5 Tips Mahasiswa Bertahan Hidup Sehat di Tengah Romantisasi Yogyakarta

Lastrafila V Alnoriz
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
9 Maret 2023 5:53 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lastrafila V Alnoriz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Laboratorium Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
zoom-in-whitePerbesar
Laboratorium Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Banyak hal yang memang berjalan bergandengan. Seperti hujan dengan kerinduan. Atau, nikmat dengan rasa syukur.
ADVERTISEMENT
Namun tak jarang pula, suatu hal dipaksa bersanding. Seperti luka dengan jatuh, misalnya. Tak pernah kita bertanya, bagaimana perasaan mereka kala bersama? bisa jadi luka ingin bersanding dengan hujan, jatuh juga mungkin sangat ingin menggandeng syukur. Namun kita terlalu egois, memaksa mereka bersama meski kerap kali mereka teriak tanpa suara.
Tulisan pembuka di atas juga sepertinya dipaksakan untuk puitis, sedang isinya tidak ingin mengarah ke romantis.
Melalui keindahan seni, kuliner, maupun tradisinya, Jogja berhasil membuat siapa saja terpesona. Di dukung oleh produk budaya tersebut, Jogja diromantisasi menjadi tempat penuh ketenangan, menemukan cinta, penghibur hati yang duka, hingga setiap sudut yang katanya istimewa. Alhasil, murahnya UMR Jogja yang tak berbanding lurus dengan biaya hidupnya itu luput dari perhatian dan per-konten-an.
ADVERTISEMENT
Dengan mengandalkan uang bulanan yang sudah di sesuaikan dengan rendahnya UMR Jogja, bagaimana cara mahasiswa bertahan hidup namun tetap sehat? Berikut Panduan Hidup Sehat di Tengah Romantisasi Jogja:

1. Damaikan Pikiran

Ilustrasi tenang saat traveling Foto: Shutter Stocks
Hidup di kota yang memiliki branding paling tenang ini nyatanya tidak melulu memelihara pikiran dalam keadaan sehat. Menjaga pikiran yang sehat dan seimbang adalah sebuah keharusan, karena seringkali mahasiswa dihadapkan pada tuntutan yang tinggi, baik dalam hal akademis maupun sosial.
Tuntutan tersebut dapat menyebabkan stres, kelelahan, dan bahkan masalah kesehatan mental. Lalu bagaimana cara menjaga pikiran tetap sehat untuk mencapai sebuah kedamaian? Prioritaskan tidur cukup dan kurangi menantang diri mengerjakan tugas H-1.

2. Menata Hati

Ilustrasi anak berpikir. Foto: Shutter Stock
Tidak mudah untuk menata hati tetap rapi, ntah diri sendiri membuatnya luka atau orang lain yang dengan sengaja. Saran untuk bagian ini, cobalah pahami konsep realitas, sebuah cara pandang kita terhadap dunia. Karena dengan memahami realitas, akan lebih mudah untuk mengontrol diri penuh emosional.
ADVERTISEMENT
Misal nih misal, di jalan menuju kampus kamu kena tegur dengan nada tinggi pengendara lain sebab belok tapi lupa nyalain lampu sen.
Memahami kesalahan diri sendiri saja tidak cukup, tetap tersisa perasaan kesal karena tidak diingatkan dengan sopan, kan? Nah, dalam situasi ini cobalah untuk melontarkan pertanyaan ke diri sendiri, apa benar nada tinggi orang itu menandakan ia sedang marah? Atau justru memang begitu caranya berbicara sehari-hari? Apa dia sedang terburu-buru dalam menjemput rezeki atau menyusul anak istri? Dan pertanyaan lain yang sekiranya membantu memahami alasan dibalik suatu kejadian. Dengan demikian, emosional yang terjaga akan membantu hati tetap rapi.

3. Kerjain Tugas Sendiri

Ilustrasi mahasiswa mengerjakan tugas. Foto: Gatot Adri/Shutterstock
Itulah sebabnya pikiran dan hati yang harus diperhatikan kesehatannya terlebih dahulu. Karena produktivitas mengerjakan tugas kuliah yang kompleks akan meningkat ketika pikiran dalam keadaan jernih dan mood yang baik.
ADVERTISEMENT
Dengan tidak menggunakan joki maka kamu terselamatkan dari pengeluaran tidak perlu yang mana itu bisa dialihkan guna menunjang kesehatan fisik, baik berupa makanan, olahraga, dan atau cek kesehatan.
Ini hanya satu dari sekian contoh hal-hal yang tidak seharusnya menguras uang orang tua. Masih ada sekian-sekian kasus lain yang sudah akrab di tengah kehidupan mahasiswa Jogja, misalnya saja party di Jalan Magelang yang banyak dipamerkan itu.

4. Perhatikan Isi Piringmu

Ilustrasi isi piringku oleh Ditjen Kesmas Kemenkes RI
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia sudah mengampanyekan “Isi Piringku” yang secara umum memberikan penjelasan terkait porsi makanan yang dikonsumsi dalam satu piring. Dalam satu piring setidaknya terdiri dari 50 persen buah (apel, jeruk) dan sayur (bayam, kangkung), dan 50 persen sisanya terdiri dari karbohidrat (nasi, kentang) dan protein (telur, tempe).
ADVERTISEMENT
Sekarang kita tahu komposisi makanan apa saja yang harus dimasukkan ke dalam piring, sisanya tinggal menyesuaikan ketersedian keuangan. Selain memperhatikan jenis makanan yang dikonsumsi, seorang mahasiswa juga sebaiknya memperhatikan jumlah makanan yang dimakan dan waktu makan. Hindari makan terlalu banyak dalam satu waktu, dan usahakan untuk makan dengan teratur, minimal tiga kali sehari.

5. Manfaatkan Fasilitas Kesehatan Kampus

Terakhir, hal yang sangat jarang dilakukan oleh para mahasiswa yaitu melakukan cek kesehatan. Padahal, ini salah satu cara untuk mendeteksi penyakit secara dini serta menyadari kondisi tubuh yang seringkali dipaksakan tidak sesuai porsi.
Kabar baiknya, untuk mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) tidak lagi perlu memikirkan biaya. Sebab terdapat Layanan Kesehatan yang dilayani secara gratis di Poliklinik UMY (08.00 WIB-20.00 WIB) atau di Klinik Firdaus (24 jam) yang dapat dilakukan setiap hari (kecuali hari libur).
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, sehat secara non-raga dan raga merupakan hal yang teramat romantis bagi kehidupan mahasiswa. Keduanya memang harus berjalan bergandengan dengan begitu mesranya. Sekalipun biaya hidup murah di Jogja itu hanya romantisasi belaka, namun tetap saja banyak jalan menuju roma untuk dapat menikmati hidup sehat ala mahasiswa.