Tony Blair Menyesal Dukung Israel Memboikot Hamas

16 Oktober 2017 16:49 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tony Blair (Foto: InstituteGlobal/Facebook)
zoom-in-whitePerbesar
Tony Blair (Foto: InstituteGlobal/Facebook)
ADVERTISEMENT
Mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair mengaku menyesal tunduk pada permintaan Israel untuk memboikot Hamas setelah partai itu memenangkan pemilu Palestina pada 2006. Boikot ini berujung pada blokade Gaza yang menyengsarakan jutaan orang.
ADVERTISEMENT
Ketika menjabat PM Inggris kala itu, Blair memberikan dukungan penuh atas boikot Hamas oleh Israel yang juga direstui oleh Presiden Amerika Serikat George W Bush. Dengan boikot ini, Hamas yang menguasai wilayah Gaza tidak lagi menerima bantuan internasional dan pemutusan seluruh hubungan.
Boikot ini akan dihapuskan jika Hamas mengakui kedaulatan Israel, menghentikan kekerasan, dan mematuhi perjanjian sebelumnya antara Fatah dan Israel. Persyaratan ini ditolak oleh Hamas dan kemenangan partai itu dianulir, padahal pemilu Palestina dianggap bebas dan adil oleh pengamat internasional.
Setahun setelahnya Israel memboikot Gaza, membuat wilayah berpenduduk 1,8 juta orang itu kian melarat. Ditambah dengan tiga kali agresi militer Israel ke Gaza sejak 2009, PBB memperkirakan wilayah itu tidak akan bisa ditinggali manusia pada 2020.
Jalur Gaza (Foto: Pixabay)
zoom-in-whitePerbesar
Jalur Gaza (Foto: Pixabay)
Diberitakan The Guardian akhir pekan lalu, Blair yang diwawancara terkait penerbitan buku baru berjudul "Gaza: Preparing for Dawn" mengatakan boikot terhadap Hamas adalah tindakan yang salah. Dia menyesal tidak menyerukan dialog dengan Hamas dan hanya manut apa kata Israel.
ADVERTISEMENT
"Jika dipikir lagi, seharusnya kami bertindak dengan tepat sejak awal, dengan mengajak [Hamas] berdialog dan mengubah posisi mereka. Saya kira itu hal yang akan saya lakukan lagi," kata Blair.
"Tapi tentunya itu sangat sulit, Israel sangat menentangnya. Tapi kami seharusnya bisa mencari cara, yang pada akhirnya kami lakukan secara informal," lanjut dia.
Blair tidak menjabarkan apa yang dia maksud dengan "informal". Tapi sepertinya hal ini merujuk pada kontak rahasia antara badan intelijen Inggris MI6 dengan perwakilan Hamas usai penculikan jurnalis BBC Alan Johnston oleh kelompok radikal di Gaza pada 2007. Johnston akhirnya dibebaskan berkat desakan dari Hamas.
Sejak tidak lagi menjabat PM Inggris, Blair menjalin hubungan dengan para pemimpin Hamas. Dia setidaknya telah enam kali melakukan pertemuan dengan Khaled Meshaal dan penerusnya Ismail Haniyeh. Pertemuan itu sebagian besar membahas soal gencatan senjata jangka panjang antara Israel dan Hamas.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya Blair yang menganggap langkah Israel di Gaza salah. Jonathan Powell, mantan kepala staf Blair yang juga diwawancara terkait penerbitan buku itu juga mengakuinya. Menurut Powell, perundingan hanya dengan Fatah dan melupakan Hamas hanya membuat Palestina terpecah belah dan perundingan berikutnya menjadi sulit.