Serangan Empat Hari di Surakarta

Diah Ayu Oktaviani
Mahasiswa Sejarah Universitas Negeri Semarang
Konten dari Pengguna
1 Mei 2022 9:24 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Diah Ayu Oktaviani tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Monumen Slamet Riyadi Solo, gambar milik pribadi
Berbicara mengenai peristiwa Serangan Empat Hari di Surakarta pasti tidak asing lagi, serangan ini terjadi pada tanggal 7 sampai 10 Agustus 1949. Peristiwa ini merupakan pertempuran yang dilakukan secara gerilya oleh para pelajar, pejuang, dan mahasiswa.
ADVERTISEMENT
Pertempuran ini berlangsung selama 4 hari dan puncaknya setelah pihak Indonesia menyetujui untuk melaksanakan penarikan pasukannya sedangkan dari pihak Belanda berjanji tidak akan melakukan teror kembali kepada masyarakat sipil. Pada peristiwa ini lebih dari 190 penduduk sipil harus menjadi korban, serangan ini juga berhasil membentuk posisi tawar terkuat politik di Indonesia di konferensi meja bundar (KMB) Den Haag dan hal ini berujung pada kedaulatan diplomatik Republik Indonesia yang diakui pada 27 Desember 1949.
Latar Belakang
Pada Agustus 1949 Panglima Divisi II Surakarta yaitu Kolonel Gatot Subroto jatuh sakit, bertepatan saat itu peristiwa ketegangan juga terjadi di Surakarta dimana markas Kolonel Gatot Subroto hancur karena adanya penyerangan oleh pihak Belanda yang di pimpin oleh Letnan Van Heek.
ADVERTISEMENT
Letnan Van Heek melaksanakan operasi militer dengan kode 'steenwijk' yang dimana fokus utamanya adalah Desa Balong, sebelum penyerangan tersebut terjadi Gatot Subroto dan pasukannya sudah terlebih dahulu mengetahui rencananya sehingga mereka semua dapat selamat. Serangan tersebut mengakibatkan kemarahan besar oleh Mayor Achmadi yang pada saat itu menjabat sebagai komandan Detasemen Tentara Pelajar Brigade XVII dan Sub Wehrkreise (SWK) 106 Ardjuna, setelah kejadian tersebut mereka ingin melakukan balas dendam.
Rencananya pembalasam tersebut akan dilakukan pada 7 Agustus. Serangan ini terjadi juga atas dasar sebagai keinginan pejuang kemerdekaan untuk menunjukkan bahwa Indonesia masih ada dan kuat.
Peristiwa Terjadinya
Sekitar pada pukul 06.00 tepatnya 7 Agustus 1949 Serangan ini dimulai, pasukan SWK 106 Arjduna menyusup dan menguasai area. Tanggal 8 Agustus 1949 pertempuran ini semakin panjang barulah pada tengah malam dengan bantuan TNI mereka melakukan penyerangan dengan memasang beberapa jebakan, namun sayangnya rencana ini sudah diketahui pihak belanda terlebih dahulu sehingga hal ini mengakibatkan 26 orang ditangkap termasuk wanita dan anak-anak 24 diantaranya menjadi korban yang dibunuh.
ADVERTISEMENT
Semakin hari pihak belanda semakin terdesak, pesawat Dakota milik Belanda yang ingin mendarat di bandara udara panasan (Adi Soemarmo) terus ditembak. Pada 9 Agustus 1949, Slamet Riyadi bersama pasukannya Brigade V berganti melakukan aksinya yang biasa dikenal dengn sebutan Afscheidsaanval atau berarti serangan perpisahan. Barulah pada 11 Agustus 1949 kedua belah pihak memutuskan untuk gencatan senjata.
Menuju Akhir
Ditengah adanya gencatan senjata ternyata Belanda melakukan pelanggaran mereka melanggar perjanjian yang sudah mereka buat. Pihak Belanda pada saat itu masih melakukan penyerangan, beberapa warga sipil dibeberapa lokasi harus menjadi korban tewas diantaranya seperti daerah sambeng 32 orang, Serengan 47, pasar kembang 24.
Barulah pada siangnya Kolonel Van Ohl sebagai perwakilan Belanda melakukan perundingan bersama Slamet Riyadi, mereka meminta bahwa Belanda meminta Indonesia menarik mundur pasukan sampai batas kota secara berkala.
ADVERTISEMENT
Dampak
Serangan Empat Hari di Surakarta oleh Tentara Surakarta (Detasemen II/Brigade-17 TNI) yang terjadi pada 7 sampai 10 Agustus 1949 berhasil memperkuat posisi tawar politik perjuangan diplomasi delegasi Republik Indonesia di Konferensi Meja Bundar, dan hasilnya berupa kedaulatan Republik Indonesia dapat dicapai pada 27 Desember 1949 yang berdampingan dengan Indonesia merdeka 17 Agustus 1945.
Hal tersebut terjadi diakibatkan oleh sadarnya Belanda bahwa mereka tidak akan menang secara militer, karena pada saat itu posisi Surakarta merupakan salah satu kota dengan tingkat pertahanan yang kuat.
referensi:
septiarani.(2021)."Serangan Umum Surakarta".Tribunnewswiki.com dalam https://www.tribunnewswiki.com/2021/08/13/serangan-umum-surakarta
verella devanka.(2021)."Serangan Umum Surakarta: Latar Belakang, Kronologi, dan Penyelesaian".Kompas.com dalam https://www.kompas.com/stori/read/2021/08/04/130000479/serangan-umum-surakarta-latar-belakang-kronologi-dan-penyelesaian