Langit Kelabu Kota Beijing Menyambut Tetamu

26 Oktober 2017 5:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Langit kelabu kota Beijing (Foto: Denny Armandanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Langit kelabu kota Beijing (Foto: Denny Armandanu/kumparan)
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 09.00 waktu setempat, kumparan (kumparan.com) tiba di Beijing, Rabu (25/10). Cuaca cukup dingin, sekitar 10-13 derajat Celcius, maklum bulan Oktober sudah masuk musim gugur. Barangkali udara dingin, atau lantaran masih pagi, langit Beijing berwarna kelabu--begitu kiranya kumparan berpikir.
ADVERTISEMENT
Jarak pandang di Bandara Internasional Beijing tidak sampai 30-50 meter. Pesawat di kejauhan terlihat samar-samar, terselimuti kabut kelabu. Udara dingin memang bikin bergidik, tapi kenyataan bahwa kabut kelabu itu bukan sembarang kabut yang justru buat merinding.
"Itu polusi," kata Sarah, pemandu kumparan di ibu kota China itu.
"Terlalu banyak mobil di Beijing. Dan wilayah sekitar Beijing adalah zona industri, jadi langit tertutup polusi," kata dia lagi.
Tidak salah memang. Sepanjang perjalanan dari bandara menuju hotel di distrik Haidian, sejauh mata memandang memang deretan mobil. Macet, persis seperti Jakarta di jam sibuk ditambah ada pekerjaan galian kabel atau pembangunan fly-over.
Bedanya keberadaan pengguna motor bisa dihitung dengan jari. Roda dua didominasi oleh motor listrik atau sepeda, baik milik pribadi atau bike-sharing yang sedang ngetren.
ADVERTISEMENT
Menurut data statistik pemerintah Beijing tahun 2015, ada 5,62 juta mobil di kota tersebut.
Langit kelabu kota Beijing (Foto: Denny Armandanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Langit kelabu kota Beijing (Foto: Denny Armandanu/kumparan)
Terakhir kali kumparan ke Beijing adalah tahun 2012, lebih dari lima tahun lalu. Tidak banyak perubahan yang berarti dari kondisi langit Beijing. Dulu berwarna kelabu, sekarang masih sama tapi lebih pekat.
Memasuki pukul 12.00, kondisi juga belum berubah. Gedung-gedung pencakar langit Beijing, hanya terlihat samar, padahal jaraknya tidak terlalu jauh.
Benar saja, menurut perhitungan indeks kualitas udara Beijing di situs http://aqicn.org/city/beijing/, kandungan PM2.5 di udara ibukota hari ini mencapai maksimal 205 mikrogram per kubik meter. Angka ini jauh di atas standar aman maksimal WHO, yaitu 25 mikrogram kandungan PM 2.5 per kubik meter.
PM2.5 adalah partikel polusi yang sangat kecil yang bisa masuk ke tubuh manusia melalui pernafasan. Penyakit yang disebabkannya banyak, mulai dari asma, bronkitis, hingga masalah pernafasan.
ADVERTISEMENT
Pemerintah China juga sudah meminta masyarakat bersabar. Seperti kata Menteri Perlindungan Lingkungan China Li Ganjie di sela Kongres Partai Komunis Senin lalu yang dikutip Reuters, "sistem perlindungan lingkungan pada akhirnya akan menguntungkan pembangunan ekonomi negara."
Untuk mengurangi jumlah kendaraan, pemerintah Beijing sampai harus melotere siapa yang layak membeli mobil. Saat ini per bulan lotere dikeluarkan untuk 150 ribu orang, namun pada 2018 akan dikurangi menjadi 100 ribu orang.
Langit kelabu kota Beijing (Foto: Denny Armandanu/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Langit kelabu kota Beijing (Foto: Denny Armandanu/kumparan)
Selain mengurangi polusi, juga mengurangi macet yang terkadang tidak masuk di akal. "Jarak dari bandara ke hotel kalian hanya satu jam di saat normal. Namun ketika macet, pernah sampai empat jam," ujar Sarah.
Melihat keadaan ini, kiranya kumparan akan mulai memakai masker di Beijing.
ADVERTISEMENT
Namun masalah Beijing bukan cuma polusi dan kemacetan. Berpenduduk dua kali lipat dari Jakarta, mencapai 21,5 juta orang, jurang ketimpangan di Beijing sangat lebar.
Sarah adalah warga Beijing kebanyakan yang merasakan bahwa rumah di Beijing hanya bisa dibeli oleh orang-orang kaya. Satu meter persegi di sebuah distrik mencapai harga hampir Rp 800 juta. Apartemen kecil dengan dua kamar, hampir Rp 2 miliar.
"Sepasang suami istri yang bekerja banting tulang tetap tidak akan pernah bisa punya rumah di kota ini," lanjut dia.
Biasanya yang memiliki rumah sendiri di Beijing adalah para pengusaha sukses atau pejabat pemerintah. Bahkan menurut Sarah, ada seorang pejabat yang punya 100 rumah di kota itu. Dia punya 100 rumah yang satu meter perseginya Rp 800 juta!
ADVERTISEMENT
Pejabat itu ternyata korup dan telah ditangkap polisi.