Tsunami Waiteba, Pembunuh dalam Senyap

Dr. Daryono, S.Si., M.Si
Kabid Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG, Peneliti Bidang Geofisika | VP Himpunan Ahli Geofisika Indonesia Divisi Mitigasi Bencana Kebumian
Konten dari Pengguna
1 Januari 2019 18:28 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dr. Daryono, S.Si., M.Si tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tsunami (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tsunami (Foto: Pixabay)
ADVERTISEMENT
Di wilayah Indonesia sebenarnya sebelumnya pernah terjadi musibah serupa seperti halnya tsunami yang terjadi di Selat Sunda.
ADVERTISEMENT
Tsunami Lomblen Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terjadi pada 18 Juli 1979 juga dipicu peristiwa longsoran lereng (flank collapse).
Berdasarkan laporan masyarakat setempat, beberapa saat sebelum terjadinya tsunami tidak ada guncangan gempa bumi.
Catatan seismogram Stasiun Geofisika BMKG Kupang yang lokasinya paling dekat saat itu, juga tidak menunjukkan adanya aktivitas gempa tektonik di Nusa Tenggara Timur.
Tsunami juga tidak disebabkan aktivitas erupsi gunung api bawah laut. Laporan dari instansi terkait menunjukkan bahwa saat itu memang tidak terdapat aktivitas erupsi gunung api di sekitar Pulau Lomblen.
Menurut Jonatan Lassa (2009), tsunami Lomblen disebabkan peristiwa longsoran gunung api.
Dalam laporannya, Hadian (1979), menyatakan bahwa tsunami Lomblen dipicu longsoran tebing pada sisi utara di Gunung Werung. Material longsoran tebing dalam volume sangat besar runtuh dan masuk ke laut hingga membangkitkan tsunami dahsyat.
ADVERTISEMENT
Menurut Elifas (1979) daerah yang mengalami bencana tsunami tersebut lebih kurang 50 kilometer sepanjang Teluk Labala di bagian barat hingga Teluk Waiteba di bagian timur.
Brune dkk (2010) melaporkan gelombang tsunami setinggi 7 hingga 9 meter akibat longsoran itu menerjang kawasan daerah Lembata di Pulau Lomblen hingga sejauh 1.500 meter dari pantai.
Ilustrasi tsunami (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tsunami (Foto: Pixabay)
Tsunami menimbulkan kerusakan dan korban jiwa sangat besar.
Menurut laporan, dampak tsunami ini tercatat sebanyak 539 orang meninggal, sementara sebanyak 700 orang hilang dari 4 desa.
International Herald Tribune 23 Juli 1979 melaporkan bahwa sebanyak 700 orang meninggal di 4 desa.
Laporan International Herald Tribune sehari kemudian direvisi mengikuti keterangan Gubernur Ben Mboi menjadi 539 meninggal dan 364 hilang (Jeffery, 1981).
ADVERTISEMENT
Kajian empirik oleh Yudhicara dkk. (2015) menunjukkan bahwa sistem geothermal adalah pemicu terjadinya longsoran.* ______
Daryono
Kabid Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG
Vice President HAGI Divisi Mitigasi Bencana Kebumian