Warga Venezuela Diimbau Pelihara Kelinci untuk Atasi Kelaparan

17 September 2017 15:23 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kelinci (Foto: Shutterstock)
zoom-in-whitePerbesar
Kelinci (Foto: Shutterstock)
ADVERTISEMENT
Biasanya kelinci dijadikan peliharaan karena lucu dan menggemaskan. Namun di Venezuela, pemerintahnya justru mengimbau rakyat untuk memelihara kelinci sebagai alternatif makanan di tengah ancaman kelaparan akibat krisis ekonomi.
ADVERTISEMENT
Diberitakan Reuters pekan ini, imbauan yang dijuluki "Program Kelinci" ini adalah upaya Presiden Nicolas Maduro meningkatkan ketersediaan pangan. Tidak hanya itu, pemerintah juga mengimbau warga menanam sayuran di atap atau balkon rumah mereka.
Dalam pernyataannya, Menteri Pertanian Venezuela Freddy Bernal mengatakan kelinci mengandung banyak daging yang kaya protein sehingga potensial sebagai sumber gizi. Namun yang perlu diubah adalah pola pikir masyarakat yang masih menganggap kelinci hanya untuk dipelihara.
"Ada masalah budaya karena kita diajarkan bahwa kelinci adalah peliharaan yang imut. Kelinci bukan binatang peliharaan, tapi 2,5 kilo daging yang kaya protein, tanpa kolesterol," ujar Bernal.
Antrean warga di luar toko bangunan di Punto Fijo, Venezuela, untuk menjual barang-barang mereka.  (Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins)
zoom-in-whitePerbesar
Antrean warga di luar toko bangunan di Punto Fijo, Venezuela, untuk menjual barang-barang mereka. (Foto: Reuters/Carlos Garcia Rawlins)
Konsumsi kelinci adalah hal biasa di Eropa dan Asia, namun tidak di benua Amerika. Menurut badan pangan PBB, FAO, hewan ini lebih efisien dalam menghasilkan daging ketimbang sapi dan babi.
ADVERTISEMENT
Langkah Maduro ini menuai kritik dari kubu oposisi.
"Apa kalian serius? Kalian ingin masyarakat memelihara kelinci untuk mengatasi kelaparan di negara ini?" kata Henrique Capriles, politisi oposisi Venezuela.
Venezuela pernah menjadi negara kaya minyak. Namun tahun ini krisis ekonomi mendera. Inflasi di Venezuela diramalkan bakal meroket hingga 700 persen tahun ini, jauh dari perkiraan 480 persen.
Jumlah pengangguran meningkat, harga bahan makanan di luar nalar, dan antrean untuk mendapatkan subsidi mengular.