news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Dalam 6 Bulan, Laba BNI Naik 46,7 Persen Jadi Rp 6,41 Triliun

12 Juli 2017 15:34 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
BNI. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
BNI. (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Pada paruh pertama tahun 2017, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangan yang signifikan.
ADVERTISEMENT
Penyaluran kredit berhasil menembus Rp 412,18 triliun atau tumbuh double digit sebesar 15,4 persen year on year (yoy) dibandingkan penyaluran kredit pada periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 357,22 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut lebih tinggi dibandingkan industri yang mencapai 9,5 persen per April 2017.
Realisasi penyaluran kredit tersebut menjadi salah satu faktor tumbuhnya Pendapatan Bunga Bersih (NII) yang bermuara pada peningkatan laba bersih BNI pada paruh pertama tahun 2017 menjadi sebesar Rp 6,41 triliun atau meningkat 46,7 persen (yoy) dibandingkan laba bersih pada paruh pertama tahun 2016 sebesar Rp 4,37 triliun.
Direktur Bisnis Konsumer BNI Anggoro Eko Cahyo menuturkan hal tersebut dalam Konferensi Pers Paparan Kinerja BNI Semester I - 2017 di Jakarta, Rabu (12/7).
ADVERTISEMENT
Tumbuhnya kredit yang disalurkan BNI terutama ditopang oleh realisasi pembiayaan ke sektor Business Banking pada semua segmen, dari debitur usaha korporasi (corporate), debitur usaha menengah, hingga debitur usaha kecil. Penyaluran kredit ke debitur usaha korporasi melaju cepat seiring dengan menggeliatnya proyek-proyek infrastruktur dan pertanian.
Kredit yang tersalurkan pada proyek infrastruktur terfokus pada proyek jalan tol di Pulau Jawa yang dilaksanakan oleh badan-badan usaha milik negara (BUMN) yang bergerak disektor infrastruktur dan konstruksi. Adapun kredit yang tersalur ke sektor pertanian terfokus pada pengembangan perkebunan oleh perusahaan-perusahaan nasional yang memiliki jaringan bisnis internasional.
Anggoro menuturkan, kredit BNI disalurkan kepada proyek-proyek yang memiliki nilai ekonomi terbaik, serta menjadi bagian dari program-program utama pemerintah, terutama proyek-proyek infrastruktur, sehingga mampu menciptakan multiplier effect yang luas.
ADVERTISEMENT
“Dengan menyalurkan kredit ke infrastruktur, BNI memperoleh peluang pengembangan bisnis penting dari supply chain financing mulai dari hulu ke hilir, sehingga memunculkan sumber-sumber pendanaan baru dan fee based income baru dari segmen korporat, antara lain dari syndication fee, trade finance, garansi bank, hingga cash management fee,”" ujarnya.
Hubungan kerja sama bisnis dengan perusahaan-perusahaan besar di bidang infrastruktur, pertanian, dan sektor lainnya ini dimanfaatkan BNI untuk meningkatkan penyaluran kredit pada perusahaan-perusahaan level menengah yang menjadi bagian dari rantai pasok perusahaan-perusahaan besar yang menjadi debitur berkualitas BNI. Seiring dengan itu, BNI juga tetap mengandalkan Kredit Usaha Rakyat (KUR) untuk menyalurkan pembiayaan kepada perusahaan-perusahaan segmen kecil.
Di samping Business Banking, BNI pun tetap melakukan pembiayaan untuk sektor konsumer (Consumer Banking). Pada sektor ini, BNI mencatatkan pertumbuhan signifikan pada kredit BNIFlexi atau pinjaman kepada individu yang telah menggunakan rekening BNI sebagai rekening gajinya.
ADVERTISEMENT
Secara umum, dari komposisinya, BNI menyalurkan kredit Rp 296,12 triliun atau 71,8 persen dari total kredit untuk sektor Business Banking. Adapun sebesar Rp 67,05 triliun atau 16,3 persen ke sektor Consumer Banking.
Selebihnya, BNI mencatatkan penyaluran kredit untuk debitur-debitur overseas sebesar Rp 25,92 triliun atau 6,3 persen dari total kredit BNI. BNI juga menyalurkan kredit melalui perusahaan-perusahaan anak sebesar Rp 23,09 triliun atau 5,6 persen dari total kredit BNI pada paruh pertama 2017.
Pembiayaan ke sektor Business Banking mencatatkan pertumbuhan kredit sebesar 13,5 persen (yoy) terhadap Semester I - 2016; sedangkan kredit ke sektor Consumer Banking tumbuh 10,0 persen (yoy).
Cabang luar negeri (overseas branches) mencatat pertumbuhan penyaluran kredit yang juga signifikan pada Semester I - 2017 ini yaitu 59,2 persen (yoy) dari realiasi Semester I - 2016, sedangkan kredit yang disalurkan melalui perusahaan-perusahaan anak tumbuh 20,4 persen (yoy) dibandingkan Semester I - 2016.
ADVERTISEMENT
Mobile ATM BNI (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
zoom-in-whitePerbesar
Mobile ATM BNI (Foto: ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Pembentukan Laba
Kucuran Kredit yang tumbuh signifikan tersebut menjadi faktor utama terbentuknya Laba Bersih BNI pada Semester I –- 2017 yaitu sebesar Rp 6,41 triliun atau meningkat 46,7 persen dibandingkan laba bersih pada Semester I - 2016. Dengan demikian, tingkat keuntungan yang diperoleh per lembar sahamnya (EPS) pun meningkat menjadi Rp 344 per lembar saham atau tumbuh 47,0 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2016 sebesar Rp 234.
