Apa itu Resesi? Bagaimana Perekonomian Indonesia Tahun Depan?

Desy Eka Agustina
Mahasiswa Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Negeri Malang
Konten dari Pengguna
18 November 2022 20:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Desy Eka Agustina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
(sumber: https://pixabay.com/id)
zoom-in-whitePerbesar
(sumber: https://pixabay.com/id)
ADVERTISEMENT
Sebelum membahas terlalu jauh mengenai resesi 2023, ada baiknya kita memahami apa arti resesi itu sendiri. Sederhananya, resesi ekonomi adalah situasi atau kondisi dimana sektor perekonomian mengalami perlambatan di suatu negara dalam periode tertentu. Salah satu indikasi yang menandakan terjadinya resesi adalah ketika Produk Domestik Bruto (PDB) mengalami kontraksi atau pelemahan dan berlangsung selama dua kuartal berturut-turut. Contohnya saja ketika awal pandemi covid-19, saat itu Indonesia sebenarnya mengalami resesi karena seluruh kegiatan ekonomi dibatasi sehingga roda perekonomian berputar lebih lambat dari situasi normal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, adapun beberapa faktor penyebab terjadinya resesi ekonomi, sebagai berikut :
1. Meningkatnya inflasi.
Inflasi adalah kondisi dimana barang maupun jasa secara bersamaan mengalami kenaikan harga secara terus-menerus. Hal ini akan berdampak pada penurunan daya beli masyarakat sehingga akan berimbas pada berkurangnya produksi barang dan jasa.
2. Terjadinya deflasi berlebihan.
Deflasi adalah kondisi dimana menurunnya harga barang maupun jasa secara terus menerus, situasi tersebut akan menyebabkan penurunan upah yang dibayarkan. Meskipun akan terjadi kemungkinan naiknya daya beli masyarakat, namun pemilik perusahaan akan mengalami kerugian dalam bisnis karena mereka harus menekan biaya produksi barang dan jasa tersebut.
3. Ketidakseimbangan antara produksi dengan konsumsi.
Ketika produksi barang maupun jasa dilakukan secara berlebihan, namun tingkat konsumsi atau daya beli konsumen berkurang. Maka, akan menyebabkan terjadinya impor secara besar-besaran bahkan melebihi tingkat ekspor suatu negara. Sehingga hal tersebut akan berdampak pada defisit anggaran negara dan menurunnya pendapatan nasional.
ADVERTISEMENT
4. Guncangan ekonomi yang mendadak.
Hal ini terjadi ketika adanya penurunan daya beli kosumen yang disebabkan oleh kesulitan finansial ataupun masalah serius lainnya seperti melonjaknya utang negara. Kondisi inilah yang kita alami ketika terjadi pandemi covid-19.
5. Perkembangan teknologi.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teknologi akan semakin canggih. Dengan munculnya revolusi industri adanya Artificial Intelligence (AI) dan juga robot akan menyebabkan terjadinya penurunan lapangan pekerjaan, karena kegiatan ekonomi khusunya produksi akan beralih ke teknologi. Sehingga hal tersebut akan mengakibatkan tingginya tingkat pengangguran.
6. Meningkatnya angka pengangguran.
Ketika terjadi peningkatan angka pengangguran secara terus-menerus, maka akan memicu terjadinya kenaikan tingkat kriminalitas.
Dengan adanya beberapa faktor yang kemungkinan terjadi dan memicu adanya resesi. Lalu, apa dampak yang akan terjadi jika suatu negara mengalami resesi ekonomi?
ADVERTISEMENT
Berikut dampak terjadinya resesi yang akan mempengaruhi beberapa pihak terkait.
a. Dampak resesi ekonomi terhadap pemerintah.
Bagi pemerintah dampak resesi ekonomi cukup berat. Ketika terjadi peningkatan pengangguran di suatu negara maka pemerintah dituntut untuk membuka lapangan pekerjaan lebih banyak, sehingga mengakibatkan utang pada bank asing semakin melonjak. Selain itu, resesi ekonomi menyebabkan menurunnya pendapatan pajak dan non pajak. Hal ini dikarenakan kondisi finansial masyarakat yang memburuk, sehingga jumlah PPN (Pajak Penambahan Nilai) yang masuk ke kas negara juga akan menyusut. Dengan banyaknya tuntutan masyarakat kepada pemerintah dan dengan kondisi pendapatan pajak yang menurun, menyebabkan suatu negara mengalami defisit anggaran dan melonjaknya utang pemerintah.
b. Dampak resesi ekonomi terhadap perusahaan.
