Di Rumah Sakit Bangladesh, Anak-anak Rohingya Meregang Nyawa

8 September 2017 10:35 WIB
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelelahan, balita Rohingya tertidur di atas kapal. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
zoom-in-whitePerbesar
Kelelahan, balita Rohingya tertidur di atas kapal. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
ADVERTISEMENT
Suara mengaduh, mengerang, dan tangisan anak-anak Rohingya terdengar di bangsal-bangsal rumah sakit di Chittagong, Bangladesh. Mereka dirawat dengan luka-luka tembak, luka bakar, atau kehilangan anggota tubuh akibat serangan tentara Myanmar ke desa-desa di Rakhine.
ADVERTISEMENT
Mohammed Idrees baru berusia 10 tahun tapi sudah merasakan pedihnya terjangan timah panas tentara. Kepalanya terluka tembak, telinga kanannya hilang seluruhnya diterjang peluru.
Kepada Reuters, Kamis (8/9), Idrees mengaku tidak ingat bagaimana dia bisa ada di rumah sakit itu, yang jelas bocah ini tidak ingin kembali ke rumahnya. Dia menangis saat ayahnya, Mohammed Rasheed, mengisahkan penyerangan tentara ke desanya.
"Saya tidak ingat apa yang terjadi pada saya, tapi saya ingin bertemu ibu. Sakit sekali," kata Idrees yang kepalanya dibalut perban.
Mohammed Idrees berbaring di sebelah Ayahnya. (Foto: REUTERS/Krishna N. Das)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed Idrees berbaring di sebelah Ayahnya. (Foto: REUTERS/Krishna N. Das)
Rasheed mengatakan, tentara menyerang desa mereka pada pagi hari, 25 Agustus lalu. Dia dan keluarganya berlindung di parit belakang rumah, tapi peluru mengenai Idrees. Selama satu jam tentara menghujani mereka dengan peluru, enam orang tewas di desa itu.
ADVERTISEMENT
Idrees yang kepalanya bersimbah darah langsung dilarikan oleh Rasheed dengan tandu bambu melalui perbukitan menuju perbatasan Bangladesh di malam itu juga. Ibunya dan ketiga saudara perempuannya tiba di Bangladesh tiga hari kemudian.
"Kami beruntung semuaya masih hidup," kata Rasheed.
Tentara Myanmar melancarkan serangan ke desa-desa Rohingya sejak 25 Agustus lalu, dengan dalih mencari militan pemberontak yang menyerbu pos-pos tentara. Mereka mengatakan, serangan hanya mengincar militan, bukan warga sipil.
Pengungsi Rohingya terbaring, alami dehidrasi. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
zoom-in-whitePerbesar
Pengungsi Rohingya terbaring, alami dehidrasi. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
Tapi yang terjadi terhadap Idress dan warga Rohingya lainnya membuktikan dalih tentara itu omong kosong.
Sedikitnya 400 orang tewas, itu klaim pemerintah, para aktivis mengatakan jumlah Rohingya yang terbunuh jauh lebih banyak lagi. Lebih dari 140 ribu Rohingya mengungsi ke Bangladesh.
ADVERTISEMENT
Idrees adalah satu dari 60 warga Rohingya korban serangan tentara Myanmar yang dirawat di Chittagong Medical College Hospital. Kebanyakan mereka luka tembak atau terkena ledakan bom. Sepertiga di antara pasien adalah anak-anak dan remaja, termasuk bocah berusia enam tahun.
Menurut pandangan mata Reuters, kebanyakan korban rusak wajahnya, kakinya terkoyak, atau matanya tertancap pecahan peluru.
Puluhan pemuda Rohingya mengerang kesakitan, dibaringkan di atas matras biru di lantai karena tempat tidur semuanya penuh.
Kehausan, anak Rohingya minum air sungai. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
zoom-in-whitePerbesar
Kehausan, anak Rohingya minum air sungai. (Foto: REUTERS/Mohammad Ponir Hossain)
Menurut sumber PBB, pada Minggu lalu saja, ada 31 Rohingya dengan luka tembak dan enam luka bakar yang dilarikan ke rumah sakit Chittagong.
"Banyak orang yang datang dengan luka tembak di bagian belakang tubuh mereka," kata H.T. Imam, penasihat politik Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina.
ADVERTISEMENT
Luka tembak di belakang tubuh menunjukkan bahwa mereka diberondong peluru ketika hendak kabur dari kejaran tentara.
"Ini tindakan yang sangat tercela. Ini adalah misi pembantaian, sejelas dan sesederhana itu," kata Imam lagi.
Seorang nenek pengungsi Rohingya kelelahan. (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
zoom-in-whitePerbesar
Seorang nenek pengungsi Rohingya kelelahan. (Foto: REUTERS/Danish Siddiqui)
Seorang pria Rohingya bahkan mengalami banyak luka tembak: di bahu, paha belakang, dan tulang kering. Dia merintih, bernafas dibantu pipa oksigen.
Pria Rohingya lainnya, Mohammed Jubair, 21, mengalami luka bakar di wajahnya dan harus dioperasi plastik. Bagian kanan wajah Jubair hancur, bagian kiri wajahnya terbakar hebat, bagian bawah tubuhnya juga hangus dilalap api.
Jubair terbujur kaku di ranjang, meregang nyawa.
Menurut kakaknya, Nur Mohammed, Jubair lari dari desanya di Rakhine sambil menggendong adik perempuannya yang berusia lima tahun. Dengan helikopter, tentara Myanmar menjatuhkan bom ke arah mereka. Bocah lima tahun itu tewas di tempat, Jubair terluka hebat.
ADVERTISEMENT
"Tidak seperti saya, Jubair menggendong adik kami saat kabur ke bukit ketika tentara datang dan mulai membakari rumah-rumah kami. Saya bisa bergerak cepat, sekarang Allah menyelamatkan adik saya," kata Mohammed.