Dekan UI: Masyarakat RI Sekarang Hedon

10 Agustus 2017 13:43 WIB
comment
8
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Belanja Barang yang Tidak Dibutuhkan (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Belanja Barang yang Tidak Dibutuhkan (Foto: Thinkstocks)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Masyarakat Indonesia saat ini dinilai memiliki gaya hidup yang baru yakni hedonis atau boros. Di mana, pendapatan tidak bertambah, namun gaya hidup lebih tinggi.
ADVERTISEMENT
Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis (FEB) Universitas Indonesia (UI) Ari Kuncoro mengatakan, hal tersebut sebagai suatu fenomena baru pada masyarakat kelas menengah ke atas setelah lonjakan komoditas (comodity boom) pada tahun 2010.
"Dan ketika kebutuhan untuk menunjukkan aktualisasi kelas menengah timbul, sedangkan pendapatan tidak meningkat dia harus memilih. Apa yang saya beli. Dan ternyata komoditi atau barang yang bisa menunjukkan eksistensinya mereka sebagai kelas menengah adalah jalan-jalan," ujar Ari di Hotel Pullman, Jakarta, Kamis (9/10).
Ari mengatakan, saat ini masyarakat cenderung menahan daya belinya untuk mengejar sektor informasi dan komunikasi, yang di dalamnya termasuk liburan. Hal ini terbukti dari pertumbuhan sektor informasi dan komunikasi pada kuartal kedua 2017 yang mencapai 10,88 persen (year on year/yoy).
ADVERTISEMENT
Gaji Habis Akibat Belanja (Foto: Thinkstocks)
zoom-in-whitePerbesar
Gaji Habis Akibat Belanja (Foto: Thinkstocks)
"Misal Pak Tutum jualan pakaian, orang itu dia enggak beli pakaian karena pendapatannya itu dia gunakan untuk jalan-jalan, hotel, atau pergi wisata ke Bali atau macam-macam. Kita lihat sekarang bahwa kalau orang ketemu teman tidak menunjukkan hp nya paling baru, tapi menunjukkan fotonya jalan-jalan kemana kemudian diupload ke FB dan Twitter. Sehingga dia merasa saya kelas menengah karena saya jalan-jalan dan temannya juga merasa sama," jelasnya.
Ia juga mengatakan, selama ini yang terjadi bukanlah peralihan (shifting) dari belanja konvensional ke online, tapi lebih disebabkan masyarakat menahan daya belinya hanya untuk mengaktualisasikan diri.
"Kalau kita cek data produksi kalau datanya bertumbuh itu ada pergeseran dari retail ke online. Tapi ternyata produksi melambat atau turun maka dia pindahnya bukan ke online tapi beli yang lain," kata dia.
ADVERTISEMENT
Perlu diketahui, konsumsi rumah tangga sebagai sumber pertumbuhan ekonomi selama kuartal kedua 2017 sebesar 4,95 persen (year on year/yoy), pertumbuhannya cenderung melambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang tumbuh 4,94 persen (yoy).