Tren Utang Milenial

Delly Ferdian
Peneliti di Indonesia Indicator, Jakarta
Konten dari Pengguna
30 Juni 2019 11:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Delly Ferdian tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
com-Ilustrasi Tagihan Utang Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
com-Ilustrasi Tagihan Utang Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Belum lama ini, saya dihubungi seseorang dari call center sebuah perbankan digital yang menginformasikan kepada saya bahwa perusahaannya telah mengembangkan sebuah layanan terbaru bernama “flexi cash”. Apa itu?
ADVERTISEMENT
Singkat cerita, flexi cash tersebut adalah sebuah layanan dana siaga layaknya sebuah pinjaman modal yang dapat digunakan oleh pengguna layanan jasa perbankannya, dengan pengajuan terlebih dahulu sesuai syarat dan ketentuan yang berlaku. Sederhananya, flexi cash saya artikan sebagai sebuah fasilitas untuk berutang sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Tak dapat dipungkiri bahwa kini, berutang atau melakukan peminjaman pendanaan sudah semudah membalikkan telapak tangan. Tak seperti meminjam uang di perbankan konvensional yang terkenal dengan persyaratan rumit dan berbelit-belit, kini, banyak perusahaan teknologi finansial (tekfin) mampu memberikan pinjaman uang hanya dengan bermodalkan KTP saja.
Oleh karena itu, wajar jika banyak pakar yang mengatakan bahwa sekarang adalah zaman kegelapan bagi perbankan. Sebab, perbankan seolah terimpit dengan perkembangan tekfin yang begitu pesat, dan juga oleh peluang investasi saham yang kian menarik.
ADVERTISEMENT
Sebut saja perusahaan tekfin lending (peminjaman modal). Bukan hanya mudah diakses karena hanya bermodalkan gawai kesayangan, perusahaan tekfin lending juga dapat memberikan pendanaan yang cukup besar hanya dengan persyaratan yang mudah dan proses yang cepat, bahkan bunga yang ditawarkan pun terbilang cukup bersahabat. Hal ini jelas merupakan disrupsi yang begitu mengancam bagi perusahaan peminjaman maupun perbankan konvensional.
Menariknya, bisnis peminjaman dari perusahaan lending tersebut kini juga dapat dinikmati perusahaan tekfin lainnya, seperti halnya tekfin pembayaran bahkan e-commerce. Jelas bukan hanya flexi cash sebagai fasilitas tambahan peminjaman uang yang telah ditawarkan tekfin. Sebelumnya, fasilitas dana talangan bernama paylater telah lama menjadi primadona.
Walaupun sifatnya sama-sama memberikan pinjaman dana, tetapi keduanya memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Sepengetahuan saya, flexi cash adalah pinjaman uang dengan nominal tertentu yang dapat langsung diterima pengguna layanan.
ADVERTISEMENT
Sementara itu, paylater merupakan pinjaman uang yang diberikan dengan batasan tertentu dan hanya dapat digunakan pada saat melakukan transaksi pembayaran di berbagai merchant yang sudah terintegrasi dan bekerja sama, serta juga pembayaran jasa layanan yang digunakan dari aplikasi.
Sejauh ini, paylater sendiri sudah dapat dinikmati oleh para pengguna jasa layanan tekfin pembayaran, seperti OVO, Go-Pay dari Gojek, kemudian aplikasi pembelian tiket pesawat seperti Traveloka, hingga e-commerce seperti Tokopedia dan Shopee. Tentu, ini adalah kemajuan yang luar biasa dari perkembangan tekfin.
Utang Milenial
com-Ilustrasi Utang Konsumtif Foto: Shutterstock
Bagaimana tidak, aplikasi pembayaran seperti OVO, Go-Pay, DANA, LinkAja, dan tekfin lainnya amat gencar berpromosi, seperti memberikan potongan harga dan cashback senilai 20-70 persen, bahkan ada yang berani memberikan 100 persen cashback. Jelas, semua ini menjadi salah satu stimulus bagi milenial untuk terus berbelanja.
ADVERTISEMENT
Gairah berbelanja tersebut semakin memuncak dengan kehadiran layanan peminjaman uang, sehingga dapat dikatakan bahwa hampir tak ada alasan untuk tidak berbelanja dengan fasilitas tekfin. Aplikasi-aplikasi tersebut seolah mendorong milenial untuk terus mengeluarkan uangnya, bahkan jika perlu berutang untuk melayani nafsu konsumtif yang kian bergairah.
Di Amerika, kerisauan terkait pola belanja milenial sampai dengan kecenderungan milenial untuk berutang dilihat situs How Much sebagai sebuah fakta yang cukup menghebohkan. Situs How Much menemukan fakta bahwa milenial dengan rentang usia 22-37 tahun saat ini, memiliki total utang rata-rata 84.600 dolar AS.
Situs tersebut menggunakan data Federal Reserve sebagai acuan untuk melihat prilaku berutang ala milenial Amerika yang semakin bergairah. Jumlah tersebut jauh lebih tinggi dibanding utang generasi X dan baby boomer ketika mereka berada pada usia yang sama dengan milenial saat ini.
ADVERTISEMENT
Kerisauan di Amerika tersebut tentu apple to apple dengan keadaan di Tanah Air. Tren fesyen dan teknologi global yang semakin berkembang membuat milenial di negara mana pun akan selalu mengikuti arus tersebut. Semua itu tentu berkat jendela informasi yang begitu menganga dengan kehadiran media sosial. Oleh karena itu, menurut hemat saya, kebiasaan berutang milenial sangat apple to apple.
Menyiasati Utang
com-Ilustrasi Utang Produktif Foto: Shutterstock
Sederhananya, berutang bukan hal yang salah jika peruntukannya tepat. Misalnya, berutang untuk membangun usaha atau berutang kepada sektor produktif lainnya. Inilah yang disebut sebagai utang produktif.
Namun, bukan berarti utang konsumtif menjadi hal yang salah, bukan berarti melakukan pinjaman uang untuk kredit sektor properti atau juga otomotif untuk kebutuhan pribadi adalah hal yang salah. Tentu, utang yang baik adalah utang yang terukur serta terkendali berdasarkan besaran pendapatan disertai skema pembayaran yang baik pula.
ADVERTISEMENT
Ketika kebutuhan finansial tinggi tapi kemampuan finansial atau pendapatan tak begitu memadai untuk memenuhinya, maka langkah untuk berutang adalah pilihan yang tepat. Utang yang produktif adalah utang yang digunakan untuk kebutuhan juga dapat menunjang produktivitas ke depan.
Dalam kasus tren utang yang kian membuat lapar mata, milenial wajib cerdas dalam merespons tren tersebut. Tren tersebut tentu sangat menguntungkan, bagaimana tidak, dengan kemampuan finansial yang ala kadarnya, impian milenial untuk memiliki properti bisa terwujud asalkan skema pembayaran juga diatur dengan cerdas.
Oleh karena itu, bijak menggunakan fasilitas seperti flexi cash atau juga paylater dapat memberikan keuntungan tersendiri.
Penulis adalah Peneliti di Indonesia Indicator, Jakarta.
ADVERTISEMENT