news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Khalayak Bukan Lagi Boneka Media

Lastrafila V Alnoriz
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Konten dari Pengguna
29 Desember 2020 5:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Lastrafila V Alnoriz tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Khalayak dikendalikan oleh realitas yang dibangun oleh media - Sumber foto: Pinterest
Dalam sebuah proses komunikasi, khalayak diposisikan sebagai receiver atau penerima pesan yang disalurkan melalui medium tertentu oleh komunikator, yang merupakan seseorang atau sekelompok orang yang mempunyai maksud tertentu.
ADVERTISEMENT
Khalayak atau publik adalah pasar yang menjadi sumber keuntungan bagi sebuah media. Tidak sampai disana, bagi sebagian media yang dibalik layarnya terdapat orang-orang dengan kekuasaan dan segala kepentingannya, khalayak seringkali dijadikan boneka uji coba dalam pemenuhan hasrat akan produksi realitas tentang dunia.
Sederhananya, realitas adalah keadaan sekarang tentang dunia. Dan bagaimana realitas kedepannya sangat ditentukan oleh bagaimana media dalam mengkonstruksi realitas itu sendiri. Realitas yang dibangun oleh media tidak lain dan tidak bukan ditujukan untuk menjadi bahan konsumsi khalayak.
Melalui media, sebuah realitas yang didalamnya terdapat segala macam informasi tentang dunia dibentuk. Mulai dari budaya, benar-salah, bagus-tidak bagus, enak-tidak enak, dan lain sebagainya. Semua hal itu diatur dan diproduksi sedemikian rupa untuk membentuk tatanan dunia yang diinginkan.
ADVERTISEMENT
Sebelum era new media atau yang biasa dikenal dengan sebutan media online, media massa menjadi alat utama dalam pembangunan sebuah realitas. Kecantikan, misalnya, menjadi salah satu dari banyak contoh hal yang dikonstruksikan oleh media. Kecantikan yang harusnya bersifat abstrak dan relatif, kini memiliki sebuah standar yang dijadikan parameter atau tolak ukur untuk bisa dikatakan cantik.
Sinetron, iklan dan siaran lainnya tak henti-hentinya menontonkan perempuan dengan tolak ukur kecantikan tertentu, seperti berkulit putih, rambut lurus, hidung mancung, berpostur tinggi, dan lain sebagainya. Hal seperti itu bisa ditemukan dari bagaimana tokoh utama dalam sebuah sinetron atau serial televisi lainnya yang selalu diperankan oleh perempuan dengan kulit putih dan dipersepsikan sebagai perempuan cantik melalui dialog para pemainnya.
ADVERTISEMENT
Contohnya saja film Ramayana. Luh Ayu Saraswati (Melati, 2017) menceritakan dalam kisah Ramayana, tokoh Rama mendeskripsikan kecantikan Shinta dengan kulitnya yang terang seperti cahaya bulan. Konsep terang yang kemudian dikaitkan dengan warna putih membawa pemikiran masyarakat atau khalayak bahwa kecantikan perempuan adalah memiliki kulit putih.
Ditambah lagi melalui tayangan iklan produk kecantikan, yang model didalamnya tentu saja berkulit putih, dan sering kali diikuti oleh emosi, seperti perasaan tidak menginginkan berkulit gelap atau kusam. Tentu saja terpaan iklan seperti itu menambah keyakinan bagi khalayak atau dalam hal ini diposisikan sebagai penonton akan persepsi cantik itu adalah berkulit putih.
Berjayanya media massa tidak terlepas dari pasifnya peran khalayak, karena media massa lebih leluasa dalam membangun sebuah realitas yang pada akhirnya menjadi sumber keuntungan. Dilain sisi, khalayak juga tak diberi kesempatan untuk memberikan umpan balik secara langsung, yang artinya tak ada pula kesempatan bagi khalayak untuk ikut berkontribusi membangun realitas tentang dunia. Dalam hal ini khalayak tidak lebih dari sebuah boneka yang secara tidak sadar dikendalikan oleh media dan orang-orang dibaliknya.
ADVERTISEMENT
Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi, terjadi transformasi yang cukup signifikan dari peran khalayak. Hadirnya new media, atau yang lebih akrab dikenal dengan media online menjadi awal dari perubahan itu semua. Sejalan dengan hal itu, perlahan telah mengubah bagaimana khalayak itu berfikir, tumbuh, dan berkembang didalamnya. Sehingga konsekuensi logis dari hal ini adalah khalayak menjadi lebih aktif.
Khalayak lebih bebas dalam memilih konten apa yang ingin dikonsumsi dan melalui apa konten itu dikonsumsi. Selain itu, dalam era media online ini khalayak diberikan kesempatan untuk memberikan umpan balik secara langsung, sehingga ada peluang untuk ikut serta dalam membangun sebuah realitas.
Di era media online ini pula, jumlah media bertambah drastis, bahkan satu individupun bisa membangun medianya sendiri tanpa adanya ikatan corporate. Hal ini tentunya menjadi jalan untuk menyuarakan serta sebagai ajang dalam membangun realitas yang diinginkan. Sehingga realitas sekarang ini ditafsirkan menjadi lebih majemuk oleh khalayak, tergantung pada bagaimana posisi agama, budaya, dan kelas sosial khalayak itu sendiri dalam masyarakat.
ADVERTISEMENT
Transformasi ke arah yang lebih aktif inilah yang secara tidak langsung telah melepas kendali media massa secara perlahan terhadap posisi khalayak yang dulunya tidak lebih dari sekadar boneka. Kini khalayak menjadi lebih bebas dan justru media massa yang harus menyesuaikan bagaimana kebutuhan khalayak akan informasi dan hiburan. Tak jarang, konten yang diproduksi oleh media massa juga dipublikasikan di media online karena tuntutan khalayak.
Contohnya seperti acara talkshow di televisi yang juga melakukan live streaming di Youtube, radio konvensional yang melakukan siaran di jejaring web, ataupun berita di koran yang juga mempublikasikan kontennya secara online seperti yang sedang Anda baca sekarang ini.
Dan sekarang, definisi cantik pada perempuan kian memulih pada konteksnya yang abstrak dan relatif. Beberapa artis dan musisi ternama Indonesia, seperti Tara Basro, Agnes Monica, Marion Jola, dengan percaya diri memposting foto kulit eksotis mereka di akun sosial media yang secara tidak langsung mengisyaratkan bahwa cantik tidak harus putih, namun tentang bagaimana kamu percaya diri dan bersyukur dengan apa yang kamu milki. Itu semua tidak terlepas dari dari digitalisasi yang telah membawa peran khalayak kearah yang lebih aktif.
ADVERTISEMENT