Stephen Hawking dan Sikapnya yang Tidak Percaya Tuhan

14 Maret 2018 11:47 WIB
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Osservatore Romano)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Osservatore Romano)
ADVERTISEMENT
Stephen Hawking meninggal dunia di usia 76 tahun, Rabu (14/3). Dia terkenal sebagai salah satu orang terpintar dunia yang menyibak rahasia semesta. Namun ilmuwan Inggris ini juga menegaskan diri sebagai seorang ateis, alias tidak percaya Tuhan.
ADVERTISEMENT
Di atas kursi roda canggihnya karena penyakit langka amyotrophic lateral sclerosis (ALS), Hawking menyampaikan berbagai teori kuantum, kosmos, lubang hitam, dan bahkan perjalanan waktu. Pada 2014, dia menegaskan bahwa Tuhan tidak ada dan mengatakan "saya seorang ateis."
Pernyataan ini disampaikan Hawking dalam wawancara dengan media Spanyol, El Mundo.
Catherine Giordano, ahli fisika dalam tulisannya di situs pendidikan Owlcation, mengatakan Hawking sejak kecil memang jauh dari agama. Dia memang dilahirkan dari keluarga Kristen, tapi faktanya keluarganya jarang beribadah atau ateis dalam pikiran.
Ketika masih bersekolah di St Albans, dia berdebat hebat dengan kawan sekelasnya soal agama Kristen. Ketika berkuliah, Hawking termashyur di kalangan kawan-kawannya sebagai seorang ateis.
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Mike Hutchings)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Mike Hutchings)
Namun istri pertamanya, Jane, yang dinikahi pada 1965 dan diceraikan pada 1995 adalah seorang Kristen yang taat. Pandangan soal agama ini jadi salah satu ketidakcocokan dalam pernikahan keduanya.
ADVERTISEMENT
Berbagai komentar Hawking yang menafikan agama disampaikannya dari waktu ke waktu. Seperti pada 2011 dia mengatakan bahwa "tidak ada Tuhan."
"Kita bebas meyakini apa yang kita mau dan dalam pandangan saya penjelasan paling sederhana adalah tidak ada Tuhan. Tidak ada yang menciptakan alam semesta dan tidak ada yang mengatur takdir kita....Mungkin tidak ada surga, dan tidak ada akherat," kata Hawking.
Pada 2010 dalam wawancara dengan ABC News, Hawking saat ditanya apakah agama dan ilmu pengetahuan bisa selaras, dia mengatakan:
"Ini perbedaan dasar antara agama, yang didasarkan pada otoritas, dan ilmu pengetahuan, yang didasarkan pada pengamatan dan alasan. Ilmu pengetahuan akan menang karena terbukti bekerja."
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Toby Melville)
zoom-in-whitePerbesar
Stephen Hawking (Foto: REUTERS/Toby Melville)
Namun, dalam bukunya "A Brief History of Time" pada 1988, ada sebuah kalimat yang membuat Hawking seakan percaya Tuhan. Kalimat itu adalah: "Akan menjadi sebuah kemenangan besar bagi manusia untuk mengetahui pemikiran Tuhan."
ADVERTISEMENT
Dalam wawancara dengan El Mundo, Hawking membantah kalimat tersebut berarti dia percaya Tuhan.
"Apa yang saya maksud bahwa kita akan tahu "pemikiran Tuhan" adalah kita akan tahu apa yang Tuhan tahu, jika Tuhan itu ada, padahal tidak ada. Saya seorang ateis," kata Hawking.
Hawking adalah salah satu bukti bahwa ateisme dan ilmu pengetahuan kadang berjalan seiringan. Menurut survei majalah Nature pada 1998, hanya 7 persen ilmuwan anggota The National Academy of Sciences yang beragama.
Tapi tidak semua ilmuwan kawakan tidak percaya Tuhan. Albert Einstein contohnya. yang dalam sebuah suratnya pernah mengatakan:
"Ilmu tanpa agama cacat, agama tanpa ilmu buta."
Hawking kini telah tiada, dan dia akan "membuktikan" sendiri soal teorinya bahwa Tuhan itu tidak ada.
ADVERTISEMENT