Curhat Perempuan Harus Pakai Hazmat saat Kunjungi Ibu yang Positif Corona

Konten dari Pengguna
21 Maret 2020 16:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Curhatan Perempuan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Virus corona. Dok: unsplash,com
zoom-in-whitePerbesar
Virus corona. Dok: unsplash,com
ADVERTISEMENT
Saat ini, penyebaran virus Corona semakin meluas. Berbagai langkah diambil untuk memutus rantai penyakit COVID-19 itu, termasuk dengan melakukan karantina terhadap siapa pun yang telah terjangkit.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, ini diharapkan bisa menjadi langkah yang efektif untuk mencegah penularan Corona di antara orang. Namun, bagi anggota keluarga orang yang positif Corona, hal ini menjadi sangat mengkhawatirkan. Sebab, mereka tak bisa leluasa mengecek dan mengetahui detail dari kesehatan anggota keluarga yang terjangkit virus tersebut.
Hal ini pula yang dialami oleh Siobhan Cullen, perempuan asal Irlandia. Beberapa saat lalu, ia sempat membagikan kekhawatirannya mengenai kondisi sang ibu lewat akun Twitter @carnsoreboxer. Ibunya yang berusia 88 tahun itu dijemput ambulans untuk dibawa ke RS pada (14/3) dan tidak diperbolehkan untuk bertemu siapa pun. Siobhan pun cemas, karena dia tidak mendapatkan informasi mendetail mengenai keadaan sang ibu.
Awalnya, Siobhan tak mengira bahwa ibunya terkena COVID-19. Ia sempat mengira, kondisi ibunya memburuk karena terkena stroke. Apalagi, rumah sakit juga tidak bisa segera mengonfirmasi apa yang terjadi kepada sang ibu.
ADVERTISEMENT
Namun, pada (15/3), pihak RS menghubungi Siobhan dan mengatakan bahwa ibunya positif terjangkit virus corona.
Siobhan pun sangat terkejut dengan kabar tersebut. Sebab, ibunya yang lumpuh tak pernah keluar dari rumah sama sekali. Ia juga tak melakukan kontak fisik, kecuali dengan Siobhan, saudara laki-lakinya, istri saudara tersebut, dan dua orang perawat. Namun, sang ibu tetap terjangkit penyakit itu.
“Ini kenyataan COVID-19. Ibuku sangat lemah dan dia dinyatakan positif Corona. Aku menunggu telepon untuk menemukan solusi atas kondisi ini. Aku ingin menangis tapi tidak bisa, aku harus kuat. Untuk semuanya, ini tidak lucu. Tolong isolasi diri di rumah. Aku tidak ingin kalian merasakan apa yang aku rasakan,” cuitnya.
Karena tidak diperbolehkan menemui sang ibu, Siobhan dan keluarganya hanya bisa mendoakan yang terbaik. Para netizen Twitter yang membaca cuitan tentang perkembangan ibu Siobhan juga ikut mengirimkan doa dan semangat bagi keluarga Siobhan.
ADVERTISEMENT
Namun, pada (18/3), sang ibu mengalami masa kritis. Siobhan pun mengunjungi ibunya, meski harus mengenakan hazmat atau baju pelindung khusus.
“Aku sedang bersamanya dan menggenggam tangannya, dia sangat kesulitan saat ini. Mohon doakan agar ibuku dapat pergi dengan tenang,” cuitnya memberikan kabar dan meminta doa kepada pengikutnya pada (18/3).
Pada tanggal (19/3) pukul 15.20 waktu Irlandia, ibu Siobhan meninggal dunia. Meski begitu, Siobhan bersyukur bahwa ia bisa menggenggam tangan sang ibu untuk yang terakhir kalinya. Namun sayangnya, dia tidak bisa mengatur acara pemakaman untuk sang ibu, karena pihak RS melarang siapapun untuk datang melayat.
Ucapan duka pun berdatangan dari followers Siobhan yang selalu mengikuti perkembangan sang ibu. Mereka turut bersedih karena hanya bisa mendoakan dari jauh tanpa bisa memberikan penghormatan terakhir secara langsung.
ADVERTISEMENT