Kesehatan Mental dan Instagram di Era Modernisasi

daffa bariq
Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMY
Konten dari Pengguna
30 Desember 2020 17:25 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari daffa bariq tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Contoh pilihan filter Instagram yang sering digunakan.
zoom-in-whitePerbesar
Contoh pilihan filter Instagram yang sering digunakan.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Di era modernisasi saat ini kita pasti sudah tidak asing lagi dengan kehadiran media sosial terlebih lagi Instagram. Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat media sosial sangat berpengaruh terhadap lahirnya budaya baru atau biasa disebut Budaya Populer. Budaya popular merupakan hasil kreasi masyarakat industrial, yang kemudian terjadi interpretasi makna dan hasilnya diwujudkan dalam kebudayaan yang ditampilkan secara dominan. Serta didukung dengan kemajuan teknologi produksi dan penggandaan masal agar dapat lebih mudah diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga dalam penyebarannya begitu cepat serta mendapat respon sebagian besar kalangan masyarakat.
ADVERTISEMENT
Budaya pop menjanjikan individualisme dalam kebebasan brekreasi hingga terkenal dan menjadi makro selebritas. Seperti yang dikatakan Wahyudi bahwa hadirnya media sosial seperti Tiktok, Facebook, Instagram, Youtube dan sebagainya dapat menciptakan ruang demokrasi dan ruang kesetaraan bagi individualisme tampil dan membangun followers untuk ketenaran secara individu.
Di era internet seperti ini, komunikasi tidak hanya dilakukan secara fisik saja, tetapi dapat dilakukan dengan berbagai media sosial seperti dunia maya. Salah satunya yang paling populer adalah Instagram. Instagram sebagai media sosial yang semakin popular kini telah digandrungi hampir semua kalangan mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa (Soraya, 2019). Instagram merupakan sebuah aplikasi berbagi foto dan video yang memungkinkan pengguna mengambil foto, mengambil video, menerapkan filter digital, dan membagikannya ke berbagai layanan jejaring sosial, termasuk aplikasi Instagram itu sendiri. Nama Instagram sendiri berasal dari insta dan gram, “insta” yang berasal dari kata “instant” dan “gram” yang berasal dari telegram. Dapat disimpulkan dari namanya yang berarti menginformasikan atau membagikan foto kepada orang lain dengan cepat. Salah satu alasan yang membuat Instagram begitu menarik adalah media tersebut merupakan media untuk mendapatkan perhatian dan menumbuhkan citra. Di Instagram sendiri ada fitur instastory yang memiliki banyak pilihan filter digital. Dengan adanya filter digital, kita dapat langsung mengupload foto dan video kita tanpa diedit terlebih dahulu. Ini menjadi salah satu contoh budaya popular yang ditimbulkan dari Instagram karena saat ini filter Instagram sedang tren dan sangat diminati pengguna Instagram. Hampir semua pengguna Instagram menggunakan filter digital ini untuk foto dan videonya. Filter Instagram ini sangat digandrungi pengguna Instagram karena dengan filter ini dapat mengubah wajah kita menjadi lebih menarik. Bahkan ada juga filter Instagram yang mumbuat wajah kita seakan-akan bermakeup padahal aslinya tidak. Karena itu lah filter Instagram sangat diminati dan memberi efek candu. Selain filter yang membuat wajah kita seolah bermakeup Instagram juga banyak memberikan filter-filter lain baik dari Instagram itu sendiri maupun dari penggunanya, seperti filter tebak-tebakan makanan khas Indonesia, tebak-tebakan receh sampai ke bentuk wajah yang diubah-ubah menyerupai orang lain atau bahkan bentuk yang tidak kita duga.
ADVERTISEMENT
Tapi hal ini hanya berlaku dimedia sosial saja. Saat didunia nyata khalayak malah merasa tidak percaya diri karena merasa dirinya tidak semenarik dimedia sosial. Kepercayaan diri ini dapat disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya perubahan fisiknya (Sri Rumini & Siti Sundari, 2004). Menurut Lauster (2002) kepercayaan diri merupakan suatu sikap atau keyakinan atas kemampuan diri sendiri sehingga dalam tindakan-tindakannya tidak terlalu cemas, merasa bebas untuk melakukan hal-hal yang sesuai keinginan dan tanggung jawab atas perbuatannya, sopan dalam berinteraksi dengan orang lain memiliki dorongan prestasi serta dapat mengenal kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Lauster menggambarkan bahwa orang yang mempunyai kepercayaan diri memiliki ciri-ciri tidak mementingkan diri sendiri (toleransi), tidak membutuhkan dorongan orang lain, optimis dan gembira.
ADVERTISEMENT
Media sosial khususnya Instagram dapat mempengaruhi kepercayaan diri pengunanya dan juga dapat mempengaruhi perasaan seseorang terutama wanita terhadap penampilannya. Khalayak yang sering mengunggah fotonya ke Instagram menggunakan filter akan kehilangan kepercayaan dirinya ketika mengunggah fotonya tanpa menggunakan filter. Saat didunia nyata khalayak cenderung diam namun aktif dimedia sosial karena merasa lebih percaya diri ketika berbicara dengan media sosial daripada berbicara langsung dengan lawan bicaranya.
Bahkan yayasan kesehatan mental Inggris Mental Health Foundation (MHF), pernah melakukan survey kepada 1.118 remaja Inggris berusia 13 sampai 19 tahun mengenai bentuk tubuh mereka dan hasilnya menunjukkan sebanyak 31 persen remaja Inggris merasa malu dengan bentuk tubuh mereka dan sebanyak 35 persen berhenti makan atau makan berlebih. Sebanyak 37 persen remaja Inggris merasa kesal dan malu tentang hal itu dan 40 persen khawatir dengan komentar lingkungan sekitarnya tentang penampilan mereka.
ADVERTISEMENT
MHF menyebutkan paparan terhadap bentuk badan yang ideal di media massa dan media sosial, memberikan resiko yang signifikan terhadap masalah itu. Bahkan, menginternaliasi bahwa citra tubuh ideal tidak mungkin tercapai. Jumlah remaja terutama perempuan yang membutuhkan perawatan di rumah sakit setelah mencoba untuk bunuh diri sangat mengkhawatirkan dengan angka yang terus naik selama 10 tahun terakhir.