Tapera: Belajar Membangun Rumah dari Budaya Lokal

Deslaknyo Wisnu Hanjagi
Strategic planning specialist at BP Tapera. Excellent communication and community development skills and a passion for sustainable development, agriculture, food, and life science.
Konten dari Pengguna
27 Mei 2021 18:31 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Deslaknyo Wisnu Hanjagi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Bersama Tapera wujudkan rumah pertama (sumber: www.freepik.com)
zoom-in-whitePerbesar
Bersama Tapera wujudkan rumah pertama (sumber: www.freepik.com)
ADVERTISEMENT
Tempat tinggal yang layak menjadi salah satu kebutuhan dasar warga negara seperti termuat dalam UUD 1945. Sama halnya dengan hak atas pelayanan kesehatan dan jaminan sosial, pemenuhan kebutuhan masyarakat akan tempat tinggal juga menjadi prioritas Pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai manusia yang bermartabat.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanan panjang pembangunan Indonesia, Pemerintah telah banyak berkecimpung untuk menyelesaikan persoalan kebutuhan perumahan bagi setiap warga negara. Berbagai upaya telah dilakukan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, termasuk upaya dari sisi pembiayaan perumahan. Pemerintah secara masif telah memberikan kemudahan dan bantuan perolehan rumah, terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Hadirnya program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) juga menjadi salah satu bentuk komitmen Pemerintah dalam memperluas akses pembiayaan perumahan bagi masyarakat. Selain menggunakan dana yang berasal dari APBN, pemerintah juga ingin melakukan nasionalisasi budaya gotong royong masyarakat dalam pembangunan rumah secara kolektif yang dilakukan di berbagai daerah.
Membangun Rumah dalam Budaya Lokal
Pembangunan rumah secara kolektif telah menjadi budaya bagi masyarakat di setiap wilayah di Indonesia. Masyarakat saling bergotong royong dalam mendirikan dan merenovasi rumah tetangganya. Di Minahasa, masyarakat mengenal budaya mapalus. Budaya mapalus sangat beragam, mulai dari mapalus tani, mapalus nelayan, hingga mapalus bangunan.
ADVERTISEMENT
Budaya mapalus bangunan berawal dari ketidakmampuan beberapa anggota masyarakat untuk mendapatkan hunian yang layak. Masyarakat kemudian berinisiatif untuk menyediakan bahan bangunan hingga mendirikan rumah bagi tetangga yang tidak mampu melakukannya sendiri. Budaya mapalus dilakukan secara pro bono dengan harapan seluruh anggota masyarakat bisa mendapatkan taraf hidup yang setara.
Pengejawantahan budaya gotong royong dalam membangun rumah secara kolektif juga ditemukan di daerah lain. Dalam kehidupan masyarakat Jawa Tengah, budaya gotong royong ini disebut dengan istilah sambatan. Di Jawa Timur, istilah soyo atau sayan juga akrab di telinga masyarakat. Di wilayah Sumatera, masyarakat Minang memiliki budaya batagak rumah. Masyarakat di wilayah tengah dan timur Indonesia juga memiliki budaya serupa dengan nama lain, seperti mappatindak bola di Sulawesi Selatan. Masyarakat meyakini bahwa dengan tradisi komunal tersebut pekerjaan akan lebih mudah dikerjakan dan lebih cepat diselesaikan.
ADVERTISEMENT
Gotong Royong Skala Nasional
Program Tapera adalah sebuah upaya Pemerintah untuk menasionalisasi budaya gotong royong yang telah melembaga dalam membangun rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat yang sebelumnya melakukan upaya pembangunan rumah layak huni secara sektoral bagi anggota masyarakat yang membutuhkan, kini memiliki wadah untuk menghasilkan dampak positif yang lebih luas secara nasional.
Masyarakat sebagai Peserta Tapera akan menjadi penabung mulia. Dengan menyisihkan 3% dari pendapatan yang terdiri dari 2,5% simpanan Peserta dan 0,5% kontribusi Pemberi Kerja, masyarakat telah membantu menyelesaikan permasalahan backlog rumah di Indonesia. Akumulasi tabungan Peserta Tapera akan dipupuk dan dimanfaatkan untuk membiayai Peserta berstatus masyarakat berpenghasilan rendah dalam mendapatkan hunian yang layak. Tabungan ini akan menjadi investasi bagi setiap Peserta yang dapat diambil ketika masa kepesertaan telah berakhir.
ADVERTISEMENT
Adil Bukan Sama Rata
Semua peserta akan mendapatkan manfaat dari program Tapera, namun manfaat pembiayaan perumahan dengan bunga murah akan diberikan bagi peserta dengan penghasilan rendah. Sama halnya dengan budaya gotong royong yang telah melembaga di kehidupan masyarakat Indonesia, hanya anggota masyarakat berpenghasilan rendah saja yang mendapatkan bantuan dari anggota masyarakat lainnya.
Keadilan tidak berarti sama rata. Keadilan adalah upaya untuk memberikan kesetaraan taraf hidup bagi masyarakat. Gotong royong dalam program Tapera bukan hanya mampu memberikan keadilan bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan akses terhadap pembiayaan perumahan yang murah, namun juga akan memberikan manfaat investasi berupa akumulasi tabungan dan hasil pemupukan yang bisa didapatkan oleh setiap Peserta, terutama para Penabung Mulia, pada akhir masa kepesertaan.
ADVERTISEMENT
Lazim di Negara Lain
Program gotong royong serupa Tapera untuk menyelesaikan masalah perumahan dari sisi pembiayaan telah lazim dilakukan di negara lain. Terdapat negara yang mengimplementasikan program serupa Tapera yang terintegrasi dengan sistem jaminan sosial negara tersebut, misalnya Singapura. Singapura melalui Central Provident Fund (CPF) mengumpulkan dana kesejahteraan dengan iuran dari penghasilan masyarakat sejak 1955. Iuran yang harus dibayarkan adalah sebesar 35,5% dari gaji bulanan dengan komposisi 20% tanggungan Pekerja dan 15,5% kontribusi Pemberi Kerja. Sebagian dari iuran tersebut kemudian diperuntukkan bagi program pembiayaan perumahan yang dapat diakses oleh masyarakat.
Ada pula negara yang melakukan implementasi program serupa Tapera di luar sistem jaminan sosial nasional, salah satunya adalah Filipina. Filipina melalui program Home Development Mutual Fund (HDMF) melakukan pengerahan dana dari kontribusi tabungan Peserta setiap bulan sebesar minimal 100 Peso setiap bulan. Peserta HDMF bisa mendapatkan fasilitas pinjaman untuk pembelian rumah hingga 750.000 Peso tergantung pada besar penghasilan dan kapasitas untuk membayar masing-masing Peserta yang mengajukan.
ADVERTISEMENT
Meski baru akan dimulai, Program Tapera diharapkan tetap mampu bersaing dan mendulang kesuksesan seperti yang telah dirasakan oleh negara tetangga. Kontribusi masyarakat sebagai penabung mulia yang diintegrasikan dengan sumber dana lain termasuk APBN akan menjadi solusi atas kebutuhan masyarakat terhadap akses pembiayaan perumahan dengan bunga murah untuk mendapatkan hunian yang layak dan terjangkau.