Gaya Hidup Lagom, Kunci Kebahagiaan Masyarakat Swedia

Dekoruma.com
Dekoruma.com is a fast-growing tech start up with a mission to break the highly inefficient home & living industry.
Konten dari Pengguna
9 Desember 2018 12:00 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dekoruma.com tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dalam World Happiest Report, sebuah survey yang mengurutkan tingkat kebahagiaan di dunia pada tahun 2018, negara-negara Skandinavia, seperti Finlandia, Denmark, dan Swedia menempati peringkat teratas.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup yang dijalani masyarakat di negara tersebut disebut-sebut sebagai kunci sukses mereka dalam memperoleh kebahagiaan.
lolaakinmade.com
Tak heran beberapa waktu lalu Hygge, gaya hidup serba nyaman yang diterapkan oleh orang-orang Denmark sempat menjadi tren dan marak diikuti oleh masyarakat di Inggris.
Kini giliran Lagom, gaya hidup ala masyarakat Swedia, yang menarik perhatian. Lagom yang memiliki arti not too little, not too much atau sepadan dengan istilah “yang penting cukup” dapat dibilang merupakan kebalikan dari Hygge yang cenderung mengarah pada perilaku konsumtif.
Senada dengan gaya hidup minimalis, prinsip kecukupan pada Lagom menghindari ekses dalam mengonsumsi atau memiliki sesuatu. Namun, lagom tak hanya fokus menghindari hal-hal berlebih saja.
Jika dalam penerapannya, gaya hidup minimalis menghadirkan paradoks less is more, lagom justru mengutamakan moderasi atau prinsip keseimbangan. Segala sesuatu mesti cukup, tidak lebih dan kurang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, gaya hidup lagom dapat diadopsi secara lebih mendalam dan luas bahkan menurut Anna Brones, penulis Live Lagom: Balanced Living the Swedish Way, lagom patutnya diaplikasikan dalam berbagai aspek di kehidupan sehari-hari, terutama dalam pekerjaan.
Masyarakat Swedia tidak mengenal prinsip work hard-play hard, melainkan prinsip keseimbangan work-life balance-lah yang melekat pada kehidupan mereka sehari-hari.
Masyarakat Swedia tak mengindahkan lembur atau bekerja diluar jam yang ditentukan karena justru mengindikasi bahwa seseorang tidak bekerja secara efektif pada waktu kerjanya. Malah pengurangan jam kerja justru diterapkan di Swedia dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas.
Saat mepraktekkan gaya hidup lagom dalam pekerjaan, kamu bisa menyelesaikan proyek besar yang sedang dikerjakan secara efektif dengan membaginya ke dalam beberapa proyek kecil.
ADVERTISEMENT
Ciptakan juga lingkungan kerja yang kondusif dengan merapikan meja kantor milikmu. Hadirkan juga nuansa area kerja yang lebih inspiratif dengan menambah dekorasi dan barang-barang yang bersifat personal.
Pada Elite Daily, Robert Glatter, M.D., seorang asisten profesor di Lenox Hill Hospital, menyatakan bahwa prinsip work-life balance seharusnya tidak dianggap sebagai mitos belaka, justru prinsip ini perlu diterapkan sesegera mungkin guna mencapai kondisi fisik dan mental yang sehat.
Hal ini juga diamini seorang psikologis klinis asal Inggris sekaligus penulis seri buku tips meraih kebahagiaan, This Book Will Make You.., Dr Jessamy Hibberd. Menurutnya, gaya hidup lagom yang bersifat moderat adalah pemulih dari krisis kesehatan mental yang terjadi di tengah rapatnya akses informasi dan kesibukan masyarakat modern.
Selain bekerja sesuai porsi, mempioritaskan waktu untuk bersosialisasi merupakan bagian dari gaya hidup lagom. Lagom jauh dari gaya hidup yang serba individualis dan lebih mementingkan kepentingan kelompok serta asas kebersamaan.
ADVERTISEMENT
Kebahagian yang tercipta dari keseimbangan tidak dapat diperoleh dengan hanya memenuhi kepuasan pribadi, namun perlu dicapai dengan mengasihi orang lain.
Sebagaimana yang diutarakan Niki Brantmark dalam buku Lagom: The Swedish Art of Living a Balanced, Happy Life, betapa pentingnya untuk mencontoh perilaku masyarakat Swedia yang santai dan rileks sehingga bisa mengisi waktunya dengan hal-hal yang lebih bermakna.
Selain dipakai untuk menyalurkan hobi secara positif,  waktu-waktu diluar jam kerja mereka gunakan untuk menciptakan waktu kumpul berkualitas bersama kerabat, menikmati aktivitas di ruang publik, dan terlibat dengan komunitas di lingkungan sekitar.
Untuk membiasakan diri mempraktekan gaya hidup lagom dalam kehidupan sehari-hari, ujilah setiap keputusan baik dalam membeli barang maupun melakukan sesuatu dengan pertanyaan pamungkas “ Apakah ini cukup?”. Layaknya saat kamu memilah barang-barang tak terpakai di rumah dengan metode konmari, “Apakah barang ini dapat membuat saya bahagia?”.
ADVERTISEMENT
Gaya hidup lagom menuntun kita pada kebahagiaan melalui keseimbangan yang tercipta dalam kehidupan sehari-hari. Tertarik menerapkan gaya hidup lagom?