Jokowi: Sejak 1977, RI Baru Mampu Bangun Jalan Tol 780 Km

23 Mei 2017 10:53 WIB
comment
7
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Jalan Tol Akses Pelabuhan Tanjung Priok (Foto: Novan Nurul Alam/kumparan)
Presiden Joko Widodo membuka acara Penyampaian Laporan Hasil Pemeriksaan atas Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LHP LKPP) Tahun 2016. Dalam pidatonya, Jokowi sempat menyinggung soal pembangunan jalan tol di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Diterangkan Jokowi, pertama kali ketika Tol Jagorawi dibangun, banyak negara yang mencontoh Indonesia. Salah satunya Tiongkok yang langsung menyambangi Indonesia ketika itu.
"Tahun 1977, Tol Jagorawi yang panjangnya 50 kilometer dibangun dan jadi contoh negara lain. Mereka pada datang ke sini. Tiongkok datang, lihat, apa sih," kata Jokowi di Ruang Garuda, Kompleks Istana Kepresidenan, Jawa Barat, Selasa (23/5).
Tak hanya Tiongkok, Jokowi menyebutkan, Malaysia juga tak ingin ketinggalan melihat langsung jalan tol yang dibuat Indonesia.
"Malaysia datang, lihat apa sih. Sekarang coba, dari tahun 77 sampai sekarang sudah berapa tahun? 40 tahun kita hanya bisa bangun jalan tol 780 kilometer," lanjut dia.
Padahal, sambung Jokowi, negara-negara lain yang dulu melihat Indonesia sudah bangun jalan tol 280 ribu kilometer. Ditegaskan Jokowi, penjelasan ini dia sampaikan untuk memberikan perbandingan.
ADVERTISEMENT
"Kita mau bangun jalan tol ribut masalah pembebasan lahan. Ramai banyak stop karena masalah ini dan tidak kita selesaikan dalam waktu bertahun-tahun," ucap Jokowi yang menaikkan nada suaranya.
Presiden Jokowi Resmikan Fasilitas Pelabuhan (Foto: Dok. Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden)
Tidak hanya soal tol, Jokowi juga memberikan contoh soal pengiriman guru Indonesia. Dahulu ketika tahun 1970, Indonesia bisa mengirim guru ke luar negeri.
"Tahun 70, kita banyak mengirim guru ke Malaysia. Mereka belajar dari Indonesia. Sekarang? Kita ditinggal. Inilah yang harus kita kejar," imbuhnya.
Lalu soal jalur kereta api yang jaraknya menurut Jokowi tidak seberapa. Namun ributnya hampir dua tahun. Masyarakat juga selalu bicara untung dan rugi.
"Kita mau membangun kereta api cepat jarak hanya 148 km saja sampai sekarang belum mulai. Ributnya sudah dua tahun. Debat ramai, baik enggak baik, sama seperti waktu kita bangun MRT itu. Ramainya 26 tahun. Sudah direncanankan 26 tahun, ramainya untung, rugi, baik, tidak, wong negara lain sudah bangun bermanfaat kok. Bermanfaat mau kita debat apanya?" jelas Jokowi.
ADVERTISEMENT
Kalau hitunganya bisnis, Jokowi menambahkan pasti rugi. Karena yang mau dibikin adalah transportasi. Namun, yang perlu dilihat adalah manfaat jangka panjang.
"Kalau benefit bagi negara itu untung. Hilang uang kita Rp 27 triliiun di Jakarta karena macet," tuturnya.
Inilah etos kerja kedisiplinan yang ingin Jokowi bangkitkan kembali. Bangsa Indonesia diminta sadar bahwa kanan kiri negara ini sudah lari.
"Mereka sudah berbicara masa depan dalam jangkauan visi yang sangat panjang," tutup Jokowi.