Dapur Umum Kolaborasi PPPA DAQU Bandung dan Warga Penuhi Kebutuhan Makan 3 RW

Daarul Quran
Lembaga Amil Zakat Nasional dan Pengelola Sedekah yang berkhidmat pada pembangunan masyarakat berbasis tahfizhul Quran yang dikelola secara profesional dan akuntabel.
Konten dari Pengguna
21 Januari 2021 20:15 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daarul Quran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dapur Umum Kolaborasi PPPA DAQU Bandung dan Warga Penuhi Kebutuhan Makan 3 RW
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Bencana longsor menerpa pemukiman warga di Desa Cihanjuang, Cimanggung, Sumedang pada Sabtu (9/1) lalu. Peristiwa nahas tersebut menyisakan luka dan duka untuk masyarakat sekitar, terlebih bagi mereka yang ditinggalkan oleh keluarga tercintanya. Total sebanyak 40 warga dinyatakan meninggal dunia akibat dari longsor tersebut, sementara warga yang selamat terpaksa diungsikan ke lokasi yang lebih aman.
ADVERTISEMENT
Untuk memenuhi kebutuhan pangan warga di pengungsian, PPPA Daarul Qur'an Bandung bersama Warga RW 15 Desa Cihanjuang, Cimanggung, Sumedang, membangun dapur umum. Lokasi yang digunakan untuk dapur umum ialah rumah-rumah warga yang tidak terkena dampak longsor.
Imas Rosida (48), salah satu Relawan Posko menceritakan ada tiga lokasi pengungsian yang kebutuhannya disediakan oleh dapur umum. "Dalam satu hari ada tiga RW, RW 15 ada 42 KK, di RW 12 hampir 97 KK, RW 13 itu 25 KK," jelasnya.
Ada yang unik dari dapur umum kolaborasi PPPA Daarul Qur'an Bandung dan Warga RW 15. Biasanya jika dapur umum identik dengan warga yang bahu membahu masak dalam satu tempat, namun di RW 15 ini warga terbiasa dengan masak di lokasi berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut bukan tanpa alasan, selain karena budaya dan sistem yang sudah dibangun sejak lama, kewajiban seorang istri juga menjadi perhatian para relawan. "Lokasi masaknya terpisah-pisah (di rumah masing-masing). Sistem di kita dari dulu sudah begitu. Jadi ibu-ibu bisa tetap membantu kegiatan, tapi nilai ibadah di rumah juga tetap ada," tutur Imas.
Meskipun lokasi masak yang berbeda, warga yang ikut membantu memasak akan berkumpul di satu lokasi untuk pengemasan makanan yang kemudian disalurkan menuju pengungsian. Cara tersebut dinilai lebih efektif oleh warga dibandingkan dengan memasak di satu tempat berbarengan.
Warga RW 15 sendiri sangat tidak keberatan saat harus menjadi penopang kebutuhan warga yang mengungsi. Dengan adanya dapur umum, warga bisa saling berbagi serta meningkatkan nilai gotong royong antar warga.
ADVERTISEMENT
"Jika ada acara, atau kejadian seperti ini biasanya kita akan gotong royong membagi tugas. Alhamdulillah disini mah Neng, kalau kata sunda mah teu keeung. Karena kita semua saling bantu." tutup Imas. []