Akibat adanya penurunan daya beli masyarakat yang kemudian berdampak terhadap penurunan pendapatan suatu perusahaan, maka bisnis sebuah perusahaan akan terancam bangkrut. Hal ini dikarenakan perusahaan akan memangkas biaya operasional dan menutup sektor bisnis yang dirasa kurang menguntungkan. Bahkan lebih buruknya akan berdampak kepada para pekerja dengan adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja).
ADVERTISEMENT
c. Dampak resesi ekonomi terhadap pekerja.
Dengan adanya PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) maka akan berimbas pada para pekerja yang kehilangan pekerjaan. Bahkan pekerja yang masih dipertahankan akan mendapat imbas terhadap upah yang mereka terima menjadi lebih berkurang.
Ketika suatu negara sedang mengalami resesi ekonomi, maka diperlukan adanya kebijakan fiskal dan kebijakan moneter yang sesuai untuk memutar roda perekonomian. Secara sederhana, kebijakan fiskal adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatur anggaran, pendapatan, dan belanja, termasuk didalamnya pajak dan pembiayaan. Otoritas yang berwenang dalam mengatur kebijakan fiskal di Indonesia adalah Kementerian Keuangan. Sedangkan, kebijakan moneter adalah kebijakan yang dilakukan pemerintah untuk mengatur peredaran mata uang termasuk didalamnya perbankan. Otoritas yang berwenang dalam mengatur kebijakan moneter di Indonesia adalah Bank Indonesia.
ADVERTISEMENT
Kebijakan fiskal dan kebijakan moneter harus berjalan beriringan. Apapun situasi perekonomian yang dialami suatu negara, maka kebijakan fiskal dan kebijakan moneter harus sinergi dalam mengatasi permasalahan dan memberikan solusi. Misalnya, resesi ekonomi yang terjadi ketika pandemi covid-19 dan perekonomian berjalan lambat. Salah satu kebijakan fiskal yang dilakukan Indonesia yaitu keringanan pajak. Sedangkan bentuk kebijakan moneter yang diambil salah satunya adalah quantitative easing yang memberikan dampak penurunan suku bunga acuan.
Suku bunga acuan adalah suku bunga yang ditetapkan oleh Bank Sentral suatu negara untuk menjadi acuan perbankan dan lembaga keuangan lainnya dalam menetapkan suku bunga. Ketika Bank Sentral menetapkan suku bunga acuan maka bank-bank konvensional, lembaga keuangan, lembaga pembiayaan, dan lembaga investasi harus mengikuti suku bunga acuan yang sudah ditetapkan. Dapat dipahami dengan sederhana bahwa semakin rendah suku bunga acuan maka semakin banyak uang yang beredar. Hal ini dikarenakan kredit menjadi semakin lunak, dimana masyarakat yang ingin melakukan peminjaman modal usaha lebih mudah dan masyarakat yang sedang dalam kondisi meminjam juga akan semakin ringan. Oleh sebab itulah, salah satu langkah yang diambil negara untuk memutar roda perekonomian adalah dengan menurunkan suku bunga acuan agar uang dapat beredar.
ADVERTISEMENT
Adapun resiko jika kebijakan penurunan suku bunga ini tidak dilakukan dengan tepat, maka akan berdampak pada terjadinya kenaikan inflasi suatu negara. Sebenarnya, dalam kondisi inflasi pertumbuhan ekonomi akan meningkat karena peredaran uang lebih banyak dan tingkat pengangguran menurun. Namun, disisi lain harga barang dan jasa akan naik dan nilai mata uang akan semakin menurun. Inflasi bukan sesuatu yang buruk, bahkan suatu negara membutuhkan adanya inflasi yakni inflasi yang terkontrol dan berada pada skala kecil. Karena inflasi yang rendah dan terkendali merupakan salah satu indikasi pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan.