Laba Bersih tersebut disumbang dari Nett Interest Income (NII) sebesar Rp 15,40 triliun atau tumbuh 10,7 persen (yoy) terhadap Semester I - 2016, serta Pendapatan Non Bunga sebesar Rp 4,65 triliun atau tumbuh 17,9 persen (yoy) dari Pendapatan Non Bunga terhadap Semester I - 2016. Pertumbuhan NII merupakan hasil dari penyaluran kredit yang terus meningkat, sedangkan pertumbuhan Pendapatan Non Bunga ditopang oleh peningkatan Fee Based Income (FBI) sebesar 17,9 persen year on year (yoy), terutama bersumber dari Recurring Fees yang berkontribusi 92,1 persen (yoy) dari total FBI.
ADVERTISEMENT
Pertumbuhan Laba Bersih yang cukup kuat tersebut menjadi faktor utama tumbuhnya Return on Equity (ROE) sebesar 15,6 persen (yoy) atau meningkat dibanding Semester I - 2016 yang tercatat sebesar 12,6 persen (yoy), sekaligus mencerminkan peningkatan efektifitas permodalan BNI dalam menciptakan laba.
Adapun pencapaian NII, yang juga didukung strategi perbaikan suku bunga di seluruh segmen kredit, telah mendukung net interest margin (NIM) tetap terjaga pada level 5,6 persen. Menurunnya Cost of Fund pada level 3,0 persen pada Semester I –- 2017 dari sebelumnya 3,1 persen pada Semester I –- 2016 juga menjadi faktor pembentuk NIM tersebut.
Ilustrasi gedung BNI (Foto: Everyone Sinks Starco via Flickr)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi gedung BNI (Foto: Everyone Sinks Starco via Flickr)
Kualitas Aset
BNI terus mengupayakan peningkatan kualitas aset, salah satunya dengan cara membatasi penyaluran kredit pada sektor-sektor yang berpotensi menyebabkan kenaikan NPL.
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, BNI mengembangkan kredit kepada sektor-sektor ekonomi yang berisiko rendah dan dapat dimitigasikan. Langkah-langkah tersebut membuahkan hasil memuaskan antara lain dengan turunnya gross NPL dari 3,0 persen pada Semester I -– 2016 menjadi 2,8 persen pada Semester I – 2017, serta menekan Credit Cost ke level 1,8 persen dari sebelumnya mencapai 2,7 persen.
Kondisi tersebut memberikan dampak positif, tercermin dari penurunan loan at risk dari 12,0 persen pada Semester I -– 2016 menjadi 11,3 persen pada Semester I - 2017. Juga terjadi perbaikan pada cost to income ratio (CIR) yang menurun dari 43,2 persen pada Semester I -– 2016 menjadi 42,4 persen pada Semester I –- 2017.
ADVERTISEMENT
BNI mencatat pertumbuhan aset sebesar 17,2 persen (yoy), dari Rp 539,14 triliun pada Semester I - 2016 menjadi Rp 631,74 triliun pada Semester I - 2017.
Aset korporasi tersebut terhimpun dari perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 463,86 triliun pada Semester I - 2017 atau meningkat 18,5 persen (yoy) dibandingkan Semester I –- 2016 sebesar Rp 391,49 triliun. Dari total DPK tersebut komposisinya masih didominasi komponen dana murah (current account & saving account / CASA) sebesar 60,9 persen, atau meningkat tipis dibandingkan Semester I -– 2016 yang tercatat sebesar 60,4 persen.
Pertumbuhan DPK ini tidak terlepas dari upaya BNI untuk terus meningkatkan kualitas layanan. Dalam rangka meningkatkan layanan tersebut BNI terus membuka outlet-outlet baru, sehingga jumlah outlet BNI telah melampaui 2.000 outlet untuk pertama kalinya, tepatnya 2.051 outlet di seluruh Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu, BNI juga memperkuat layanan melalui jaringan ATM yang telah mencapai 17.178 unit yang diberikan sebagai upaya mendukung layanan electronic banking (e-banking) BNI, termasuk ATM di Hong Kong dan Singapura, selain SMS Banking dan Internet Banking, serta lebih dari 50.000 agen-agen Laku Pandai atau Agen46.
Peningkatan aset BNI juga terbentuk dari kredit yang bertambah sekaligus menunjukkan berjalannya fungsi intermediasi BNI dengan baik, hal ini dengan ditunjukkan oleh Loan to Deposit Ratio (LDR) yang dijaga pada level 88,9 persen.
Penyaluran kredit tersebut tetap didukung oleh fundamental yang kuat dimana tingkat kecukupan permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) tetap terjaga baik pada level 19,0 persen sehingga cukup untuk mendukung pertumbuhan bisnis BNI.
ADVERTISEMENT
Secara fundamental, penyisihan pencadangan juga tetap terjaga dengan baik pada tingkat coverage ratio naik dari 142,8 persen pada Semester I -– 2016 menjadi 147,2 persen pada Semester I -– 2017, sehingga sangat mencukupi untuk menjadi bantalan apabila terjadi kondisi yang tidak menentu di masa mendatang. Hal ini sekaligus mengindikasikan tingkat kehati-hatian yang tinggi dari BNI dalam pengelolaan kredit.