidak selalu lemah lembut, emosional, dan memiliki jiwa keibuan. Serta laki-laki itu tak selalu, perkasa, kuat, jantan, dan rasional. Hal tersebut dibentuk dari proses sosialisasi, sehingga terdapat perempuan yang kuat, perkasa, dan rasional, serta ada pula laki-laki yang lemah lembut dan emosional.
Terdapat pengertian keluarga secara konvensional atau berarti sebagai suami berperan sebagai kepala keluarga sedangkan istri berperan untuk mengurus rumah tangga. Konsep ini menggambarkan laki-laki memiliki derajat yang tinggi jika dibandingkan dengan perempuan saat berada dalam lingkungan keluarga. Dengan konsep tersebut mampu memunculkan kejadian bias gender, fenomena tersebut juga didukung dengan budaya yang berlaku dalam masyarakat tentang laki-laki lebih mendominasi.
ADVERTISEMENT
Kata siapa perempuan harus di rumah?
Dengan adanya perkembangan era digital dan globalisasi yang didukung dengan transformasi sosial, ekonomi, serta gerakan kesetaraan gender yang telah menjadi faktor pendorong terjadinya perubahan fundamental pada struktur keluarga dan masyarakat. Dibersamai kemajuan teknologi dan internet, serta dukungan kesadaran dari individu yang menjadi pendorong proses redefinisi peran gender di lingkungan masyarakat, menjadikan individu tidak lagi terikat dengan ekspektasi sosial yang berbasis jenis kelamin.
Dalam konteks keluarga kontemporer, sekarang dapat dilihat semakin banyak keterlibatan ayah dalam urusan rumah tangga, dan ibu yang meningkat dalam dunia kerja. Hal ini merupakan cerminan hasil dari kemajuan zaman dan dukungan teknologi yang sudah mulai berlangsung pada akhir-akhir ini. Kini beberapa ayah mulai aktif untuk mengambil peran mengurus pekerjaan domestik di rumah seperti memasak untuk keluarga, mencuci dan menjemur pakaian, hingga mengantar anak ke sekolah. Dan ibu juga mulai banyak memiliki kesempatan untuk berkembang di ranah profesional seperti contohnya berbisnis.
ADVERTISEMENT
Namun sekarang karena sudah menjadi masyarakat yang modern, dapat terjadi pandangan mengenai apa yang dikatakan sebagai role reversal atau pengambilan peran orang lain. Paradigma ini semakin kuat, bahwa posisi kepala keluarga sebagai pemberi nafkah utama sekarang tidak lagi di dominasi oleh kaum laki-laki. Batasan - batasan pada sebuah profesi yang identik dengan gender tertentu sudah semakin bias. Tak sedikit lagi pria yang berprofesi sebagai perawat, dan perempuan sebagai ahli mesin atau profesi apapun yang identik dengan laki – laki.