Surat Terakhir Santri Tahfidz Korban Kebakaran untuk Ibunda

15 September 2017 9:54 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia terbakar.  (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
zoom-in-whitePerbesar
Pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia terbakar. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
ADVERTISEMENT
Sedikitnya 22 santri dan dua guru meninggal dunia dalam kebakaran di sebuah pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia, pada Kamis (15/9). Sehari sebelumnya, seorang korban tewas mengirim surat untuk ibundanya, meminta maaf.
ADVERTISEMENT
Amiel Asyraf Abdul Rashid ditemukan tewas di lantai tiga kamar asramanya yang terbakar, bersama para santri lainnya di pesantren Darul Quran Ittifaqiyah di Jalan Datuk Keramat. Pada Rabu (14/9), santri berusia 11 tahun ini memberikan surat untuk ibundanya yang datang menengok.
Ibunda Amiel, Norhayati Khalid, 42, menunjukkan isi surat itu kepada wartawan, salah satunya kepada media The Star. Dalam surat itu, calon hafidz cilik meminta maaf kepada kedua orang tuanya.
"Ayah dan Ibu, maafkan saya jika pernah berbuat salah. Amiel sayang sekali ibu dan ayah. Terima kasih telah merawat saya selama ini," tulis surat tersebut.
"Saya tidak tahu bagaimana membalas jasa kalian. Dan cara satu-satunya untuk membalasnya adalah belajar menjadi tahfidz untuk membawa kalian berdua ke surga," lanjut Amiel lagi dalam suratnya.
Pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia terbakar.  (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
zoom-in-whitePerbesar
Pesantren di Kuala Lumpur, Malaysia terbakar. (Foto: REUTERS/Lai Seng Sin)
Menurut Norhayati, tempat tidur Amiel terletak di tengah kamar asrama, bagian yang paling parah terbakar api. Ketika berbicara kepada wartawan, dia tengah menunggu hasil identifikasi para korban.
ADVERTISEMENT
Norhayati mengatakan, Amiel sendiri yang memutuskan ingin belajar menjadi penghafal Al-Quran di pesantren itu. Awalnya dia belajar di sekolah tahfidz di Kelantan, kemudian dipindah ke Kuala Lumpur.
"Putra saya itu awalnya sekolah di Kelantan, tapi saya pindahkan ke sini agar lebih dekat dengan saya," kata Norhayati lagi.
Diduga kuat kebakaran itu terjadi karena korsleting listrik. Para korban terjebak di dalam ruang asrama karena pintunya terbakar. Mereka juga tidak bisa kabur lewat jendela karena dihalangi teralis besi.