Madagaskar: Kilas Nusantara di 'Kampung Halaman King Julien'

Konten dari Pengguna
4 November 2018 0:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari deasy kristianti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Madagaskar: Kilas Nusantara di 'Kampung Halaman King Julien'
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Masih ingat petualangan seru Marty si zebra bersama teman-temannya Alex si singa, Melman si jerapah, Gloria si kuda nil, serta empat pengiun Skipper, Private, Kowalski, dan Rico yang melarikan diri dari kebun binatang New York di tahun 2005?
ADVERTISEMENT
Petualangan itu membawa mereka ke Madagaskar dan bertemu dengan King Julien, si Lemur, yang menarik minat dan penasaran banyak orang. Ingin tahu lebih banyak tentang Madagaskar kampung halaman King Julien? Yuk, simak beberapa informasi berikut.
1. Nenek Moyang Madagaskar Berasal dari Indonesia
Musisi di Madagaskar (Foto: Dok. Fuji Riang Prastowo)
zoom-in-whitePerbesar
Musisi di Madagaskar (Foto: Dok. Fuji Riang Prastowo)
Terdengar tidak masuk akal ya? Bagaimana mungkin orang Indonesia zaman dulu bisa sampai ke Madagaskar yang letaknya hampir 8.000 kilometer jauhnya? Walaupun sulit dipercaya, begitulah hasil penelitian dari University Massey di Selandia Baru yang dipimpin oleh Murray Cox, ahli biologi molekuler di universitas tersebut.
Menurut Cox, hasil riset yang menganalisis DNA mitokondria yang diturunkan lewat ibu tersebut menyimpulkan bahwa sekitar 30 orang perempuan Indonesia menjadi pendiri dari koloni Madagaskar pada 1.200 tahun silam.
ADVERTISEMENT
Saat itu, suku di Kalimantan dan Sulawesi memang terkenal sebagai pelaut yang ulung. Namun pertanyaan mengenai bagaimana kapal dari Indonesia tersebut bisa berlayar ke Madagaskar masih menjadi teka teki besar yang belum terjawab.
2. Postur Tubuh dan Warna Kulit Penduduk Madagaskar Mirip dengan Indonesia
Madagaskar: Kilas Nusantara di 'Kampung Halaman King Julien' (2)
zoom-in-whitePerbesar
Pelajar Malagasy berpose sebelum pertunjukan tari tradisional Indonesia, Yapong, di KBRI Antananarivo, Madagaskar (Foto: Facebook Weni Asim)
Madagaskar memang salah satu negara di Afrika, tetapi penduduknya mayoritas berkulit coklat dengan postur tubuh seperti rata-rata penduduk Asia, bahkan cenderung mirip dengan orang Indonesia.
Jadi jangan heran jika ada orang Malagasy yang menyapa anda dengan kata “Manaon” (kalimat sapaan yang diartikan sebagai “bagaimana kabarnya”) saat berada di Madagaskar.
ADVERTISEMENT
3. Bahasa Malagasy Mengandung Beberapa Bahasa Lokal Indonesia
Suasana di Antananarivo, Madagaskar (Foto: Dok. Fuji Riang Prastowo)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana di Antananarivo, Madagaskar (Foto: Dok. Fuji Riang Prastowo)
Dari sisi linguistik, bahasa Malagasy (bahasa lokal penduduk Madagaskar) dinilai masih termasuk rumpun Bahasa Melayu-Polinesia yang di dalamnya terkandung pengaruh bahasa lokal di Indonesia, yaitu bahasa Barito Timur, Jawa, Melayu, dan Sanskerta.
Namun Robert Dick-Read, penulis buku Penjelajah Bahari, menyatakan bahwa beberapa unsur dalam bahasa Malagasy mengarah ke Celebes (Sulawesi), terutama suku Bajo dan Bugis yang dikenal sebagai pelaut ulung.
“Nenek moyang dari suku-suku inilah yang kemungkinan besar adalah para pelaut Indonesia yang telah berhasil menjelajah lautan hingga ke Afrika,” tulis Robert Dick-Read.
Kemiripan kata dalam kedua bahasa misalnya terlihat dari sebutan untuk bilangan dua, tiga, empat, dan lima yang dalam bahasa Malagasy disebut rua, telu, efat, dan limi. Kata tangan, nusa, anak, mati, padi, dan tembok, dalam bahasa Malagasy menjadi tanana, nosy, anaka, maty, pary, dan tambuk.
ADVERTISEMENT
4. Bentuk Rumah Tradisional
Madagaskar: Kilas Nusantara di 'Kampung Halaman King Julien' (4)
zoom-in-whitePerbesar
Salah satu rumah tradisional di Provinsi Mananjary, Madagaskar. (Foto: Facebook Pius Rego)
Di Madagaskar, kediaman penduduk aslinya berbentuk kotak dengan atap segitiga, cenderung menyerupai suku-suku di Asia Tenggara. Bentuk ini berbeda dengan rumah tradisional Afrika pada umumnya yang berbentuk bulat.
Di sepanjang jalan dari Antananarivo, Ibu Kota Madagaskar, menuju berbagai provinsi di Madagaskar masih banyak terlihat rumah-rumah berbentuk panggung yang mengingatkan kita akan bentuk rumah panggung berbagai suku di Indonesia seperti Jambi, Kalimantan, dan Sulawesi.
