Catatan 9 Peristiwa Gempa di Wilayah Laut Maluku dan Sekitarnya

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
Konten dari Pengguna
7 Januari 2019 22:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Catatan gempa di Laut Maluku, Senin (7/1). (Foto: Dok: Dr. Daryono)
zoom-in-whitePerbesar
Catatan gempa di Laut Maluku, Senin (7/1). (Foto: Dok: Dr. Daryono)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Hari Senin, 7 Januari 2019, tadi pagi dini hari pukul 00.27.19 WIB, wilayah Laut Maluku diguncang gempa tektonik dengan magnitudo M=6,5 yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran menjadi M=6,6.
ADVERTISEMENT
Episenter terletak pada koordinat 2,37 LU dan 126,75 BT tepatnya di laut pada jarak 154 km arah barat laut Kota Tobelo, Halmahera Utara, Maluku Utara pada kedalaman 47 km.
Gempa yang terjadi merupakan jenis gempa dangkal akibat deformasi batuan pada Lempeng Laut Maluku. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan mekanisme sesar naik (thrust fault).
Guncangan gempa dirasakan di daerah Manado, Bitung, Siau, Naha, Tobelo, dan Galela dalam skala intensitas II -III MMI dan belum ada laporan kerusakan. Hasil pemodelan menunjukkan bahwa gempabumi tidak berpotensi tsunami.
Hingga sore ini pukul 16.00 WIB hasil monitoring BMKG menunjukkan sudah terjadi lebih dari 40 kali gempa susulan (after shock).
Secara tektonik wilayah Lempeng Laut Maluku memang merupakan kawasan yang kaya sumber gempa dengan mekanime sesar naik (thrusting mechanism) pemicu tsunami.
ADVERTISEMENT
Jika mencermati sejarah gempa dan tsunami di wilayah Lempeng Laut Maluku dan sekitarnya, tampak di wilayah ini sudah seringkali terjadi gempa yang memicu terjadinya tsunami.
Setidaknya bencana tsunami sudah terjadi sebanyak 9 kali dengan intensitas yang berbeda-beda:
1. Gempa dan Tsunami Minahasa Utara 8 Februari 1845. Total korban meninggal akibat gempa ini mencapai sebanyak 118 orang.
2. Gempa dan Tsunami Kema Minahasa 17 November 1857. Merusak gubung-gubung dan pohon-pohon di sepanjang Pantai Kema, Minahasa.
3. Gempa dan Tsunami Banggai-Sangihe 13 Desember 1858. Laporan dari beberapa kapten kapal Belanda menunjukkan bahwa di pantai timur Pulau Sulawesi dari Kepulauan Bangai hingga Pulau Sangihe di utara telah dilanda tsunami. Banyak desa-desa di pesisir pantai mengalami kerusakan yang parah.
ADVERTISEMENT
4. Gempa dan Tsunami Kema-Minahasa 26 Desember 1859. Tsunami yang terjadi cukup besar dengan tinggi hingga mencapai atap bangunan gudang batu bara yang lokasinya jauh dari pantai. Beberapa bagian bangunan tambatan kapal yang baru dibangun juga rusak akibat terjangan tsunami.
5. Tsunami Tagulandang 3 Maret 1871. Dalam waktu singkat, muncul tsunami yang tingginya diperkirakan mencapai 25 meter. Air laut bergolak melanda daratan sejauh 180 meter di Tagulandang. Tiga desa hancur dengan kerusakan parah. Sebanyak 416 orang, termasuk raja setempat meninggal akibat bencana tsunami.
6. Gempa dan Tsunami Tahuna 6 September 1889. Jembatan di Tahuna bahkan ada yang terangkat karena dilanda tsunami. Sebagian tsunami menerjang dermaga pelabuhan.
7. Gempa dan Tsunami Talaud 30 Maret 1907. Muka air laut tiba-tiba meningkat ketinggiannya di sepanjang pantai Pulau Karakelong hingga mencapai 4 meter dan menyebabkan lahan pertanian sejauh 50 meter dari pantai mengalami kerusakan.
ADVERTISEMENT
8. Gempa dan Tsunami Sangihe dan Talaud 1 April 1936. Tsunami hingga melampaui tingkat pasang biasa karena pasang air laut yang terjadi mencapai setinggi 3 meter.
9. Gempa dan Tsunami Minahasa 22 Desember 1939. Di daerah Langowan dilaporkan lahan persawahan di pesisir terendam terjangan tsunami.