news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Belajar Kebaikan dari Ayah

Cut Elviani
ASN Pemko Banda Aceh
Konten dari Pengguna
21 September 2021 17:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cut Elviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Lahirnya seorang anak dalam sebuah keluarga merupakan suatu harapan bagi kedua orang tua baik ayah maupun ibu. begitu juga halnya seorang anak, dia tidak minta dilahirkan dalam keluarga miskin atau kaya, baik atau buruk, cantik atau tidak, semuanya atas kehendak Allah SWT. Saya bersyukur terlahir dari keluarga yang utuh dan sederhana dengan kasih sayang yang cukup. Dari kecil saya sudah hidup sederhana tapi saya sangat bahagia dengan keluarga kecil saya yang terdiri dari ayah, ibu, kakak dan saya.
ADVERTISEMENT
Hidup berdampingan dengan keluarga lain dalam bertetangga memiliki banyak kesenjangan sosial, tetapi saya tidak pernah merasakan adanya kesenjangan itu semua saya jalankan apa adanya. Saya selalu bersabar dan mengambil hal positif atas apa yang terjadi dalam kehidupan. Setelah saya menyelesaikan kuliah, saya diterima menjadi pegawai pemerintah yang disebut saat ini dengan Aparatur Sipil Negara (ASN). Di dunia kerja pemerintahan saya mengenal bermacam karakter dan perilaku tetapi semua itu tidak menjadi suatu kendala buat saya. Saya tetap menjalankan tugas saya sebagaimana mestinya.
Di kantor saya berteman dengan siapa saja, setiap yang baik saya ambil yang buruk saya tinggalkan. Jika saya diberi rezeki lebih saya selalu berbagi dengan teman-teman walau hanya sekadar makan – minum. Dalam rezeki kita juga ada dititipkan rezeki buat orang lain walau tidak semua kita menyadarinya.
ADVERTISEMENT
Saya beruntung memiliki sosok ayah yang baik. Ayah merupakan sosok laki-laki pertama kali yang saya kenal, beliau mendidik dan membimbing saya dengan penuh kasih sayang dan penuh makna. Ayah gemar menolong tanpa pamrih, tidak pernah mengambil hak orang lain dan selalu berusaha berdiri sendiri untuk menghidupi keluarga kecilnya. Ayah seorang yang penyayang, terlebih buat orang yang membutuhkan bantuan. Perilaku yang ayah miliki satu persatu diturunkan ke saya dan kakak saya sejak kami kecil.
Ayah memiliki hati yang sangat tulus, beliau selalu berusaha yang terbaik untuk saya dan kakak semata wayang. Ayah tidak pernah pilih kasih, tidak pernah membeda-bedakan antara saya dan kakak saya. Ayah tidak pernah marah sifatnya yang lembut membuat saya sangat patuh akan perintah dan nasihat-nasihat yang beliau berikan ke kami. Ayah sangat gemar bersedekah dan berbagi atas apa yang beliau miliki, suka menyantuni anak-anak yatim.
ADVERTISEMENT
Wejangan-wejangan yang ayah sampaikan kepada saya sampai saat ini masih saya ingat dan patuhi. Seperti bersedekahlah walaupun hanya sekadar segelas air putih, bekerja tanpa pamrih, menolong sesama, tidak mengambil yang bukan hak kita dan menghindari utang sebisa mungkin. Saya sangat bersyukur memiliki ayah yang bisa mendidik kami dari segala kebaikan dalam menjalankan sebuah roda kehidupan baik itu dalam lingkungan kerja, keluarga dan bertetangga.
Sekarang ayah sudah tiada, beliau pergi dengan sangat tenang, semua kebaikan dari ayah saya ikuti. Maka “teruslah berbuat baik, karena kebaikan itu menular” kebaikan itu akan abadi sampai kita mati. Sebuah kebaikan yang kita perbuat di dunia pasti akan menjadi contoh yang baik bagi semua orang.[CeZA]
Sumber Foto : pixabay