Transportasi Online Serap Banyak Tenaga Kerja

3 Agustus 2017 15:03 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aplikasi transportasi online. (Foto: Antara/Wahyu Putro A.)
zoom-in-whitePerbesar
Aplikasi transportasi online. (Foto: Antara/Wahyu Putro A.)
ADVERTISEMENT
Pemerintah diminta mendukung perkembangan transportasi berbasis aplikasi online. Sebabnya, di tengah kondisi industri nasional yang tertekan dan penyerapan tenaga kerja yang melempem, transportasi online membuka kesempatan kerja yang baru.
ADVERTISEMENT
"Bisa kita lihat, ketika industri banyak melakukan layoff (PHK), termasuk sektor pertambangan yang besar banget, maka alternatif transportasi online ini pun menampung mereka. Termasuk juga pertumbuhan sektor informal juga tinggi, dan online ini termasuk informal," kata Direktur Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny Sri Hartati dalam diskusi di Jakarta, Kamis (3/8).
Berdasarkan data BPS, pada Februari 2017, sedikitnya 58,35 persen penduduk bekerja pada kegiatan informal. Persentase ini naik 0,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Sementara peningkatan tenaga kerja di transportasi juga jadi salah satu yang tumbuh, di tengah sejumlah penurunan. BPS mencatat, setahun terakhir, peningkatan persentase penduduk bekerja terjadi di sektor jasa kemasyarakatan 0,42 persen, transportasi pergudangan dan komunikasi 0,27 persen, pertanian 0,12 persen, industri 0,07 persen. Adapun sektor yang mengalami penurunan yakni sektor konstruksi 0,64 persen dan perdagangan 0,25 persen.
ADVERTISEMENT
Pasukan pengemudi ojek online GO-JEK. (Foto: www.instagram.com/gojekindonesia/)
zoom-in-whitePerbesar
Pasukan pengemudi ojek online GO-JEK. (Foto: www.instagram.com/gojekindonesia/)
Enny mengakui, memang belum ada data valid mengenai seberapa besar penyerapan tenaga kerja untuk transportasi online ini.
"Berdasarkan data yang dirilis AlphaBeta tahun 2017, sekitar 43 persen mitra pengemudi Uber yang disurvei, sebelumnya mereka tidak punya pekerjaan," jelas Enny.
Pada tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5,02 persen dan tertinggi ketiga dari negara-negara G-20.
Namun, pertumbuhan ekonomi tersebut hanya mampu mengurangi pengangguran sebesar 18.910 orang pada Februari 2016 ke Februari 2017 atau dari 7.024 juta orang menjadi 7.005 juta orang.
Sementara, berdasarkan survei AlphaBeta, aplikasi transportasi online juga mendorong digitalisasi ekonomi dan penetrasi pengetahuan perbankan kepada masyarakat.
Tercatat, ada 6 persen mitra Uber yang tidak memiliki rekening bank sebelum bergabung, dan 39 persen mitra Uber lebih aktif secara finansial setelah bergabung.
ADVERTISEMENT
Selain itu, pengguna Uber di Jakarta dapat menghemat waktu perjalanan 10-38 persen dari waktu perjalanan sebelum menggunakan aplikasi tersebut.
Sedangkan menurut hasil kajian Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI), sebanyak 91 persen responden konsumen Go-Jek merasa produktivitasnya meningkat sejak menggunakan transportasi umum berbasis aplikasi online.
"70 persen responden merasa pengetahuan teknologinya meningkat setelah menggunakan Go-Jek," imbuh Enny.