Mereka yang Setia Menanti Saham RIMO Terbang Lagi

10 November 2017 13:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Memantau pergerakan saham dengan aplikasi ponsel (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Memantau pergerakan saham dengan aplikasi ponsel (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
ADVERTISEMENT
Memilih saham ibarat tebak-tebak buah manggis, bisa dapat yang bagus kalau tebakannya oke, bisa juga sebaliknya. Tapi, investor saham memang sejatinya harus punya analisis dan pengetahuan yang baik agar tidak salah memilih saham. Investor yang baik juga paham betul setiap investasi pasti berisiko. High risk high return. Semakin tinggi keuntungan akan semakin tinggi pula risikonya.
ADVERTISEMENT
Adalah saham PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) yang saat ini tengah jadi buah bibir di kalangan investor. Bagaimana tidak, pergerakan saham emiten yang kini beralih ke sektor properti tersebut naik-turun secara agresif dalam waktu singkat. Setidaknya dalam 6 bulan terakhir, saham emiten yang dulunya berbisnis di sektor ritel ini bergerak bak roller coaster. Saham RIMO pernah mencapai level tertingginya di angka Rp 660 pada 25 Oktober 2017. Namun kini, saham RIMO amblas ke posisi Rp 192.
Hal tersebut membuat sejumlah investor teriak karena merasa rugi. Salah satunya adalah Anton Bahtiar Riva'i. Melihat tren saham RIMO yang terus naik, Anton minat untuk membeli saham tersebut.
Anton memutuskan untuk masuk ke saham RIMO saat harganya tinggi di angka Rp 650 per saham.
ADVERTISEMENT
Prediksi Anton tak sesuai harapan. Saham RIMO justru terus bergerak turun, perlahan tapi pasti, pundi-pundi rupiah yang Anton tanam di saham RIMO makin tergerus. Kini, portofolio Anton amblas hingga 61%.
"Saya melihat RIMO ini naik terus harganya, volume tinggi, maka saya tertarik beli. Saya masuk di Rp 650. Tapi sekarang turun terus. Rugi saya hampir 61%," ucap Anton kepada kumparan (kumparan.com), Jumat (10/11).
Anton mengaku kecewa, namun apa boleh buat, dia hanya bisa menunggu dan berharap saham RIMO kembali pulih dan naik lagi.
"Ya kecewa, mau gimana lagi, risiko trading. Semoga bisa naik lagi," kata Anton.
Berbeda dengan Anton. Investor yang juga memegang saham RIMO, Adler Manurung justru berprinsip, berinvestasi saham memang harus disimpan untuk jangka panjang. Saham bukan untuk investasi jangka pendek.
ADVERTISEMENT
Pria yang sudah 10 tahun memegang saham RIMO ini percaya, saham RIMO akan bisa naik tinggi dalam jangka panjang. Bahkan, dengan nada optimistis, Adler meyakini saham RIMO akan terbang hingga ke level Rp 1.000.
"Investasi saham itu longterm. Jadi (kalau sahamnya hari ini anjlok) ya santai saja. Saya sudah pegang 10 tahun, kok. Belum rugi," katanya.
Bagi Adler, investasi saham itu harus longterm bukan jangka pendek, seperti dikatakan Richard H Taler yang berteori bahwa individu sukanya jangka pendek. Thaler bilang, konsep Planner-Doer atau bahasa psikologinya Self of Controll.
"Jadi, harus ada kontrol diri," ucap dia.
Menurut Adler, menaruh uang di pasar saham agar bisa untung membutuhkan kesabaran. Dia pun mencuri kutipan Warren Buffet, "The stock market is a device for transferring money from the impatient to the patient."
ADVERTISEMENT
Ilustrasi IHSG BEI  (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi IHSG BEI (Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan)
Saat ini, saham RIMO masih dalam posisi disuspensi atau dihentikan sementara perdagangannya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI). Suspensi dilakukan di pasar reguler dan pasar tunai sejak perdagangan tanggal 9 November 2017 sampai dengan pengumuman lebih lanjut.
Tanggal 6 November 2017, saham RIMO juga kena suspen lalu dibuka kembali esok harinya, 7 November 2017. Sebelumnya, saham RIMO juga pernah disuspen sejak 16 April 2014 hingga Februari 2017.
Saham RIMO ini memang tengah menjadi sorotan para investor dan BEI.
Bahkan, BEI menetapkan status UMA alias Unusual Market Activity atas saham RIMO. Ini dilakukan karena pergerakan harga saham RIMO yang tidak wajar.
Informasi yang disampaikan BEI, telah terjadi penurunan harga dan aktivitas RIMO yang di luar kebiasaan.
ADVERTISEMENT
Sehubungan dengan terjadi UMA atas saham RIMO tersebut, Bursa saat ini sedang mencermati perkembangan pola transaksi saham ini.
Mengutip data perdagangan BEI, Selasa (7/11), saham RIMO dibuka anjlok 20,47% atau 54 poin ke level Rp 200. Saham RIMO terus merosot. Hingga penutupan perdagangan sesi I, saham RIMO terjun bebas 24,02% atau 61 poin ke posisi Rp 193.
Pada penutupan perdagangan Rabu (8/11), saham RIMO bertengger di posisi Rp 192.
Saham RIMO ini memang sempat mencuri perhatian banyak investor riter dan trader-trader jangka pendek terutama karena kenaikan harga sahamnya yang luar biasa dalam beberapa bulan terakhir.
Tanggal 9 Mei 2017, saham RIMO ditutup di harga Rp 142 dan dalam 2 bulan atau tepatnya 11 Juli 2017, saham RIMO naik ke posisi Rp 240. Naik dan terus naik, saham RIMO sempat melonjak ke level tertingginya di tanggal 25 Oktober 2017 di harga Rp 660.
ADVERTISEMENT
Seperti pepatah mengatakan, roda selalu berputar, tak selalu ada di atas, saham RIMO pun perlahan turun. Namun, penurunannya tidak pelan-pelan, langsung terjun bebas.
Tidak sampai sebulan sejak berada di posisi tertingginya pada 25 Oktober 2017, saham RIMO merosot ke posisi Rp 450 pada 2 November 2017 atau anjlok sekitar 32% dan terus turun ke posisi Rp 338 pada 3 November 2017, turun lagi ke level Rp 254 di 6 November 2017 dan Rabu (8/11) ditutup anjlok ke posisi Rp 192.
Jika dikalkulasi dari harga tertinggi RIMO di level Rp 660 hingga penutupan saham 2 hari lalu, harganya sudah anjlok sekitar 70%.
Ada apa dengan RIMO? Belum ada keterangan lebih lanjut dari pihak manajemen. Siang ini, pukul 14.00-16.00 WIB, bertempat di ruang seminar I, Gedung BEI Tower II Lantai 1, Gedung BEI, manajemen RIMO akan mengadakan Public Expose Insidentil.
ADVERTISEMENT