5. Tekstil Tradisional
Kain Tenun Ikat NTT di Pasar Alok, Maumere, NTT. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Kain Tenun Ikat NTT di Pasar Alok, Maumere, NTT. (Foto: Elsa Toruan/kumparan)
Berbeda dengan penduduk Afrika daratan yang lebih umum menggunakan pakaian dari kulit binatang, peduduk asli Madagaskar mengenakan pakaian yang terbuat dari serat tanaman. Kain tradisional yang digunakan sehari-hari disebut 'Lamba', seperti kain pantai yang dililitkan di tubuh.
ADVERTISEMENT
Madagaskar juga memiliki kain tenun yang sangat mirip dengan kain tenun dari Nusa Tenggara Timur.
“Saat saya mengenakan pakaian ini (tenun dari NTT), seorang jemaat Malagasy menyampaikan apresiasinya karena dia pikir saya mengenakan tenun mereka,” kata Romo Pius Rego, seorang pastor Katolik berkewarganegaraan Indonesia yang telah bekerja di misionaris SDV Madagaskar selama lebih dari 15 tahun.
“Tentu saja, saya jelaskan bahwa pakaian ini merupakan hasil tenun Indonesia asli dari kampung halaman saya di NTT,” tambahnya saat bercerita kepada penulis.
6. Famadihana, Tradisi Penguburan Mayat Kembali
Upacara Famadihana di Madagaskar (Foto: AFP/Rijasolo)
zoom-in-whitePerbesar
Upacara Famadihana di Madagaskar (Foto: AFP/Rijasolo)
Famadihana disebut juga “memutar tulang”. Tradisi yang diyakini oleh suku Merina, salah satu suku di Madagaskar, ini dilangsungkan setiap tujuh tahun sekali dengan menggali kuburan kerabat untuk kemudian diangkat jasadnya.
ADVERTISEMENT
Setelah diangkat, kain pembungkus jasad akan dibuka dan diganti dengan kain pembungkus yang baru dan diikat dengan tali. Jasad kemudian dibawa menuju keluarga yang akan menerima dan mengadakan pesta penyambutan.
Tawa dan senda gurau mewarnai prosesi penerimaan jasad yang biasanya dilakukan pada bulan Juli dan September tersebut. Sesekali, keluarga akan menari sambil mengangkat jasad leluhurnya.
Teringat sesuatu? Tepat sekali. Tradisi Famadihana ini mirip dengan ritual Ma’nene yang dilakukan khusus oleh masyarakat Baruppu, di pedalaman Toraja Utara setiap tiga tahun sekali di bulan Agustus.
7. Ragam Makanan Malagasy
Nasi. (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Nasi. (Foto: Wikimedia Commons)
Nasi merupakan makanan pokok penduduk Madagaskar yang biasanya dimakan dengan lauk berupa sayur dan daging tumis dengan saus tomat atau santan. Terdengar aneh? Tidak juga, karena beberapa negara Afrika juga menjadikan nasi sebagai makanan pokoknya.
ADVERTISEMENT
Namun bagi penulis, bisa makan nasi sepuasnya saat tidak berada di Indonesia merupakan keistimewaan sendiri. Karena biasanya orang Indonesia itu belum makan kalau belum makan nasi!
8. Flora dan Fauna yang Beragam
Lemur ekor cincin, spesies King Julien. (Foto: Mathias Appel via Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Lemur ekor cincin, spesies King Julien. (Foto: Mathias Appel via Flickr)
Madagaskar merupakan pulau terbesar keempat di dunia setelah Borneo, Nugini, dan Greenland. Pulau yang terletak di bagian timur Afrika ini juga sering disebut sebagai 'Great Red Island' (Pulau Merah Besar) karena sebagian besar tanahnya berwarna merah, yang umumnya tidak bagus untuk pertanian.
Meskipun tidak menguntungkan untuk pertanian, Madagaskar memiliki kekayaan flora dan fauna yang luar biasa. Dari sekitar 200.000 spesies flora dan fauna yang ditemukan di Madagaskar, 150.000 di antaranya merupakan spesies endemik, yang artinya tidak terdapat di belahan bumi yang lain.
ADVERTISEMENT
Menariknya, beberapa spesies yang ditemukan di Madagaskar merupakan spesies di Amerika Selatan dan bukan keluarga dekat dari spesies di Afrika.
Salah satu spesies endemik yang menjadi ikon Madagaskar adalah Lemur (bahasa latin: Lemures). Lemures berarti makhluk atau arwah di malam hari atau hantu. Kenapa begitu? Mungkin karena bentuk mata yang dapat memantulkan cahaya di malam hari, ditambah lagi dengan teriakan nyaring ordo primata ini, nama tersebut terasa sangat pas.
Madagascar (Foto: Wikimedia Commons)
zoom-in-whitePerbesar
Madagascar (Foto: Wikimedia Commons)
Terdapat sekitar 103 jenis lemur yang tersebar di Madagaskar. Beberapa jenis yang dijadikan karakter pada film Madagascar produksi DreamWorks Animation di tahun 2005, antara lain Lemur Ekor Cincin (King Julien), Aye-aye (Maurice), dan Lemur Tikus (Mort).
Beberapa jenis lemur lainnya yang cukup terkenal antara lain Indri (lemur terbesar), Verreaux’s Sifaka (Lemur Tari), dan Lemur Sportif (Lincah) atau Weasel (sejenis musang).
ADVERTISEMENT
Lemur yang disebut varika dalam bahasa Madagaskar ini berasal dari kata warik (bahasa Banjar) yang artinya monyet. Hal ini menimbulkan pertanyaan dalam diri penulis, “Mungkinkah nenek moyang King Julien juga berasal dari Kalimantan?”