Zero Food Waste dalam Mendukung Kemandirian Pangan

Desti Eva Anggraeni
Mahasiswa Magister Administrasi Publik UGM
Konten dari Pengguna
12 Oktober 2023 20:17 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desti Eva Anggraeni tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Sampah Makanan. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Sampah Makanan. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Sampah menjadi masalah yang tidak asing di telinga kita akhir-akhir ini. Berita terkait TPA yang meledak dan penutupan TPA di beberapa daerah di Indonesia mengingatkan kita untuk selalu peduli pada sampah kita sendiri, karena permasalahan sampah tidak bisa diselesaikan begitu saja oleh satu pihak namun perlu kerja sama dan komitmen yang kuat untuk bersama-sama mengatasi permasalahan ini dari hulu ke hilir.
ADVERTISEMENT
Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022 ada sebanyak 68,7 juta ton timbulan sampah per tahunnya, 41,27% berupa sampah sisa makanan dan penyumbang timbunan sampah terbanyak berasal dari rumah tangga. Berdasarkan hasil analisa tersebut kemudian pemerintah membuat suatu kebijakan melalui “Gerakan Nasional Compost Day, Kompos Satu Negeri” yang diharapkan mampu mengajak masyarakat untuk berperan aktif dalam mengatasi permasalahan ini dengan melakukan pemilahan dan pengolahan sampah terutama yang berasal dari sisa makanan.
Dunia teknologi saat ini begitu cepat berubah dan berinovasi. Data terkait jumlah sampah sisa makanan tidak hanya membuat kita melihat rendahnya kesadaran individu dalam mengolah limbah rumah tangga, namun dengan data tersebut jika kita hubungkan dengan tingkat konsumsi masyarakat di Indonesia tentunya menimbulkan keprihatinan yang cukup besar.
ADVERTISEMENT
BPS mempublikasikan data konsumsi masyarakat Indonesia pada tahun 2022 sebesar 2.145,37 kkal dan untuk 64,54 gram konsumsi protein. Dilihat dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 Tahun 2019, penetapan Angka Kecukupan Gizi rata-rata masyarakat sebesar 2.100 kkal per kapita per hari untuk konsumsi kalori dan 57 gram protein per kapita sehari untuk konsumsi protein, maka masyarakat Indonesia telah mendapatkan standar gizi yang cukup.
sumber : data diolah
Pertanyaannya apakah standar gizi yang cukup ini cerminan dari seluruh masyarakat Indonesia?
Kita menemukan fakta lain, di mana BPS membedakan kelompok masyarakat pedesaan dan perkotaan serta 5 kelompok berdasarkan kesejahteraan. Masyarakat perdesaan tidak mencapai standar kecukupan gizi untuk konsumsi protein. Selain itu 2 kelompok masyarakat kesejahteraan rendah juga tidak memenuhi standar kecukupan gizi baik dalam konsumsi protein maupun kalori.
ADVERTISEMENT
Ini memperlihatkan kesenjangan dalam kemampuan masyarakat memenuhi konsumsi gizinya. Mirisnya adalah fakta di mana banyaknya sampah sisa makanan tidak sebanding dengan kemampuan konsumsi masyarakat dalam golongan tertentu. Daerah dengan tingkat urbanisasi dan pertumbuhan yang tinggi merupakan daerah dengan timbunan sampah terbesar dan didominasi jenis sampah sisa makanan.
Sementara di daerah lainnya masyarakat kekurangan konsumsi. Fakta ini diperoleh dari hasil analisis berdasarkan data jumlah timbunan sampah menurut jenis dan asal pada setiap provinsi di Indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada tahun 2022.

Pengertian dan Bahaya Sampah Sisa Makanan (Food Waste)

Sampah sisa makanan merupakan hasil buangan yang berasal dari awal proses pertanian hingga konsumsi masyarakat. Beberapa penyebab timbulnya sampah sisa makan pada setiap prosesnya adalah bermula dari produk pertanian yang memiliki kualitas produksi rendah dan tidak layak diperjualbelikan bisa disebabkan oleh kerusakan alami ataupun kesalahan dalam proses pemeliharaan hingga panen.
ADVERTISEMENT
Kemudian selama proses distribusi hasil pertanian ini juga rentan mengalami kerusakan, kedaluwarsa dan kebusukan akibat penyimpanan. Selama proses produksi makanan juga menimbulkan banyak sampah buangan, dan terakhir adalah makanan yang tidak habis dikonsumsi yang penyebabnya beragam dari setiap individu.
Rangkaian peristiwa ini lah yang menimbulkan banyaknya sampah sisa makanan. Boston Consulting Group (BCG) menyatakan dari setiap tahapan produksi makanan, lebih dari sepertiganya terbuang per tahun. Jika terus dibiarkan, PBB mengkhawatirkan ini akan meningkat hingga sepertiga di tahun 2030.
Sampah sisa makanan ini sering dianggap tidak berbahaya karena merupakan bahan yang bisa terurai secara alami. Namun penumpukan yang terjadi pada landfill akan menimbulkan gas metana yang berbahaya. 1,3 gigaton sampah sisa makanan akan menghasilkan 1,3 gigaton karbondioksida menurut Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan penelitian Our World in Data menemukan kontribusi emisi gas karbon dari sampah sisa makanan di dunia sebesar 6%.
ADVERTISEMENT
Selain itu tumpukan sisa makanan ini juga mampu mencemari tanah dan lingkungannya. Meskipun bisa terurai namun jika tidak diberi penanganan yang baik sampah-sampah ini tidak akan menjadi kompos, melainkan menjadi racun yang berbahaya bagi lingkungan.

