Video: Menjawab Penasaran, Kenapa Banteng Wulung Kepalanya Menunduk?

21 Agustus 2017 7:09 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
ADVERTISEMENT
Patung Banteng Wulung seberat 7 ton telah terpasang di halaman depan gedung Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jalan Jenderal Sudirman, Kawasan SCBD, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Banteng berusia 2,5 juta tahun yang berasal dari tanah Pasundan tersebut menyedot perhatian warga baik dari kalangan investor, pemilik modal, maupun kalangan biasa.
Minggu, 13 Agustus 2017 lalu, ribuan orang memadati halaman depan gedung BEI dalam rangka peringatan 40 tahun diaktifkannya kembali Pasar Modal Indonesia. Ini sekaligus menjadi hari peresmian dipasangnya Banteng Wulung.
Banteng Wulung yang merupakan simbol bullish atau istilah menguatnya pasar modal ini diharapkan akan menjadi capital market icon dan destinasi wisata finansial di Indonesia.
Patung yang terbuat dari fosil atau kayu yang telah membatu tersebut dipahat seniman Bali bernama I Made Budiasa. Didatangkan dari Bali langsung menggunakan pesawat carter Kasau. Patung ini sengaja dipajang di depan gedung BEI, mirip seperti di bursa saham Wall Street, AS dan bursa saham lainnya di dunia.
ADVERTISEMENT
Namun, banyak yang bertanya-tanya mengenai wujud banteng ini. Kok, kepalanya menunduk? Tidak sesuai dengan istilah bullish yang artinya menguat atau naik. Sementara, di bursa saham lain, patung banteng dipajang dengan kepala menengadah atau naik ke atas.
Dirut BEI Tito Sulistio (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
Kenapa kepala Banteng Wulung menunduk?
kumparan (kumparan.com) mencoba menjawab rasa penasaran dengan menanyakan langsung kepada Direktur Utama BEI Tito Sulistio.
Tito mencoba menjawab berdasarkan keterangan langsung dari si pemahat patung, I Made Budiasa.
Berikut penjelasan Tito dalam bincang santai bersama kumparan (kumparan.com), pekan lalu.
Patung banteng di Bursa Efek Indonesia. (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
Menurut Tito, wujud Banteng Wulung yang seolah-olah menunduk sebenarnya tidaklah demikian. Kepala Banteng Wulung menunduk lantaran banteng tersebut terbuat dari fosil bukan dari batu biasa atau perunggu yang bisa diukir sesuka hati. Fosil merupakan kayu yang telah membatu yang berumur jutaan tahun sehingga bentuknya tidak mudah diubah-ubah sesuka hati. Itu merupakan satu kesatuan.
ADVERTISEMENT
Patung banteng di Bursa Efek Indonesia. (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
"Itu kakinya kan begitu. Itu secara konsep maknanya namanya bullish ke atas, kalau bearish itu ngegaruk ke bawah, makanya turun kan, jadi beruang itu tidur kalau tidur lama, itu secara konsep ya," kata Tito.
Patung banteng yang ada di Bursa Efek Indonesia. (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
"Kalau secara teknis, inget ya, itu satu kayu, satu batu, itu umurnya 2,5-5 juta juta tahun, kalau lo bikin dari perunggu lo bisa suka-suka lo, ini udah bentuknya begini tidak bisa dinaikkan lagi, kebetulan, makanya dibentuk banteng yang nunduk, karena ini one piece of fosil, makanya dibikin begitu, bukan nunduk itu ya, ini one piece," jelas Tito.
Banteng Wulung di Bursa Efek Indonesia. (Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan)
Berikut contoh patung banteng di beberapa bursa saham dunia:
1. New York
Patung banteng di Bursa New York. (Foto: Reuters)
ADVERTISEMENT
2. Shanghai
Patung banteng di Bursa Shanghai, China. (Foto: Reuters)
3. India
Patung banteng di Bursa Bombay, India. (Foto: Reuters)
4. Frankfurt
Patung banteng di Bursa Frankfurt. (Foto: Reuters)