Esensi Sajen dalam Pertunjukan Wayang

Daffa Nauval Haikal Akbar
Mahasiswa sastra Indonesia S1 universitas Pamulang
Konten dari Pengguna
14 Desember 2023 7:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daffa Nauval Haikal Akbar tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Universitas Pamulang mengadakan kegiatan kunjungan ke Museum Wayang Kota Tua Jakarta pada Minggu, 24 September 2023. Hal ini dilakukan sebagai upaya pelestarian kesenian wayang yang ada dalam mata kuliah Sastra Wayang yang diikuti oleh mahasiswa semester tiga. Selain kegiatan kunjungan, mahasiswa juga diberi kesempatan untuk menonton pagelaran wayang kulit berjudul “Gatot Kaca Wisuda” oleh dalang Ki Kasmin Guno Prayitno.
Pertunjukan wayang. Sumber: Dokumen pribadi
Dalam pagelaran tersebut, mahasiswa tak hanya dikenalkan pada lakon wayang, tetapi juga elemen-elemen pendukung pertunjukan wayang yang sangat unik. Salah satunya yang menarik perhatian adalah sajen atau sesaji yang diletakkan di belakang panggung. Menurut kepercayaan masyarakat yang masih menganut animisme dan dinamisme, sajen secara umum berfungsi sebagai bentuk persembahan kepada makhluk halus supaya pagelaran wayang berjalan lancar. Sajen dalam konteks ini bukan bermaksud untuk menyembah atau menuhankan, melainkan sebagai upaya saling menghargai dan menghormati antara manusia dengan makhluk-makhluk yang tak terlihat di sekitar lokasi pagelaran wayang.
ADVERTISEMENT
Sajen bisa bermacam-macam bentuknya seperti air tujuh sumber, kembang setaman, kelapa, kain mori, kopi hitam, dan sebagainya. Fungsi secara spesifiknya adalah untuk menghalau gangguan-gangguan yang terjadi selama pagelaran karena wayang sangat identik dengan mistisme. Hal ini karena pada zaman dahulu, wayang digunakan sebagai media pemanggil roh leluhur. Gangguan tersebut bisa berupa rubuhnya panggung, pemain atau penonton yang kerasukan, dan sebagainya.
Seiring berjalannya waktu, fungsi wayang berubah menjadi media dakwah untuk menyebarkan agama Islam. Namun, dalam pandangan Islam sajen ditentang karena mistismenya yang kental dianggap menyekutukan Allah SWT sehingga sebagian ulama mengharamkan pementasan wayang. Muhammad Muchsain, profesor sejarah budaya Islam Universitas Sunan Kalijaga mengatakan bahwa memang banyak hal di dalam wayang yang bertentangan dengan agama Islam, namun wayang yang merupakan bentuk kompleks tidak bisa dilihat dari satu sisi saja. Semuanya tergantung dari bagaimana kita mempergunakan media-media pada wayang tersebut. Sajen tidak bertentangan dengan aturan agama jika kita memandangnya sebagai upaya menghargai alam dan pelestarian tradisi (Sucahyo, 2022).
ADVERTISEMENT
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemaknaan sajen haruslah dipahami esensi dan relasinya antara Tuhan, alam, dan sesama makhluk. Sajen tak hanya berkaitan dengan sesuatu yang mistis, melainkan juga sebagai bagian dari tradisi masyarakat dan upaya pelestarian alam. Melalui kegiatan kunjungan ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami wayang sebagai kesenian yang harus dijaga agar tidak hilang. Wayang bukan hanya sebuah cerita, wayang bukan hanya sejumlah lakon, melainkan wayang memiliki nilai-nilai dari setiap elemen yang ada di dalamnya.