Pengelolaan Pangan Berkelanjutan

Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) melalui program Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) menunjukkan keseriusan dalam menghadapi permasalahan sampah yang mampu menjadi dasar dalam pencapaian tujuan Pembangunan lainnya. Zero Food Waste tidak hanya diharapkan mampu mengurangi jumlah sampah pada landfill, tetapi ini lebih mendekati pada hulu permasalahan sampah. Dimulai dari peningkatan efisiensi pertanian dengan pemanfataan teknologi dan kebaruan lainnya diharapkan dapat meningkatkan kualitas hasil pertanian.
Gerakan Zero Food Waste merupakan peluang potensial dalam mencapai swasembada pangan dengan mengurangi sampah sisa makanan serta meningkatkan sumber daya pangan dengan optimal. Peningkatan produksi pertanian yang maksimal di tingkat petani diharapkan seluruh hasil budidaya dapat termanfaatkan secara optimal. Sehingga mampu meningkatkan kemampuan produksi pangan lokal, mengurangi kebutuhan impor serta ketahanan pangan mandiri lebih kuat.
ADVERTISEMENT
Teknologi kebaruan juga diperlukan dalam proses pendistribusian agar tiba di tangan konsumen dengan kondisi yang masih baik. Pengemasan, pendistribusian serta penyimpanan hasil pangan dan makanan juga bisa lebih optimal karena berkurangnya produk yang rusak akibat pembusukan dan kedaluwarsa sehingga yang diterima masyarakat jauh lebih banyak. Diharapkan dapat menambah ketersediaan produk pangan dari dalam negeri dan menurunkan tingkat kerugian akibat pengurangan jumlah yang tiba di tangan konsumen.
Dan tak kalah penting masyarakat berperan secara langsung untuk mengurangi dan mengolah sampah makanan. Dengan meningkatkan kesadaran pada masyarakat untuk lebih peduli pada jumlah konsumsi yang mereka butuhkan diharapkan dapat menjadi pemerataan kecukupan gizi.
Program ini juga memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum mengenai pentingnya konsumsi makanan yang bijaksana. Dengan meningkatkan kesadaran konsumen, individu akan lebih berhati-hati dalam pengadaan makanan dan praktik konsumsi mereka, sehingga mengurangi pemborosan makanan di rumah tangga. Akibatnya, jumlah makanan yang lebih besar akan tersedia untuk semua orang.
ADVERTISEMENT
Selain itu, inisiatif “Zero Food Waste” dapat berkontribusi pada konversi limbah organik menjadi kompos yang bermanfaat bagi pertanian. Kompos ini dapat digunakan untuk meningkatkan kesuburan tanah dan meningkatkan produktivitas pertanian lokal. Ini akan menghasilkan penciptaan ekosistem yang berkelanjutan secara lingkungan dan akan berkontribusi pada peningkatan hasil pangan.
Secara keseluruhan, program “Zero Food Waste” memiliki dampak yang menguntungkan pada pencapaian swasembada pangan dengan mengurangi pemborosan pangan dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya pangan yang ada, kita dapat membangun sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan mandiri, meningkatkan ketahanan pangan, dan mengurangi ketergantungan pada impor pangan.
Begitu berartinya sebuah langkah kecil yang dilakukan dalam suatu sektor kehidupan dapat berpengaruh pada sektor kehidupan lainnya. Tentunya langkah tepat yang diambil tidak lepas dari pemanfaatan teknologi dalam menganalisa setiap permasalahan yang ada dengan data yang akurat.
ADVERTISEMENT
Setiap tujuan bersama dapat kita capai dengan komitmen bersama juga. Selain itu adaptasi terhadap kebaruan-kebaruan yang ada juga akan mengantarkan kita pada pencapaian tujuan dengan lebih efektif dan efisien. Mari bersama-sama lakukan perubahan kecil untuk lingkungan dan swasembada pangan. Selamat memperingati Hari Pangan Sedunia.