Pegiat Literasi Serukan Keadilan Iklim di TPA Piyungan

David Efendi
Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah, Pendiri Rumah Baca Komunitas dan staf pengajar di UMY
Konten dari Pengguna
27 Oktober 2021 14:44 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari David Efendi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: pegiat literasi di TPA Piyungan/dokumen pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Foto: pegiat literasi di TPA Piyungan/dokumen pribadi
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 17 Oktober 2021 sekitar 15 pegiat literasi dari rumah baca komunitas mendatangi lokasi pembuangan akhir sampah di TPA Piyungan untuk melakukan kampanye iklim yang serentak dilakukan se dunia. Kampanye iklim ini diadakan di lebih dari 24 negara dan 400 agenda aksi di berbagai penjuru bumi.
ADVERTISEMENT
Rombongan dipimpin oleh Hengki Pradani tiba dilokasi pembuangan sampah Piyungan pukul 11 siang. Rombongan langsung bertemu dengan pengurus paguyuban mardiko dampingi MPM PP Muhammadiyah. Ketua Paguyuban, Pak Maryono, berbagi rasa sebagai komunitas yang hidup dari gunungan sampah. Dani menyampaikan hal-hal yang berkaitan dengan tujuan kegiatan di Piyungan dan juga mereka menyampaikan kemungkina kegiatan pemberdayaan komunitas bersama Paguyuban mardiko di TPA Piyungan.
Gas metana dihasilkan oleh gunungan sampah dan mempengaruhi pemanasan global. Di Yogyakarta pilihan lokasi kampanya sangat menarik karena menurut penuturan saudara prawirayuda bahwa plastik beserta sampah-sampah lainnya di TPA Piyungan yang bergunung-gunung terbukti memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pemanasan global yang disebabkan oleh metana yang dihasilkan oleh tumpukan tumpukan sampah yang jumlahnya sangat besar sekali.
ADVERTISEMENT
Kampanye dengan poster dan banner tampaknya ini didesain sedemikian rupa di tengah raksasa gunungan sampah yang raksasa ini untuk menyampaikan pesan kepada masyarakat dunia bahwa manusia harus mengurangi plastik secara signifikan karena jika tidak maka planet bumi ini akan menderita kerusakan semakin parah. "Mencegah menggunakan plastik sekali pakai adalah manifestasi dari iman kita yang diajarkan sejak kecil dah itu apa namanya Kebersihan sebagian dari iman.", ungkap Prawira. Sebagaiaman yang kita tahu ajaran Islam yang memandang bumi itu adalah masjid dan bukan tempat sampah. "Perilaku nyampah bisa saja kan alami seseorang untuk masuk surga sudah merusak bumi adalah haram," tambah korlab aksi tersebut.
Pak Maryono, sebagai ketua paguyuban mardiko menyampaikan bahwa selama ini dengan dukungan dari masyarakat sipil seperti Muhammadiyah sudah sangat membantu komunitas pemulung di lokasi TPS yang jumlahnya 400 orang. Salah satu problem adalah air akses air karena di sini tidak ada sumber air sehingga air harus dibeli air harus didapatkan dengan cara yang cukup memakan biaya.", ungkap Pak Maryono. Diakui peserta aksi yang sulit mendapatkan akses cuci tangan di tengah semaraknya tempat cuci tangan di zaman pandemi ini.
ADVERTISEMENT
Tentu saja ini adalah menjadi PR bagi pemerintah DI Yogyakarta untuk bisa memastikan kesehatan para pahlawan" lingkungan yang memang bersamaan dengan praktik pertahanan hidup sebagai pemulung sebagai upaya yang mencegah sampah menjadi sampah dengan memanfaatkan barang-barang yang bisa bernilai ekonomi.
Aksi yang sangat keren tentunya hari ini. Dari lokasi TPA Piyungan dibentangkan berbagai macam poster kampanye sebagaimana yang terlihat di dalam gambar di artikel berita ini sebagai tuntutan kepada pihak-pihak yang bisa mengubah keadaan dengan cara termasuk memilah sampah termasuk membuat zona-zona sampah di piyungan sehingga semua tidak menyatu yang menghasilkan bau yang luar biasa busuk. "upaya untuk memilah sampah itu harus dibuktikan dalam apa namanya teknik pengangkutan ya dan pengolahan jadi traktor tak tentu hanya bisa hanya mengangkut sampah plastik tertentu hanya mengangkut sampah yang lain.", tuntut peserta aksi, Faiz Tayyib.
ADVERTISEMENT
Upaya ini sebetulnya mudah kadang-kadang political will dari pemerintah kota pemerintah daerah kurang sungguh-sungguh. sebetulnya konsep memilah sampah itu harus dari hulu ke hilir ya tidak hanya dari rumah tangga memilah lalu ditraktir bercampur lalu ditaruh di TPA bercampur-baur tadi pagi aja di TPA Piyungan itu. harusnya ada zona apa namanya zona paling tidak ada 4 jenis sampah Misalnya ini ini saya kira penting.", terang Faiz.