Sebelum membahas resesi seperti apa yang akan terjadi di 2023, kita harus mengetahui kondisi apa yang terjadi sekarang dan sedikit mengetahui mengenai apa yang terjadi di masa lalu. Kita paham situasi perekonomian sekarang cenderung tidak terstruktur, hal ini dipengaruhi oleh dua faktor besar yang terjadi yaitu pandemi covid-19 dan perang Rusia-Ukraina. Secara sederhana, ketika pandemi covid-19 mulai mereda, kebutuhan masyarakat akan meningkat dan permintaan kembali ke titik normal sebelum pandemi terjadi. Namun sayangnya, suplai tidak bisa memenuhi permintaan ini. Karena suplai butuh produksi, produksi butuh modal, dan modal butuh uang. Tetapi kita tahu bahwa saat pendemi covid-19 sedang melonjak kegiatan perekonomian hampir lumpuh total dan banyak negara mengalami kesulitan. Sehingga pemerintah turun tangan dengan berbagai kebijakan yang dilakukan, seperti melakukan stimulus ekonomi, injeksi likuiditas, kuantitatif fisik, mempermudah kredit, meringankan pajak, dan berbagai kebijakan lain yang dilakukan agar roda ekonomi tetap berputar.
ADVERTISEMENT
Semua berjalan sesuai rencana dan terlihat akan ada berita baik pulihnya sektor perekonomian. Hingga di bulan Februari 2022 terjadi perang Rusia-Ukraina, dan ini menyebabkan kebijakan fiskal dan moneter yang telah diambil suatu negara menjadi meleset. Kedua hal ini berdampak pada supply chain dan juga pada logistik yang kemudian situasinya bisa kita rasakan seperti sekarang. Misalnya saja Amerika, saat ini sedang menghadapi badai inflasi dan berjuang keras untuk terhindar dari resesi. China sedang menghadapi masalah di sektor properti, Inggris juga sedang menghadapi krisis ekonomi. Melihat banyak negara-negara maju yang sedang berada dalam situasi perekonomian yang sulit, lalu bagaimana dengan Indonesia?
Dengan kondisi perekonomian yang seperti itu, mendorong lembaga-lembaga keuangan dunia seperti World Bank membuat proyeksi di tahun 2023. Dimana World Bank mengatakan bahwa hampir seluruh negara di dunia akan mengalami perlambatan ekonomi yang signifikan dan jatuh dalam resesi, kecuali beberapa negara. Salah satu negara yang diprediksi masuk ke dalam pengecualian tersebut adalah Indonesia. Saat negara lain diprediksi mengalami perekonomian yang lambat, justru perekonomian Indonesia diperkirakan tumbuh. Dan hal tersebut disampaikan oleh World Bank, dimana kemungkinan Indonesia mengalami perlambatan ekonomi itu kecil. Dengan alasan bahwa kebijakan fiskal dan moneter yang dilakukan Indonesia ketika pandemi terjadi adalah salah satu kebijakan yang terbaik dibandingkan negara-negara lain.
ADVERTISEMENT
Ketika terjadi pandemi mungkin perekonomian Indonesia memang melambat, namun tidak sampai lumpuh total. Karena account defisit Indonesia cukup bagus, neraca perdagangan Indonesia pun baik, dan Indonesia juga salah satu negara penghasil komoditas. Pasar keuangan mungkin memang terdampak, namun sektor riil tetap bertahan. Banyak perusahaan gulung tikar, namun disisi lain juga ada usaha-usaha baru bermunculan. Bahkan sektor UMKM menjadi salah satu roda penggerak perekonomian terbesar di Indonesia. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diproyeksi menembus angka 5% ke atas, inflasi berkisar antara 4% hingga 6%. Namun meski demikian, guncangan ekonomi global akan tetap berdampak cepat ataupun lambat. Tinggal bagaimana cara masing-masing negara untuk tetap bertahan dari guncangan ekonomi global tersebut. Hal yang perlu ditekankan adalah tetap waspada dalam segala kondisi yang akan terjadi. Dengan berkaca dari peristiwa-peristiwa masa lalu dengan keadaan yang serupa, misalnya krisis ekonomi 1998 yang mana saat itu Indonesia menjadi salah satu negara yang terdampak paling parah. Solusi sederhana yang bisa kita lakukan adalah tetap bekerja, menabung, memenuhi kebutuhan primer dan sekunder, kemudian sisanya untuk investasi ke hal-hal yang kita mengerti, pahami, dan kuasai.
ADVERTISEMENT