Mengapa Sekolah Pemuda Ekoliterasi?

David Efendi
Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah, Pendiri Rumah Baca Komunitas dan staf pengajar di UMY
Konten dari Pengguna
5 November 2021 12:31 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari David Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Gambar: Poster Sekolah Pemuda Ekoliterasi/rbk
zoom-in-whitePerbesar
Gambar: Poster Sekolah Pemuda Ekoliterasi/rbk
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2014 Rumah Baca Komunitas (RBK) pertama kali menyelenggarakan program sekolah literasi yang di dalam salah satu materinya terdapat wacana atau konsep-konsep ekoliterasi yang dipopulerkan Fritjof Capra. Pada saat itu, istilah ekoliterasi di Indonesia belum menjadi istilah yang populis artinya istilah itu hanya dipakai di dalam dunia akademis atau dalam karya-karya artikel jurnal ilmiah.
ADVERTISEMENT
Tahun 2014 juga Rumah Baca Komunitas menjadi salah satu komunitas informal yang mengadopsi dan mengujicobakan atau mengeksperimentasikan kekuatan ekoliterasi sebagai daya bangun untuk karakter-karakter pecinta literasi atau karakter-karakter pegiat literasi untuk berfikir dan bertindak pro-lingkungan dan untuk lebih kuat menyuarakan pembelaan terhadap keberlanjutan ekosistem.
Setelah sekian tahun kemudian RBK tepatnya di tahun 2018 menyelenggarakan sekolah pemuda ekoliterasi yang pertama yang pada saat itu dibantu sistematisasi materinya oleh Meredian Alam, seorang doktor baru pada saat itu. Pegiat RBK pun sangat antusias untuk mendiskusikan terlebih disertasinya mas Meredian itu tentang gerakan lingkungan kaum muda mempertahankan hutan kota di Bandung.
Ceritanya, Meredian sepulang dari Australia kemudian tertarik dengan program rumah baca komunitas lalu mencoba untuk berkontribusi di dalam fasilitasi kelas Pemuda ekoliterasi tersebut. saat itu banyak teman-teman dari kegiatan komunitas mahasiswa dan masyarakat umum termasuk guru ada sekitar 30-an pendaftar untuk kelas yang berlangsung kurang lebih 3 bulan dan 7 pertemuan. Menarik karena kelasnya luring sehingga interaksi antar peserta dan praktek-praktik ekologi bisa diterapkan misalnya penggunaan tumbler dengan pengurangan plastik, berbagi tanaman, dan berbagi makanan antar partisipan.
ADVERTISEMENT
Ada beberapa mahasiswa yang cukup mampu mendayagunakan kelas literasi ini untuk memicu minat riset di dalam isu lingkungan hidup. Salah satu peserta yang menulis tentang politik sumber daya alam di Bangka Belitung yang kemudian menjadi tesisnya juga berhasil dipublikasi dalam jurnal bergengsi. Beberapa peserta juga mencoba membikin kelas serupa di daerahnya.
Kemudian pandemi melanda di tahun 2019 akhir atau awal 2020 Rumah Makan komunitas terus beraktivitas memberdayakan pegiat muda untuk terus berkarya sambil melakukan hibernasi mencoba merefleksikan bagaimana pandemi juga harus menjadi hikmah untuk pendidikan ekoliterasi untuk memandang secara lebih adil apa itu hak alam? Apa itu keadilan bagi jaring-jaring kehidupan? yang tentu saja selama ini seringkali dieksploitasi oleh hasrat manusia yang berlebihan di dalam berupaya menumbuhkan capital.
ADVERTISEMENT
Secara perlahan-lahan banyak juga praktek-praktek dari kalangan masyarakat non korporasi yang juga punya kecenderungan yang tidak memikirkan, insensitif atau mengabaikan aspek-aspek keadilan ekologi di dalam melakukan aktivitas sosial aktivitas pendidikan aktivitas keagamaan sehingga seringkali kaum agamawan hari ini juga dipertanyakan sejauh mana praktek-praktek adil terhadap bumi itu sudah diterapkan oleh kaum agamawan. Jadi dengan begitu sangat legitimate ketika kaum agamawan berusaha mempengaruhi para pengambil kebijakan di dalam forum-forum internasional lantaran karena ada upaya praktek di dalam berbuat rahmat terhadap alam, berbuat adil terhadap planet bumi.
Besryukur, beerapa kelompok agama yang sudah mengucapkan itu pesantren. energi bersig di masjid-masjid dan dalam kultur penyelenggaraan pendidikan.
Mengapa Sekolah?
Tepatnya di bulan Oktober 2021 di tengah? rencana pelaksanaan kampanye untuk keadilan iklim secara global yang diikuti oleh lebih dari 33 negara lebih dari 400 agenda aksi pada saat itu cuma pacar komunitas bersama KHM dan IPM juga komitmen untuk menjadi bagian dari kaum muda yang berkampanye secara militan, secara simbolik, dan secara sistematik terutama dalam mengikhtiarkan pendidikan ekoliterasi maka lahirlah rencana besar yang sangat penting itu mengadakan kembali sekolah pemuda ekoliterasi.
ADVERTISEMENT
Mengapa istilah yang dipakai "sekolah dan mengapa "pemuda? K Untuk kata ekoliterasi sudah dapat ditemukan dalam artikel sebelumnya di kumparan ekoliterasi, titik temu ekologi dan literasi titik temu merupakan hubungan antara pengetahuan dan atau terhadap keadilan lingkungan.
