Akulturasi dan Asimilasi Masyarakat Tionghoa-Melayu dalam Pulau Belitung

Devin Putra Mazhavi
Mahasiswa Ilmu Komunikasi BINUS University
Konten dari Pengguna
2 November 2022 15:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Devin Putra Mazhavi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pesona Pulau Belitung | Foto: Devin (Dokumentasi Pribadi)
Ketika mendengar kata Belitung atau Belitong, kita semua pasti mempunyai bayangan tentang sebuah pulau yang memiliki keindahan alam yang begitu memesona. Keindahan alamnya memang menjadi daya tarik utama bagi para wisatawan yang pergi ke Belitung. Bukan hanya pelancong dari dalam negeri, tidak sedikit pelancong dari luar negeri yang berlomba – lomba mendatangi Belitung untuk menikmati kecantikan hamparan alamnya. Dari banyaknya wisatawan tersebut, aku adalah salah satu orang yang sangat tertarik untuk mendatangi pulau Belitung. Pulau yang terkenal dengan barisan batuan granit ini seakan menarik hatiku untuk berlabuh sejenak guna melepas penatnya rutinitas yang ada. Liburan ini berlangsung pada 31 Januari hingga 3 Februari 2022.
ADVERTISEMENT
Ketika menginjakan kaki di Belitung, aku tersadar bahwa ternyata ada banyak hal yang tidak kalah menarik disamping keindahan alam yang ada. Banyak hal luar biasa yang dapat dicari tahu dan dipelajari dari Belitung. Salah satu hal tersebut adalah akur, rukun, dan damai nya masyarakat Belitung yang “heterogen”.
Mayoritas penduduk Belitung adalah orang – orang Melayu dan orang – orang keturunan Tionghoa. Orang – orang melayu Belitung adalah adalah penduduk asli pulau ini. Sedangkan keberadaan orang – orang keturunan Tionghoa di Belitung disebabkan oleh sejarah panjang kedatangan orang – orang asli Tionghoa ke pulau tersebut di masa lalu. Itulah sebabnya ketika di Belitung kita akan menjumpai banyak orang melayu dan orang keturunan Tionghoa. Akan tetapi, kemajemukan tersebut bukanlah masalah dan hal yang perlu diributkan bagi masyarakat Pulau Belitung. Hal tersebut dapat terlihat dari suasana kehidupan masyarakat Pulau Belitung.
Ilustrasi Lampion Cina | Foto : tookapic (pixabay) | Sumber : https://pixabay.com/photos/chinese-lantern-celebration-chinese-932217/
Ketika kita memasuki Pulau Belitung, kita akan dihadapkan dengan suasana kehidupan masyarakat Belitung yang damai dan rukun. Kita dapat melihat orang – orang Melayu dan Tionghoa saling bantu - membantu satu sama lain, saling melindungi satu sama lain, dan saling menyayangi satu sama lain. Pada jalan – jalan di sepanjang Belitung kita juga dapat melihat rumah makan dan toko – toko yang menggunakan ornamen – ornamen khas orang Tionghoa apalagi ketika suasana imlek. Lampion – lampion dan hiasan – hiasan berwarna merah terang dan emas adalah suatu hal yang sangat mudah di temui di jalan – jalan Belitung. Bahkan, di Belitung, bukan hal yang aneh ketika kita melihat sepasang suami istri Melayu-Tionghoa. Belitung mempunyai akulturasi dan asimilasi budaya Melayu-Tionghoa yang indah.
ADVERTISEMENT
Keindahan akulturasi dan asimilasi budaya tersebut lah yang menurutku menjadi salah satu hal yang paling berkesan ketika berkunjung ke Pulau Belitung. Belitung berhasil menunjukkan bahwa perbedaan budaya bukan merupakan suatu masalah dan hal yang perlu didebatkan. Perbedaan budaya yang ada justru menjadi alasan mereka saling bantu membantu, saling melindungi, dan saling menyayangi.
Devin Putra Mazhavi, Mahasiswa Ilmu Komunikasi BINUS University