Tren Bercerita di Media Sosial Jadi Upaya Penurunan Bunuh Diri

Dara Puspita
A PR student and practitioner
Konten dari Pengguna
22 Januari 2020 6:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dara Puspita tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi penggunaan media sosial
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi penggunaan media sosial
ADVERTISEMENT
Menurut laporan platform media sosial Hootsuite dan We Are Social "Digital Around The World 2019" rata-rata pengguna aktif media sosial habiskan waktunya selama 3 jam 26 menit untuk berselancar di dunia maya. Hasil dari penelitian ini menyimpulkan bahwa penggunaan media sosial yang berlebihan bisa berdampak berbahaya bagi kesehatan mental karena dapat menyebabkan depresi.
Laporan We Are Social: Digital Around The World 2019 oleh Hootsuite dan We Are Social.
Itu juga yang dirasakan oleh Desiree Nasfhia, wanita yang tinggal di bilangan Jakarta. Desiree mengaku bisa lebih dari 3 jam dirinya mengakses media sosial. Selain memang untuk keperluan pekerjaan, media sosial digunakan Desiree untuk mewadahi orang-orang untuk bercerita. Bukan tanpa alasan, hal ini dilakukannya untuk menjaga orang-orang yang kesehatan mentalnya sedang terganggu bahkan memiliki kecenderungan untuk bunuh diri.
ADVERTISEMENT
instagram.com/desireenasfhia
Pengetahuan mengenai pencegahan bunuh diri tidak sembarangan Desiree dapatkan. Host dari Podcast Teman Cerita ini juga merupakan penyintas gangguan kesehatan mental. Upaya bunuh diri sempat dilakukan Desiree saat dirinya menempuh tingkat akhir SMA. Saat itu ia mengaku dirinya tengah direndungi rasa kecewa dan kegelisahan yang tinggi akan hidupnya.
Setelah melakukan percobaan bunuh diri, Desiree diajak temannya untuk pergi ke psikolog yang dianggap bisa membantu Desiree pulih dari keadaannya yang tidak stabil. Meski awalnya menolak, Desiree menganggap keputusan temannya tersebut sudah tepat. 1,5 tahun waktu yang dibutuhkan Desiree untuk dapat pulih kembali.
ADVERTISEMENT
Hingga kini Podcast Teman Cerita telah didengar sebanyak 112,371 kali dan diikuti lebih dari 6 Ribu orang di spotify. Tiap harinya juga selalu ada direct message (DM) di Instagram dan e-mail yang didapatkannya. Cile mengaku pesan-pesan tersebut dibacanya dan tidak selalu direspon dalam bentuk saran. Menurutnya, tidak semua orang cerita karena butuh saran. Seperti nama podcast-nya, terkadang orang hanya butuh teman cerita untuk merasa didengar.
Tren bercerita melalui media sosial juga kian meningkat dan dianggap sebagai bentuk upaya menurunkan angka bunuh diri. Di Indonesia, akun-akun di media sosial seperti di antaranya @nkcthi, @menjadimanusia.id, dan @proud.project juga sering dijadikan tempat orang-orang untuk bercerita. Lebih dari ratusan ribu orang mengikuti akun serupa tersebut.
ADVERTISEMENT
Desiree mengungkapkan bahwa tren bercerita dan adiksi dalam menggunakan media sosial ini bisa berdampak negatif ketika sudah mengganggu kondisi psikis penggunanya. Inisiator dari acara "Temu Sapa" ini menghimbau ada baiknya untuk selalu sadar dan kenali diri dengan baik.
"Sebenernya gak apa-apa cerita lewat media sosial jika memang itu bisa bikin lega. Tapi akan lebih baik kalau cerita ke ahlinya (psikolog) langsung. Kesehatan mental itu tentang seberapa kenal kita dengan diri kita sendiri. Jadi jangan ragu untuk minta bantuan ke orang lain ketika gak mampu menampung semuanya sendiri.", tutup Desiree.