Mengapa sekolah? sebetulnya pilihan sekolah tidak serta merta ingin memformalisasi aktivitas komunitas namun penggunaan ini sebetulnya dipilih untuk mendekonstruksi bahwa yang disebut sekolah itu bukan hanya di lembaga pendidikan formal, bukan hanya di kampus, bukan hanya di SMA bukan hanya di politeknik dan sebagainya, tetapi sekolah ada di mana-mana sekolah bisa berguru kepada siapa saja. The Power of knowledge sharing adalah agenda besar dari penamaan kegiatan program bernama sekolah. Alam terkembang menjadi sekolah sekaligus guru bijak.
ADVERTISEMENT
Jelas sekolah tidak boleh dimonopoli oleh kepentingan-kepentingan yang bisa mengakibatkan praktek ketidakadilan dan eksploitasi atau menutup akses bagi kelompok-kelompok yang tertentu. Justru sekolah inklusif adalah sekolah berbasis adalah manifestasi dari education for all. Di dalamnya ada keadilan mendapatkan akses pengetahuan.
Mengapa Pemuda? di dalam tradisi komunitas di RBK definisi pemuda adalah kontruksi yang sangat Andersonian yang sangat dipengaruhi oleh Benedict Anderson dalam mendiskusikan atau mengkontruksi siapakah pemuda yang dimaknai. Tentu saja pemuda yang diharapkan di dalam kelas ekoliterasi ini adalah pemuda yang merubah, pemuda yang terlibat di dalam agenda perubahan dan menjadi agensi di dalam perubahan. Adapun karakter-karakter anak muda dipahami sebagai anti status que, berani mengambil resiko, pembelajar, dan tidak takut salah.
ADVERTISEMENT
Mencari identitas adalah karakter-karakter yang sangat potensial untuk menjadi agensi di dalam gerakan lingkungan hari ini. Kenapa demikian karena situasi krisis lingkungan tidak berbeda dengan krisis sosial krisis politik krisis identitas di dalam sebuah perjalanan pembangunan bangsa yang dibayangkan? karenanya kultur gerakan Lingkungan harus secepat mungkin diadaptasikan atau disesuaikan dengan karakter-karakter kaum muda
Sekali lagi, mengapa Pemuda?
Ada beberapa hal yang menjadi poin utama mengapa terminologi Pemuda ini begitu istimewa di dalam gerakan lingkungan? Pertama, pemuda merupakan golongan terdepan yang berani melakukan protes tentang segala sesuatu. Tarulah contoh di dalam pelaksanaan COP26 yang kita tahu hari ini yang sungguh membuat kecewa berat kaum muda.
Tentu saja pemuda di berbagai belahan bumi merasa kecewa dengan wakilnya yang berpidato di forum COP26 karena disebabkan oleh diksi-diksi dan narasi yang tidak adil kepada alam dan tidak adil kepada generasi muda yang terlihat dari konstruksi wacana bahwa zero deforestation tidak bisa diberlakukan di Indonesia. Jokowi menarasikan masyarakat adat dan gerakan lingkungan menjadi tidak penting menjadi dan tidak substantif. Begitu juga yang terjadi di Australia, Inggris, dan di negara lainnya di mana kaum muda merasa kecewa. Ada sedikit dari beberapa negara yang pidato wakilnya sangat dahsyat. Hemat saya, kekecewaan ini harus dibayar dengan gerakan ekologi yang lebih militan dan radikal untuk menghadang gerak oligarkis yang anti hak alam dan HAM.
ADVERTISEMENT
Di penghujung buku Ben Anderson, revolusi Pemuda pendudukan Jepang dan perlawanan di Jawa 1944-1946, sangat menarik untuk dikutip agak panjang untuk memperkuat daya dan gaya revolutif kaum muda, kutipan saya ambil dari halaman 476-477:
ADVERTISEMENT
Kaum Muda Kecewa Pada COP26
Kaum muda yang tersebar di berbagai daerah merupakan sumber konsolidasi untuk membuka akses sebesar-besarnya pada pengetahuan yang objektif. Pendidikan ekoliterasi juga akan menjadi budaya tanding akan data-data manipulatif yang biasanya kalau sudah kepepet dikeluarkan oleh sebuah pemerintahan oligarki.
ADVERTISEMENT
Sekolah ekoliterasi memanggil kaum muda yang punya kesempatan untuk membangun jiwa raga, alam, dan spirit kebangsaan ini untuk turut serta memperkaya dan memperkuasakan pengetahuannya di dalam politik advokasi lingkungan. Sebagaimana yang kita refleksikan, satu tahun omnibus law dan UU Minerba sekolah pemuda itu literasi ini diharapkan mampu memberdayakan Nalar Nalar ekologi kritis untuk menjadi kontribusi bagi keadilan lingkungan dan keadilan antar generasi. Sudah banyak dan semakin meluas kekerasan HAM yang diakibatkan oleh deforestasi merupakan persoalan serius yang harus juga dipikirkan oleh peserta kelas pemuda itu literasi.
Satu tahun Omnibus law, Menteri KLHK memberi kado pernyataan perang kepada hutan, kepada pejuang lingkungan, kepada masyarakat adat, dan kepada seluruh manusia yang mempertahankan kehidupan. Kaum muda seluruh dunia, bersiaplah
ADVERTISEMENT