Gema Al-Qur’an di Pedalaman Melempo

Daarul Quran
Lembaga Amil Zakat Nasional dan Pengelola Sedekah yang berkhidmat pada pembangunan masyarakat berbasis tahfizhul Quran yang dikelola secara profesional dan akuntabel.
Konten dari Pengguna
14 Oktober 2020 17:43 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daarul Quran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gema Al-Qur’an di Pedalaman Melempo
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Pagi-pagi sekali, sekitar tiga puluh menit sebelum masuk waktu Sholat Subuh, anak-anak pedalaman Kampung Qur’an Melempo di Desa Obel-Obel, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, bergegas berjalan menuju masjid. Tepat sebelum mempersiapkan diri menyambut azan Subuh dikumandangkan, mereka menyibukkan diri dengan membaca serta menghafal Al-Qur’an.
ADVERTISEMENT
Rata-rata usia mereka adalah usia yang terbilang belia; mulai dari lima sampai sepuluh tahun. Kegiatan mereka sehari-hari selain dari belajar di sekolah adalah mengaji dan menghafalkan Al-Qur’an. Latar belakang orang tua mereka beragam, dari petani, peternak hingga nelayan. Tapi, dari background keluarga yang notabene bukan merupakan agamawan ini, tidak mereka jadikan alasan untuk tidak menjadi penghafal Al-Qur’an.
Kampung Qur’an Melempo sendiri didirikan oleh Laznas PPPA Daarul Qur’an tepat pasca bencana gempa bumi pada 2018 silam. Anak-anak Kampung Qur’an Melempo memiliki semangat yang sangat tinggi untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an. Di pesisir pantai timur pulau Lombok yang berjarak kurang lebih 100 Km dari pusat kota Mataram ini, mereka mengabdikan dirinya untuk Al-Qur’an.
Berbeda dari kebanyakan anak-anak di usianya yang mayoritas disibukkan dengan smartphone, video game, dan lain sebagainya, anak-anak di Kampung Qur’an Melempo malah tidak mengenal istilah terkait game online, media sosial dan lain sebagainya. Mereka lebih asyik bermain dengan permainan-permainan tradisional serta menyibukkan diri dengan melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
ADVERTISEMENT
Tidak ada sedikitpun tampak kekecewaan pada raut wajah mereka karena tidak mengenal dunia maya, justeru keceriaan yang mereka tampilkan seolah menunjukkan bahwa mereka adalah anak paling bahagia di seluruh dunia.
Kegiatan mereka setelah Sholat Subuh adalah menyetorkan hafalan Al-Qur’an hingga masuk waktu Dhuha. Kemudian bersih-bersih dan berangkat sekolah seperti kebanyakan anak-anak di usianya. Lalu di sore harinya, mereka kembali ke beruga-beruga untuk menghafalkan Al-Qur’an sebelum mereka setorkan kepada ustadz di masjid setelah Sholat Maghrib.
Walau beberapa kali kampung mereka dilanda bencana, seperti gempa bumi pada tahun 2018 dan banjir bandang beberapa bulan lalu, tidak sedikitpun menyurutkan semangat mereka untuk menimba ilmu dan menjadi golongan para pecinta Al-Qur’an. Malam-malam mereka sibukkan dengan belajar, mengulang hafalan dan pelajaran di sekolah hingga terlelap dan bangun untuk merintis hari yang baru dengan semangat yang baru pula. []
ADVERTISEMENT