Diprediksi Kembali Tetap, Hampir Setahun BI Tahan Suku Bunga Acuan

22 Agustus 2017 10:07 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Bank Indonesia. (Foto: Reuters/Iqro Rinaldi)
zoom-in-whitePerbesar
Bank Indonesia. (Foto: Reuters/Iqro Rinaldi)
ADVERTISEMENT
Hingga Juli tahun ini, telah sepuluh bulan Bank Indonesia (BI) menahan suku bunga acuannya atau BI 7-day Reverse Repo Rate di level 4,75 persen. Dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang dilakukan hari ini, BI akan memutuskan untuk kembali menahan, menaikkan, atau menurunkan suku bunga.
ADVERTISEMENT
Sejumlah ekonom telah memprediksi bahwa pada bulan ini BI akan kembali menahan suku bunga acuannya. Sehingga total akan sebelas bulan atau hampir setahun BI menahan suku bunga acuan.
Ekonom Development Bank of Singapore (DBS) Gundy Cahyadi mengatakan, meski bank sentral telah memberi sinyal untuk pelonggaran kebijakannya dalam beberapa waktu terakhir, namun kebijakan utamanya dalam menjaga stabilitas ekonomi akan dipertahankan.
"BI 7-day RR Rate tetap di 4,75 persen. Kami menilai bahwa bank sentral dapat mempertahankan kebijakan utamanya tetap stabil pada minggu ini. BI menetapkan untuk mengulangi komitmennya untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan rupiah (vs dolar AS) pada khususnya," ujar Gundi dalam keterangan resminya, Selasa (22/8).
Sementara itu hal yang serupa juga dikatakan Ekonom Indef Bhima Yudhistira. BI akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya karena tekanan eksternal saat ini masih cukup besar, terutama dari kondisi geopolitik di semenanjung Korea yang sempat membuat bursa di Asia memerah.
ADVERTISEMENT
Selain itu, risiko ketidakpastian kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral AS atau Fed Fund Rate (FFR) juga turut mempengaruhi suku bunga acuan BI. Hasil rapat Dewan Gubernur bank sentral AS masih terbelah antara segera menaikkan suku bunga acuan atau menunda.
"BI 7 day repo diprediksi tetap 4,75 persen," jelas Bhima.
Namun, menurutnya peluang penurunan suku bunga masih terbuka karena laju inflasi saat ini cukup rendah. Hal ini disebabkan sebagian harga barang dan jasa yang diatur pemerintah (administered price) sudah disesuaikan dari awal tahun, salah satunya penyesuaian listrik 900 VA
"Pasar masih menunggu kejelasan rencana pelonggaran moneter yang akan dilakukan oleh Bank Indonesia. Diharapkan bentuk pelonggaran moneter tidak dilakukan secara parsial melainkan berbentuk paket kebijakan moneter," jelasnya.
ADVERTISEMENT