Putra Mahkota Arab Saudi Sebut Khamenei "Si Hitler Baru"

24 November 2017 15:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mohammed bin Salman  (Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed)
zoom-in-whitePerbesar
Mohammed bin Salman (Foto: REUTERS/Hamad I Mohammed)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Putra Mahkota Arab Saudi menegaskan kembali perseteruan antara negaranya dengan Iran. Bahkan, Pangeran Mohammed bin Salman (MbS) mengatakan pemimpin tertinggi Iran Ayatullah Ali Khamenei sebagai "Si Hitler Baru."
ADVERTISEMENT
Pernyataan ini disampaikan MbS dalam wawancara dengan New York Times pada Kamis (23/11). Dia menegaskan bahwa Khamenei telah memicu menyebarnya konflik di Timur Tengah, sebut saja Yaman atau Suriah. Di negara-negara itu, Saudi dan Iran terlibat perang proksi.
"Pemimpin tertinggi [Iran] adalah si Hitler baru di Timur Tengah," kata MbS.
Menurut MbS, kebijakan Khamenei berpotensi memicu penderitaan Timur Tengah seperti halnya Eropa ketika Perang Dunia II.
"Kami tidak ingin Hitler baru di Iran mengulangi peristiwa Eropa terjadi di Timur Tengah," ujar MbS.
Ayatollah Ali Khamenei Berpidato di Teheran (Foto: Leader.ir/Handout via Reuters)
zoom-in-whitePerbesar
Ayatollah Ali Khamenei Berpidato di Teheran (Foto: Leader.ir/Handout via Reuters)
Saudi telah sejak lama menuding Khamenei menggunakan posisinya untuk mempengaruhi warga Syiah agar turun berperang. Paramiliter Syiah dikerahkan ke Suriah, berada di kubu Bashar al-Assad. Sejak 2011, konflik di Suriah telah menewaskan sedikitnya 480 ribu orang.
ADVERTISEMENT
Hizbullah sebagai partai politik yang didukung Iran di Lebanon juga disebut terlibat. Bulan ini, Saudi menegaskan bahwa Lebanon menabuh genderang perang dengan ancaman pembunuhan terhadap Perdana Menteri Saad Hariri.
Pada konflik di Yaman yang telah berlangsung 2,5 tahun, Iran dan Saudi berseteru sengit. Iran mendukung pemberontak Syiah Houthi dan Saudi menyokong pemerintah yang sah.
Menurut MbS, saat ini koalisi serangan udara Saudi di Yaman telah berhasil menguasai 85 persen wilayah negara itu. Namun tidak dipungkiri, Houthi juga masih berkuasa di kota-kota padat penduduk, membuat warganya terancam kelaparan.
Sekitar 10 ribu orang meninggal dunia dalam konflik di Yaman.