Siapa Sangka Buaya dan Manusia Dapat Hidup Harmonis di India

Dasar Binatang
Menyajikan sisi unik dunia binatang, menjelajah ke semesta eksotisme lain margasatwa
Konten dari Pengguna
28 Agustus 2020 18:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dasar Binatang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Buaya. Foto: skeeze from Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Buaya. Foto: skeeze from Pixabay
ADVERTISEMENT
Hewan liar kerap kali menjadi korban intoleransi oleh manusia karena dianggap berbahaya dan mengancam. Banyak unggahan yang tersebar di media sosial tentang kemunculan satwa di tengah kehidupan manusia. Sebagai contoh, bagaimana seekor singa masuk ke dalam rumah seseorang, atau kawanan gajah yang mengamuk di permukiman warga karena merasa terancam di habitat aslinya.
ADVERTISEMENT
Melansir dari The Conversation, kelompok gugus tugas the International Union for Conservation of Nature (IUCN), mempelajari interaksi antara manusia dan satwa liar, serta mencoba menggali perilaku apa yang dilakukan oleh kedua belah pihak baik itu positif maupun negatif. Ternyata, koeksistensi dimana manusia dan buaya hidup berdampingan nyata ditemukan di daerah terpencil Gujarat, India.
Kawanan Buaya. Foto: braskefranck from Pixabay
Harmonisasi yang diharapkan ternyata tidak ditemukan pada Distrik Vadodara. Penduduk sepanjang sungai Vishwamitri dan Narmada terus menghadapi konflik apa yang harus dilakukan terhadap buaya, seiring dengan jumlah populasi dan laporan penyerangan yang cenderung meningkat.
Nasib serupa ditemukan di Kota Vadodara dengan kekhawatiran populasi buaya perkotaan yang luar biasa. Penduduk takut dan meminta pihak berwenang memindahkan ke Sungai Vishwamitri. Departemen Kehutanan dan LSM setempat berusaha melindungi dan memindahkan buaya dari perkotaan.
ADVERTISEMENT
Berbeda kisah dari kedua tempat sebelumnya, ilmuwan India menemukan hembusan perdamaian antara manusia dan reptil yang dapat memiliki panjang hingga lima meter ini. Warga membagi desa dengan buaya ‘perampok’ dengan menyediakan kolam desa di wilayah Charotar, meskipun warga terkadang dilaporkan mengalami penyerangan. Tindakan agresif dari para buaya membuat warga justru tetap memiliki kebanggaan terhadap ‘perampok’ mereka, bahkan telah membuat sebuah daratan kecil untuk menyediakan tempat berjemur bagi buaya dengan aman.
Interaksi unik ini diduga karena buaya tak menyangka bahwa mereka tidak terlalu dirugikan, sehingga akhirnya mentolerir kehadiran manusia yang semakin mendekat, bahkan menerima penanganan oleh para nelayan.
Lebih lanjut, buaya akan paham ketika nelayan meletakkan perahunya di kolam sehari sebelum menjala. Para ‘perampok’ dengan bijaksananya akan mundur dan menjauh ke kolam yang berhutan lebat untuk memberi nelayan ruang yang dibutuhkan.
ADVERTISEMENT
Temuan lain, ketika nelayan tak sengaja menjaring buaya pada jalanya, reptil predator ini dengan menggeliat melepaskan tubuhnya dan kemudian berenang menjauh, mungkin karena merasa bersalah.
Kisah mengharukan datang dari desa lain di wilayah Charotar, dimana seorang pria yang kehilangan putri satu-satunya karena diterkam buaya sekarang justru giat melakukan sosialisasi kepada warga tentang melindungi para predator dan bagaimana tetap aman hidup berdampingan. Meskipun begitu, di Vadodara, seorang ayah yang memiliki nasib mengenaskan serupa bersikeras kepada Departemen Kehutanan untuk membunuh para ‘perampok’.
Kawanan Buaya. Foto: paulbr75 from Pixabay
Perbedaan respon manusia terhadap buaya pada beberapa tempat di atas dipengaruhi oleh ikatan agama dan budaya yang melekat pada komunitas terkait dengan buaya sejak berabad-abad lalu. Satwa ini dikaitkan dengan Dewi Pejuang Khodiyar dalam kepercayaan Hindu. Akibatnya, penduduk setempat yakin bahwa mereka kebal dari serangan buaya.
ADVERTISEMENT
Patung “Makara”, makhluk mitos campuran buaya dan berang-berang terdapat di kuil-kuil kecil pada tempat pemandian di Kota Vadodara. Meskipun makhluk-makhluk ini masih dihormati di beberapa lokasi, kenyataan lain populasi di tempat berbeda harus bertahan hidup dari konflik dengan manusia dengan mengais makanan di sepanjang tepi Sungai Vishwamitri yang dipenuhi plastik.