Surat Terakhir Remaja Pengebom Bunuh Diri ISIS

28 Februari 2017 11:07 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Surat terakhir Alaa abd al-Akeedi. (Foto: REUTERS/Alaa Al-Marjani)
Surat-surat itu tidak pernah sampai ke tangan penerimanya. Padahal isi surat itu sangat penting, mengabarkan kematian penulisnya. Setidaknya bagi penulisnya, mereka akan berada di tempat yang lebih baik.
ADVERTISEMENT
Surat-surat itu ditulis oleh para anggota ISIS yang melancarkan serangan bunuh diri di Irak. Bersama dengan daftar nama-nama, surat dan pesan-pesan terakhir itu ditemukan Reuters di markas yang ditinggalkan ISIS di kota Mosul sejak Oktober tahun lalu.
Ditulis oleh para pemuda anggota pengebom bunuh diri yang dikenal dengan "Laskar Syuhada", isi surat yang tidak pernah sampai itu ditujukan untuk keluarga mereka.
Asap akibat perang antara ISIS dan Irak. (Foto: Reuters/Goran Tomasevic)
"Keluargaku tersayang, maafkan saya," bunyi sebuah surat yang ditulis tangan oleh pemuda bernama Alaa Abdul Akeedi, dikutip Reuters, Senin (27/2).
"Jangan bersedih dan jangan memakai pakaian hitam. Saya meminta untuk menikah, tapi kalian tidak menikahkan saya. Jadi, demi Allah, saya akan menikahi 72 bidadari di surga," lanjut surat tersebut.
ADVERTISEMENT
Akeedi yang meledakkan diri di pos polisi Irak tahun lalu adalah satu dari sekitar 50 anggota Laskar Syuhada yang sebagian besar berusia belasan. Daftar nama mereka tertulis dalam salah satu dokumen di markas itu.
Daftar anggota ISIS (Foto: Reuters/Alaa Al-Marjani)
Baru berusia sekitar 15-16 tahunan, Akeedi seperti puluhan pemuda lainnya dilatih selama 2,5 tahun untuk melancarkan aksi yang oleh ISIS diklaim sebagai jihad itu. Akeedi bergabung dengan ISIS pada 1 Desember 2014, beberapa bulan setelah kelompok bersenjata itu menguasai Mosul.
Laskar Syuhada kebanyakan berisi pemuda dari Irak, tapi ada juga beberapa orang dari Amerika Serikat, Iran, Maroko dan India.
Kerabat Akeedi yang berhasil dihubungi Reuters mengatakan bahwa ayahnya sangat terpukul ketika tahu putranya itu bergabung dengan ISIS.
ADVERTISEMENT
Anak-anak berjuang di tengah perang. (Foto: Reuters/Alaa Al-Marjani)
Sejak bersama ISIS, dia jarang mengunjungi keluarganya. Terakhir bertemu ayahnya, dia mengatakan akan melancarkan bom bunuh diri di Baiji, kota kaya minyak di selatan Mosul.
"Dia mengatakan kepada ayahnya, 'Saya akan jadi martir,'" kata kerabat Akeedi kepada Reuters. Beberapa bulan kemudian, Akeedi telah tewas.
Pemuda lainnya yang berada di Laskar Syuhada adalah Atheer Ali, usianya kurang lebih sama dengan Akeedi. Ayahnya, Abu Amir, kepada Reuters mengatakan bahwa putranya adalah siswa yang cerdas dalam pelajaran fisika dan selalu menonton siaran National Geographic.
Atheer Ali. (Foto: REUTERS/Alaa Al-Marjani)
Ali, kenang ayahnya, hobi berenang dan memancing di sungai dekat rumah. Sepulang sekolah, Ali membantu pamannya berkebun. Menurut Abu Amir, putranya itu kurus dan pemalu, tidak ada potongan militan.
ADVERTISEMENT
Pada awal 2015, Abu Amir terkejut ketika mendengar Ali dan kawan-kawan sekolahnya bergabung dengan ISIS. Abu Amir menyambangi markas-markas ISIS untuk membawa pulang putranya, namun dia malah diancam penjara.
Beberapa bulan kemudian, anggota ISIS datang ke rumahnya mengatakan putra tercintanya telah meninggal. Di kamar mayat, Abu Amir melihat putranya tidak seperti yang dulu. Rambutnya gondrong, berjenggot. Ada serpihan peluru di dada dan tangannya.
Perang Irak dan ISIS. (Foto: Reuters/Alaa Al-Marjani)
Menurut ISIS, Ali tewas karena serangan udara di Bashiqa, Mosul. Oleh ISIS, pemuda itu disebut "pahlawan", bagi Ali dia adalah putra kesayangannya yang salah jalan.
"Sampai sekarang saya masih kaget. Saya tidak tahu bagaimana mereka bisa membujuknya untuk bergabung. Tapi saya cukup lega bisa menguburkan jasadnya dan semua peristiwa ini," kata Abu Amir.
ADVERTISEMENT
Ali dan Akeedi masih berusia muda saat direkrut ISIS. Mereka dengan mudah dicuci otak oleh paham radikal ISIS yang berseberangan dengan pemahaman umat Islam kebanyakan. Menurut para pengamat, ISIS memanfaatkan jiwa-jiwa muda yang galau mencari identitas.
Foto Ilustrasi Bendera ISIS (Foto: Dado Ruvic/Reuters)
Salah satunya adalah Sheet Omar.
Menurut kakak iparnya, Shalal Younis, Omar adalah pemuda tambun yang tengah sedih atas kematian ayahnya saat dia memutuskan bergabung dengan ISIS.
"Pikirannya rapuh dan mereka [ISIS] memanfaatkan itu, menjanjikannya bidadari dan menceramahinya soal bagaimana menjadi Muslim yang baik. Jika ada yang merayunya dengan narkoba dan alkohol, mungkin dia juga mau saja," ujar Younis.