Nasionalisme & Trend Politik yg Penting Populis

Denny Charter
Direktur Eksekutif IndexPolitica
Konten dari Pengguna
8 April 2017 20:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Denny Charter tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Nasionalisme & Trend Politik yg Penting Populis
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Nasionalisme atau persatuan selalu memerlukan kambing hitam. Mungkin itulah istilah yang paling cocok menggambarkan trend politik di dunia yang sedang terjadi saat ini. Dimulai dari Brexit (British Exit) yakni referendum yang dijanjikan oleh Perdana Menteri David Cameron saat kampanye pemilu 2015 untuk menentukan apakah Inggris keluar dari Uni Eropa atau tidak. Dan hasilnya secara mengejutkan ternyata sebanyak 52% penduduk Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa pada 24 Juni 2016 lalu setelah bergabung selama 43 tahun. Nasionalisme menjadi alasan warga Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa. Orang Inggris merasa secara historis dan ekonomi mampu berdiri sendiri tanpa harus bergantung dengan negara eropa lainnya.
ADVERTISEMENT
Isu Nasionalisme ini juga berlanjut ke pemilihan Presiden Amerika Serikat 6 bulan setelahnya dimana calon presiden dari Partai Republik Donald Trump berhasil menjadi pemenang setelah mengalahkan Calon Presiden dari Partai Demokrat Hillary Clinton. Issue White Wave atau Gelombang Putih dan sentimen terhadap Islam terutama dinegara bagian seperti Ohio, Florida, North Carolina dan Wisconsin menjadi issue utama kekuatan Trump mengalahkan Hillary. Orang kelas pekerja kulit putih beramai-ramai meninggalkan Demokrat termasuk fenomena orang orang yang tinggal di pedesaan berbondong bondong ke TPS memberikan hak suara mereka kepada Trump karena issue ini. Memang terlihat konyol dan tidak ada substansinya ketika Trump berjanji akan melarang masuknya imigran Muslim dan mengawasi masjid di Amerika. Walau dikritik oleh sebagian kalangan atas di Amerika namun ternyata sebagian besar kalangan menengah dan bawah Amerika mendukung janji Trump ini hingga akhirnya Trump memenangi kontestasi Pemilihan Presiden Amerika Serikat.
ADVERTISEMENT
Fenomena ini pun menular ke mana-mana termasuk ke Indonesia, di Pilkada DKI 2017 isu agama begitu kental. Walaupun isu agama sebenarnya tidak ada subtansinya dalam Pilkada tapi di masyarakat DKI yang 80% menganut agama Islam jika sentimen agama diangkat tentu sangat mempengaruhi keputusan untuk memilih. Dalam politik program kerja yang ditawarkan bukanlah harga mati dalam menentukan pilihan tetapi tingkat kesukaan yakni like atau dislike lah yang lebih menentukan dimana isu agama menjadi penting dan efektif untuk membungkam program sehebat apapun itu.
Di Indonesia trend seperti ini akan terus berlanjut dan tidak akan berhenti sampai Pilkada DKI. Tahun 2018 ada Pilgub Jabar yang sudah tercium isunya sejak dari sekarang. Begitupun 2019 saat Pemilu Presiden nanti trend ini akan terus berlanjut. Connected Society dimana Smartphone memiliki peran penting menjadikan semua orang terhubung dengan mudah telah mengubah linkungan strategi pemilih.
ADVERTISEMENT
Modernisasi demokrasi memang memerlukan cerita populer, dan cerita itu adalah nasionalisme dan Pprsatuan (dch)