BMKG Identifikasi Jalur Gempa di Kaki Gunung Salak, Bogor

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
Konten dari Pengguna
23 Agustus 2019 12:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
BMKG Identifikasi Jalur Gempa di Kaki Gunung Salak, Bogor
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Aktivitas gempa kecil yang terus terjadi di wilayah Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, sejak Sabtu 10 Agustus 2019 hingga hari ini (23/8) masih terus berlangsung.
ADVERTISEMENT
Hingga Rabu malam (21/8), BMKG sudah mencatat sebanyak 76 kali aktivitas gempa kecil dalam berbagai variasi magnitudo dan kedalaman.
Dari sekian banyak gempa yang terjadi, lima gempa di antaranya guncangannya dirasakan oleh warga, yaitu:
1. 19 Agustus 2019 pukul 08.13.12 WIB berkekuatan M 3,0
2. 19 Agustus 2019 pukul 22.52.16 WIB berkekuatan M 2,5
3. 21 Agustus 2019 pukul 03.06.16 WIB berkekuatan M 3,9
4. 21 Agustus 2019 pukul 11.24.05 WIB berkekuatan M 3,4
5. 21 Agustus 2019 pukul 20.49.58 WIB berkekuatan M 3,3
Seringnya terjadi gempa dirasakan ini tentunya kian menambah resah masyarakat.
Banyak pertanyaan warga yang dilontarkan kepada BMKG terkait meningkatnya aktivitas gempa di wilayah Kabupaten Bogor ini.
ADVERTISEMENT
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka perlu memahami beberapa tipe gempa terlebih dahulu.
Kiyoo Mogi (1963) ahli gempa Jepang telah mengklasifikasikan gempa ke dalam tiga tipe, yaitu:
A. Gempa tipe 1 dicirikan dengan terjadinya gempa utama (mainshock) yang diikuti oleh gempa susulan (aftershocks).
B. Gempa tipe 2 dicirikan dengan munculnya gempa pendahuluan (foreshocks), kemudian terjadi gempa utama dan diikuti oleh aktivitas gempa susulan.
C. Gempa tipe 3 dicirikan dengan munculnya aktivitas gempa yang berlangsung secara terus menerus dengan magnitudo yang relatif kecil tanpa ada gempa utama.
Jika kita mengamati rentetan gempa yang sedang berlangsung di Bogor saat ini, tampak bahwa fenomena gempa yang berpusat di Kecamatan Nanggung ini merupakan gempa tipe 3, yaitu aktivitas gempa swarms.
ADVERTISEMENT
Swarm adalah serangkaian aktivitas gempa yang terjadi di kawasan sangat lokal, dengan magnitudo relatif kecil, memiliki karakteristik frekuensi kejadian sangat tinggi, dan berlangsung dalam periode waktu tertentu.
Aktivitas gempa di wilayah Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, saat ini layak disebut swarm karena gempa yang terjadi sangat banyak tetapi tidak ada gempa yang magnitudonya menonjol sebagai gempa utama (mainshocks).
Selain itu, memang rata-rata magnitudo gempanya relatif kecil, yaitu kurang dari M 4,0.
Kalau kita amati, klaster sebaran pusat gempa yang berlangsung saat ini, tampak aktivitasnya sangat lokal terkonsentrasi di sebelah barat daya Kaki Gunung Salak.
Di wilayah ini banyak warga beberapa kali merasakan guncangan lemah gempa.
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa yang terjadi dibangkitkan oleh penyesaran dengan mekanisme yang merupakan kombinasi pergerakan mendatar dan naik (oblique thrust fault) dengan kecenderungan strike berarah utara-selatan.
ADVERTISEMENT
Dari hasil analisis ini ada dugaan bahwa swarm yang terjadi berkaitan dengan mekanisme penyesaran lokal, apalagi didukung dengan data bentuk gelombang yang menunjukkan fase gelombang S (shear) yang tampak kuat dan jelas.
Namun demikian, hingga saat ini belum diperoleh referensi mengenai keberadaan struktur sesar aktif yang diduga menjadi pembangkit gempa swarm ini.
Hasil kajian yang dilakukan Pepen Supendi dkk. tahun 2018 sudah menyebutkan adanya klaster aktivitas gempa di barat daya Gunung Salak ini.
Di klaster ini terjadi sembilan kali gempa selama periode 2011-2015 yang memiliki magnitudo M 2,0 hingga M 4,6.
Dalam peta seismisitas Jawa Barat dan Banten periode 1990-2000 juga tampak adanya klaster aktivitas gempa yang cukup mencolok di barat daya Gunung Salak.
ADVERTISEMENT
Ini artinya aktivitas gempa Klaster Bogor ini sebenarnya sudah sering terjadi sejak lama.
Berdasarkan data hasil monitoring BMKG terkini, tampak ada kecenderungan frekuensi kejadian gempa swarm semakin meningkat.
Aktivitas gempa ini merupakan cerminan berlangsungnya proses pelepasan tegangan pada batuan kulit Bumi yang berlangsung karena karakteristik batuan yang rapuh (brittle).
Jika medan tegangan yang tersimpan dalam sudah habis, maka aktivitas gempa swarms ini dengan sendirinya akan berakhir.
Bagi kalangan ahli, gempa swarms merupakan fenomena alam biasa. Namun demikian karena fenomena semacam ini jarang terjadi dan masyarakat sebagian besar belum banyak memahaminya, maka wajar jika banyak warga yang merasa resah.
Pada beberapa kasus gempa swarms biasa juga terjadi di zona gunung api. Swarm dapat terjadi di bagian yang mengalami akumulasi medan tegangan berkaitan dengan aktivitas pergerakan magma.
ADVERTISEMENT
Selain berkaitan dengan aktivitas vulkanisme, beberapa laporan menunjukkan bahwa gempa swarms juga dapat terjadi di kawasan nonvulkanik. Fenomena swarm memang dapat terjadi pada kawasan dengan karakteristik batuan rapuh dan mudah mengalami retakan-retakan (fractures).
Untuk menjawab apakah fenomena swarm pada klaster Bogor ini dibangkitkan oleh aktivitas sesar (tektonik) atau vulkanisme, tampaknya perlu ada kajian yang lebih mendalam untuk menjawabnya.
Terlepas dari faktor penyebab pembangkit gempa swarm, yang pasti rentetan aktivitas gempa yang terjadi saat ini dan sebelumnya sudah cukup menjadi petunjuk bahwa adanya sumber gempa pada Klaster sebelah baratdaya Gunung Salak.*
Jakarta, 21 Agustus 2018
Kepala Bidang Mitigasi Gempabumi dan Tsunami BMKG
Dr. DARYONO