Kita itu Millennial: Loh Kata Siapa?

Denia Oktaviani
Curhat-curhat ada di kumparan.com/deniaokta
Konten dari Pengguna
25 Januari 2017 11:38 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Denia Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Ini bukan laporan hasil penelitian, tulisan akademis untuk tesis, apalagi hasil liputan yang berujung revisian. Tidak lebih dari sebuah curahan, sebagai teenadult, yang sedang merangkak dan meraba tingkat kehidupan yang (nampaknya) menantang-- dan mau gak mau juga harus dilewati.
ADVERTISEMENT
Ya... sebutlah masa-masa kehidupan yang mandiri, bertanggung jawab, usaha untuk berlaku sebagai anak muda mulai dewasa yang inovatif dan aktif hanya untuk dunia nya.
Bergairah dan menggebu-gebu mereka tunjukkan kepada dunia bahwa mereka bisa lakukan segala nya
Liar mereka keluarkan segala isi kepala nya --bahkan orang sakit jiwa pun suka sekali bicara toh? kenapa kita tidak?
Abstrak... sedikit banyak yang mereka pikirkan, biasanya hanya berhenti sampai di situ saja. Sureal jadinya.
Bangga awalnya sedang dalam perjalanan menuju tahap dewasa itu, apalagi saya sebagai salah satu generasi millennial--generasi yang paling produktif--dan siapa juga yang tidak berlomba-lomba untuk unjuk gigi?
Eits, produktif? Nanti dulu.
Millennial itu kan mereka yang lahir dari 1980-2000, ya tergantung kalian tanya siapa. Buat kalian yang malas ngitung dan keluarin kalkulator, sebut saja millennial adalah mereka yang remaja dan umur 20-an keatas.
ADVERTISEMENT
Mengingat millennial adalah orang-orang yang paling narsis, gila label dan keberhasilan, nyatanya memang ga salah sih. toh berkat itu kita menjadi salah satu generasi yang paling produktif dibanding sebelum-sebelumnya. Jadi persetan nih ya yang bilang millennial itu malas, egois dan narsis? Oke lanjut.
Walau hanya berformatkan curahan hati, saya membaca dan saya tahu. Pengalaman saya dan anak muda lain di sekitar saya mempunyai kesamaan yang membuat saya resah. Jika kalian bertanya-tanya, coba telusuri lagi bacaan tentang millennials dari tahun 2013-2017, segambreng referensi bisa kalian temukan di laman google. Satu referensi yang saya kutip disini merupakan versi curahan hati yang lebih apik dengan data lengkap daripada tulisan saya.
ADVERTISEMENT
"I am about to do what old people have done throughout history: call those younger than me lazy, entitled, selfish and shallow. But I have sttudies! I have statistics! I have quotes from respected academics! Unlike my parents, my grandparents and my great-grandparents, I have proof" (Stein, 2013. 'Miillennials: The Me Me Me Generation').
Joel Stein (41 tahun pada tahun 2013- jadi tebak saja berapa umur nya sekarang), menyebutkan banyak data yang membuktikan bahwa millennials --di semua belahan dunia-- merupakan generasi yang paling terobsesi dengan ketenaran, narsisme, tapi malas nya minta ampun.
Putar otak lagi, mencoba mengingat-ingat lagi apa yang salah sehingga millennials menjadi satu grup yang sebegitunya abstrak untuk diperdebatkan? Kemudian muncul keganjalan yang sepertinya harus saya keluarkan dari tenggorokan, atau paling tidak dimediasikan ke tulisan dan dilakukan oleh jemari saya daripada saya harus mengeluarkan kata-kata kasar melalui mulut dan bersumpah serapah karena mengingat memori tidak mengenakkan soal ini. Dan rupanya menjadi salah satu kemungkinan alasan nya. Mungkin kalau mau diketik begini suara teriakan di kepala saya;
ADVERTISEMENT
"Kita itu Millennial!", mereka bilang. Tapi suka gak mau dengerin kata yang 'lebih muda' walau mereka salah.
"Kita itu Millennial!", mereka bilang. Tapi yang 'lebih muda' dianggap minim pengalaman dan ilmu.
"Kita itu Millennial!", mereka bilang. Tapi yang 'lebih muda' suka ga dipandang saran dan kritik nya. Mental!
"Kita itu Millennial!", mereka bilang. Tapi yang 'lebih muda' selalu dianggap aneh kalau nyentrik.
"Kita itu Millennial!", mereka bilang. Tapi mau bicara dan didengar saja dipersulit. Birokrasi!
"Kita itu Millennial!", mereka bilang. Tapi seperti bukan bagian dari millennial.
"Kita itu Millennial!", mereka bilang. Tapi kenyataan nya, faktor 'umur' adalah segalanya. Menentukan kepribadian mu, pola pikir mu, dan sebanyak apa yang sudah kamu dapat.
ADVERTISEMENT
Mungkin karena itu saya dianggap narsis, sok ide, mau unjuk gigi sana sini, dan malas.