Terbang Langsung ke Bandara Adem Banyuwangi

15 April 2017 12:10 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Bandar Udrara Blimbingsari (Foto: Instagram/@hasyim_art)
Siapa yang tidak tahu Kabupaten Banyuwangi, kabupaten paling timur di Jawa. Pesona alam dan budayanya menarik wisatawan, baik lokal maupun asing. Hal tersebut dibuktikan dengan tren wisatawan yang berkunjung ke Banyuwangi lebih dari 2000% dibandingkan dari tahun 2010.
ADVERTISEMENT
Tingginya wisatawan ini membuat pemerintah sadar untuk memperbaiki infrasruktur, salah satunya yaitu Bandar Udara Blimbingsari. Bandara yang terletak di Desa Blimbingsari, Rogojampi ini mengusung architecture green building. Bandara ini memiliki landas pacu 2.250 meter ini telah dibuka pada 29 Desember 2010.
Berbeda dengan bandara lain di Indonesia, karya Andra Matin ini tidak menggunakan air conditioner (AC). Terlebih, bandara ini dapat menampung 250.000 orang dengan fasilitas seperti anjungan untuk keluarga yang ingin mengantar, ruang tunggu, kafe dan mushala. Pembangungan bandara ini menghabiskan dana sekitar Rp 100 miliar yang berasal dari APBD.
Lorong di Bandara Banyuwangi yang baru (Foto: Deanda Dewindaru/kumparan)
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, ke depannya bandara ini tidak high cost, Selain hemat dari sisi pemakaian listrik, Bupati Anas ingin membiasakan masyarakat untuk tidak menggunakan AC. Dengan demikian, masyarakat bisa lebih menyatukan alam dengan sekitarnya.
ADVERTISEMENT
“Makanya sekitar bandara ini kami kendalikan kami buat tata ruang agar tetap jadi sawah-sawah begitu juga di bandaranya. Ruang hijau tetap kami jaga sebagian ruang bandaranya tidak menggunakan AC sehingga secara konsep ini memang, konsep hijau,” ujarnya ketika ditemui kumparan (kumparan.com), Sabtu (8/4).
Karakteristik lain dari bandara ini yaitu menerapkan konsep rumah Osing. Suku Osing merupakan suku asli masyarakat Banyuwangi, bagian dari sub suku Jawa. Selain konsep hijau, Bandar Udara Blimbingsari mengakomodasi karakter budaya Osing. Penerapan budaya suku Osing diaplikasikan melalui atap terminal bandara yang berbentuk rumah khas suku Osing.
Maket Bandara Blimbingsari Banyuwangi (Foto: Dok. Pemkab Banyuwangi)
ADVERTISEMENT
kumparan berkesempatan menelisik bandara udara dengan Bupati Anas lebih dalam lagi. Di lantai satu, kumparan merasakan angin semilir yang melewati kisi-kisi terbuat dari kayu ulin bekas. Selain itu, terlihat kolam ikan yang membuat suasana lebih nyaman bagaikan di rumah sendiri.
Sedangkan di lantai dua, rencananya akan digunakan sebagai ruang tunggu bagi pengantar. Warga dapat menggelar tikar sendiri sembari menunggu kerabat atau sanak saudara.
Bandar Udara Blimbingsari (Foto: blimbingsari-airport.com)
Setelah bangunan baru bandara selesai, bangunan lama akan dibuat apron atau pelataran pesawat, bagian dari bandar udara yang digunakan sebagai tempat parkir pesawat terbang.
Kemajuan Bandara Udara Blimbingsari terbilang sangat pesat. Bandara ini menjadi tempat tiga sekolah pilot skala international yang telah aktif beroperasi.
Sekolah Pilot Banyuwangi (Foto: www.lp3b.ac.id/)
Dengan adanya Bandar Udara Blimbingsari, Bupati Anas berharap, kedepannya, penerbangan dapat menampung kapasitas masyarakat yang datang ke sini.
ADVERTISEMENT
“Bandara ini juga ada kekhasan, jadi kalau orang turun dan tahu ini di Banyuwangi. Ini kan kemarin-kemarin hampir ada penyeragaman semua pakai kaca, sehingga jika listrik mati di daerah itu atau kapasitas listriknya turun agak bingung. Makanya kita buat kekhasan kalau misalkan selfie tau kalau lagi di Banyuwangi,” kata pria berumur 44 tahun ini.
Bupati Anas mengucapkan, bandara ini akan diresmikan sebelum lebaran. Selain itu, dua maskapai penerbangan Garuda Indonesia dan Sriwajaya Air akan membuka rute penerbangan langsung Jakarta-Banyuwangi.
“Bandara ini secara bertahap kami operasikan karena harus memenuhi aspek-aspek ketentuan dari Menteri Perhubungan,” tutupnya.