Gempa Subduksi Lempeng Selatan Bali

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
Konten dari Pengguna
18 Juli 2019 4:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Gempa Bumi Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Gempa Bumi Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Pulau Bali merupakan bagian dari busur kepulauan Sunda Kecil (The Lesser Sunda) yang terbentuk sebagai akibat proses tumbukan busur benua (arc-continent collision), dan subduksi Lempeng Indo-Australia ke bawah Lempeng Eurasia.
ADVERTISEMENT
Proses subduksi ini tidak hanya menimbulkan aktivitas tektonik seperti gempa bumi tetapi juga aktivitas vulkanik Gunung Agung yang secara berkala mengalami erupsi. Fenomena serupa dengan busur kepulauan lainnya. Di busur kepulauan ini juga ditandai dengan sebaran vertikal pusat sumber gempa yang menukik, dikenal sebagai zona Benioff-Wadati.
Gempa bumi berkekuatan 6,0 magnitudo yang mengguncang Bali, Jawa Timur, dan Lombok, Selasa (16/7), menyisakan tanda tanya. Beberapa warga melontarkan pertanyaan kepada BMKG pasca-terjadinya gempa. Apakah yang menjadi pemicu gempa ini? Apakah ada potensi gempa besar di zona subduksi lempeng selatan Bali?
Pemicu Gempa
ADVERTISEMENT
Jika kita memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, tampak bahwa gempa kemarin merupakan gempa kedalaman menengah yang dipicu oleh deformasi batuan tepat di bidang kontak antar lempeng. Hasil relokasi sumber gempa menunjukkan bahwa episenter terletak pada koordinat 8,97 LS dan 114,4 BT dengan kedalaman 75,6 kilometer.
Pada kedalaman ini, berarti pusat gempa tidak terletak pada kerak benua, tetapi berada di zona slab interface-nya. Artinya, gempa ini berada di bidang kontak antar lempeng yang populer disebut sebagai interplate earthquake.
Jika ketebalan kerak benua (Eurasia) rata-rata sekitar 30 kilometer dan di bawahnya terdapat lithospheric mantle hingga kedalaman lebih dari 100 kilometer, maka gempa pada slab interface masih terjadi hingga kedalaman 100 kilometer.
ADVERTISEMENT
Gempa ini memiliki mekanisme sumber yang merupakan kombinasi antara pergerakan naik dan mendatar (oblique). Ini wajar karena hiposenternya terletak di zona transisi Megathrust-Benioff. Mekanisme sumber murni sesar naik (thrust fault), biasanya berada di zona megathrust yang kedalamanya lebih dangkal.
Potensi Gempa
Gempa kemarin pagi seolah memberikan pesan, bahwa zona subduksi lempeng selatan Bali masih aktif dan mampu memicu gempa signifikan. Gempa ini menjadi alarm pengingat bahwa kita patut waspada. Manifestasi sikap waspada dapat diwujudkan dengan membenahi upaya mitigasi secara menyeluruh, baik upaya mitigasi struktural maupun non struktural. Bukan dalam bentuk sikap ketakutan, kecemasan, serta sikap yang tidak produktif.
Potensi gempa kuat di zona subduksi juga tercermin dalam catatan sejarah. Satu satunya, peristiwa gempa besar akibat aktivitas subduksi lempeng selatan Bali adalah peristiwa Gempa Bali 21 Januari 1917. Gempa yang terjadi pagi hari pukul 6.50 WITA ini episenternya berada di Samudra Hindia sebelah tenggara Pulau Bali.
ADVERTISEMENT
Menurut Fox (2010), gempa ini menyebabkan 1.500 orang meninggal, merusak 64.000 bangunan rumah termasuk beberapa istana, 10.000 lumbung beras, dan 2.431 Pura, termasuk Pura Besakih. Menurut Soloviev (1974), gempa ini memicu tsunami di Klungkung hingga Benoa setinggi dua meter.*
Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan DIni Tsunami BMKG
Dr. DARYONO