Berangkat Mondok, Rumah Adah Malah Kebakaran

Daarul Quran
Lembaga Amil Zakat Nasional dan Pengelola Sedekah yang berkhidmat pada pembangunan masyarakat berbasis tahfizhul Quran yang dikelola secara profesional dan akuntabel.
Konten dari Pengguna
20 September 2021 13:32 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daarul Quran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Adah
zoom-in-whitePerbesar
Adah
ADVERTISEMENT
Sa’adatud Darain (16) tak dapat menyembunyikan rasa bahagianya tatkala membawa koper berisi bekalnya menuju Jakarta. Adah, panggilan akrabnya, adalah satu dari tiga santri Kampung Qur'an Melempo, Desa Obel-Obel, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, yang dinyatakan lolos seleksi beasiswa di Pesantren Tahfizh Daarul Qru’an Takhasus Cikarang.
ADVERTISEMENT
Tak lupa, Adah meminta doa restu kepada kedua orang tuanya, Imran dan Usniati. Keduanya juga ikut mengantarkan Adah ke Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abdul Madjid.
Sepanjang perjalanan, Adah membayangkan teduhnya Pesantren Tahfizh Daarul Qru’an Takhasus Cikarang. Kehangatan bersama teman-teman seperjuangan. Meski belum pernah berkunjung ke sana, Adah begitu antusias menunggu waktu dimana ia sampai dan berkenalan dengan santri lainnya.
Betapa tidak, menghafal Al-Qur'an dan menjadi hafidzah adalah impiannya sejak dulu. Keseriusannya dalam menggapai mimpi itu terlihat ketika Adah mulai menyetorkan hafalannya secara online.
Sebab rumahnya yang berada di pelosok, ia kerap kesulitan mendapatkan jaringan seluler. Bahkan, Adah harus berjalan 300 meter ke pantai untuk sekedar mencari jaringan. Terkadang Adah juga harus menunggu hingga berjam-jam untuk menyesuaikan dengan jadwal asatidz yang membimbingnya. Namun, itu semua tidak akan menghalangi mimpinya menjadi penghafal A-Qur’an.
ADVERTISEMENT
Tetapi, di tengah lamunan panjangnya mengenai 'dunia impian' Adah dikagetkan oleh sebuah kabar buruk. Ketika itu, mereka telah sampai di bandara. Pada saat yang sama, tetangga Adah mengabarkan melalui handphone bahwa rumahnya mengalami kebakaran.
Adah, kedua orang tua dan seluruh orang yang saat itu ikut mengantarnya pun terkejut. Pasalnya, rumah ditinggalkan dalam keadaan kosong. Mereka khawatir jika tak ada yang memadamkan api dan membuat seisi rumah habis.
Beruntung, tak lama kemudian Adah dan orang tuanya mendapatkan kabar bahwa rumah mereka sudah padam dari kobaran si jago merah. Kebakaran dapat segera diatasi oleh tetangga Adah. Kerusakan pun hanya terjadi di bagian dinding dan pintu.
"Alhamdulillah, dikabarin lagi kalau rumah nggak banyak yang terbakar, lega, tapi masih sedih," ujar Adah.
ADVERTISEMENT
Dalam kesedihannya, kedua orang tua Adah berusaha menguatkan hatinya. Mereka mengatakan bahwa Adah harus semangat menghafal Al-Qur'an dan bersyukur kebakaran tak menghanguskan seluruh isi rumah.
Meski air mata masih membasahi matanya, Adah mencoba tegar dan melanjutkan perjalanannya. Ia yakin bahwa kepergiannya ke pulau seberang tak lain adalah untuk membahagiakan orang tua. Sebab, ia ingin sekali memberikan mahkota kepada orang tua di akhirat kelak.
"Bismillah, semoga Allah mudahkan langkah kami untuk menghafal Al-Qur'an, jadi hafidz dan hafidzah," pungkas Adah. []