Fenomena Langka: Gempa Sangat Dalam Terjadi di Laut Flores-Banda

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
Konten dari Pengguna
7 April 2019 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi laut dalam Foto: pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi laut dalam Foto: pixabay
ADVERTISEMENT
Minggu, 7 April 2019, pukul 04.54.59 WIB, terjadi gempa berkekuatan 6,3 magnitudo di wilayah perbatasan Laut Flores dan Laut Banda. Episenter terletak pada koordinat 6,91 Lintang Selatan dan 125,0 Bujur Timur tepatnya di laut pada kedalaman 545 kilometer.
ADVERTISEMENT
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa ini merupakan gempa dalam (deep focus earthquake) yang dipicu oleh adanya deformasi batuan di kedalaman tersebut. Gempa hiposenter dalam yang melebihi 300 kilometer dinilai sebagai fenomena alam yang menarik karena sangat langka dan jarang terjadi.
Hingga pagi ini pukul 06.00 WIB, belum ada laporan mengenai dampak gempa, baik dirasakan atau menimbulkan kerusakan. Patut disyukuri bahwa gempa tadi pagi tidak berdampak, karena hiposenternya yang sangat dalam sehingga energinya sudah mengalami atenuasi dan perlemahan setelah sampai di permukaan Bumi.
Meskipun gempa ini tidak berdampak, tetapi gempa ini sangat menarik dikaji untuk kemajuan sains kebumian. Gempa ini juga menjadi bukti bahwa aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia di kedalaman di bawah 500 kilometer masih aktif.
ADVERTISEMENT
Hasil monitoring BMKG menunjukkan, telah terjadi satu kali gempa bumi susulan yang tercatat pada pukul 05.19.30 WIB dengan kekuatan 4,7 magnitudo.
Secara tektonik, wilayah laut Flores memang terletak di zona pertemuan dua lempeng tektonik. Di wilayah tersebut Lempeng Indo-Australia menunjam curam hingga kedalaman lebih dari 600 kilometer.
Seismograf, alat ukur gempa bumi. Foto: Thinkstock/Petrovich9
Proses terjadinya gempa hiposenter dalam masih menyisakan banyak tanda tanya. Ada teori yang menjelaskan kaitannya dengan perubahan sifat kimiawi batuan pada suhu dan tekanan tertentu.
Namun juga ada dugaan bahwa lempeng tektonik di kedalaman 410 kilometer mengalami gaya slab pull (gaya tarik lempeng ke bawah).
Sedangkan pada bagian lempeng di kedalaman lebih dari 600 kilometer terjadi gaya apung lempeng yang menahan ke atas (slab buoyancy). Ditinjau dari hiposenternya, gempa tadi pagi yang berkedalaman 545 kilometer, terletak di zona transisi mantel pada kedalaman 410-600 kilometer.
ADVERTISEMENT
Aktivitas seismik yang terjadi tadi pagi tampaknya lebih disebabkan oleh adanya pengaruh gaya slab full yaitu gaya tarik lempeng ke bawah akibat tarikan gravitasi Bumi yang ditandai dengan mekanisme sumber gempanya yang berupa sesar turun.
Jakarta. 7 April 2019
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG
Dr. DARYONO, S.Si.,M.Si.